seorang anak laki-laki bernama Mathias yang dikurung dalam sebuah rumah selama 10 tahun sejak umur 5 tahun sampai 15 tahun tanpa melihat dunia luar dan orang lain selain kakeknya yang memberinya makan setiap hari. Saat sudah berumur 15 tahun dan Mathias sudah bisa keluar dari rumahnya ia berencana berpetualang di dunia ini menjadi pengembara untuk berpetualang mencari sisi dunia terindah.
didunianya menyimpan banyak kekuatan, dan hal-hal lain yang belum pernah dijumpai Mathias, Mathias akan menjelajahi berbagai tempat unik dengan cerita setiap tempat masing-masing, akankah Mathias bisa mencapai tujuannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8 (Thyrax)
Saat aku sudah sadar, dahiku terasa dingin, ini kompres. Aku sedang berbaring di suatu tempat, ada Jasper yang masih pingsan disebelahku. Gleemo mendekatiku, dia sudah bangun, sudah terlihat segar.
"kita dimana Gleemo?" aku berkata pelan.
kami sedang di dalam rumah seseorang, dan dibagian ruangan yang kecil, ruangan ini benar-benar tertutup, jendela dan pintunya tidak dibuka, hanya ada lilin sebagai penerangan di setiap sisi ruangan.
"kita di-"
Kalimat Gleemo terpotong, seseorang membuka pintu, aku dan Gleemo menatap ke arahnya.
"kau juga sudah bangun ya?" pria itu bicara, dia memakai tanktop hitam dan celana pendek, pakaian yang cukup wajar di bioma sepanas ini.
"iya pak, terimakasih sudah merawat kami."
Aku menaruh sekantong es batu yang berada di dahiku ke meja, aku sudah lebih segar, tidak lama kemudian Jasper juga mulai sadar.
"kamu sudah sadar Jasper?"
"eh.. Iya, Mathias, kita dimana?"
"kalian berada di rumahku, perkenalkan namaku Traki."
"halo pak Traki, terimakasih sudah merawat kami." Jasper berkata.
"tidak masalah, tapi kalian memiliki hal buruk baru sekarang."
"apa?" tanyaku.
"setiap orang yang masuk atau tinggal didesa ini, tidak dibolehkan keluar dari benteng, kecuali para petinggi di desa ini, jika ada warga biasa yang sangat terdesak kekuar, itu juga harus izin dengan para petinggi, waktunya dibatasi, jika tidak..."
"apa yang akan terjadi?"
"akan langsung dihukum mati, aturannya sangat ketat dan tidak masuk akal, sangat sulit hidup di desa ini dengan tanah yang kering, makanan kami hanya mengandalkan dari petinggi yang menerima impor persediaan makanan dari tempat lain, bahkan terkadang ada warga biasa yang tetap tidak kebagian makanan. Aku tadi diizinkan keluar sebentar karena ada urusan mendesak, untungnya aku kembali tepat waktu, aku juga tidak menyangka kalian bisa diizinkan masuk, awalnya aku sudah merencanakan kemungkinan jika kalian tidak diizinkan masuk, tapi ternyata diizinkan, walau kalian akhirnya jadi tidak boleh keluar, kuda-kuda kalian ada di istalku, mereka sudah bangun."
"Mathias, bagaimana ini?" Jasper menatapku, juga Gleemo.
"bagaimana apanya?"
"bagaimana kita bisa keluar dari desa ini?"
Aku tertawa kecil. "tidak perlu kau tanya lagi Jasper, kita akan keluar, juga seluruh desa ini akan bebas."
"kau ingin melawan para petinggi?" tanya Jasper.
"iya, semua orang berhak bebas, aku akan mengalahkan para petinggi itu."
"hei! Kalian pikir semudah itu hah? Petinggi desa ini memiliki banyak pasukan, dan juga pemimpinnya, memiliki kekuatan memunculkan objek, batu kuning seperti yang ada pada benteng desa ini, dia bisa memunculkan batu keras itu sesukanya, dia juga memiliki peliharaan yang mengerikan."
"apa peliharaannya?" tanya Jasper.
"naga gurun pasir, ukurannya sangat besar dan panjang, dilapisi kain seperti mumi, berkeliaran di dalam pasir, biasanya digunakan pemimpin kami untuk hukuman pembunuhan." kata Traki.
Jasper tersenyum melihat kearahku.
"biar aku saja yang mengurus peliharaannya Jasper."
Aku mengangguk lalu menatap ke arah Gleemo.
"Gleemo kau urus anak buahnya, paham?"
Gleemo mengangguk.
"kalian... Uh.. Baiklah jika kalian ingin melawan pemimpin desa ini, tapi dia sedang pergi, menurut berita akan datangnya besok lusa." Traki memberi informasi.
"kalian bisa bermalam disini."
"terimakasih." aku mengangguk.
Aku, Gleemo, dan Jasper keluar dari rumah Traki, karena ini baru jam 5 sore, kami diperbolehkan jalan-jalan sebentar oleh Traki.
Aku, Gleemo, dan Jasper sedikit terkejut melihat kondisi desa ini, lebih parah daripada yang kami bayangkan, meskipun bangunannya masih terlihat bagus, lingkungan ini sepi, hanya sedikit orang yang berjalan, itu juga dengan lunglai kelaparan.
"aku tidak menyangka akan seburuk ini." ucap Jasper.
Kami terus berjalan-jalan. aku melihat sekeliling, meskipun wilayah yang dikelilingi benteng ini besar, jika kebanyakan rakyatnya mendapatkan kehidupan yang tidak layak sebaiknya ditransmigrasikan, wilayah ini sudah panas, dilanda kelaparan pula. Makin jauh kami jalan-jalan, aku makin menyadari kalau aku beruntung dulunya masih bisa makan makanan layak. ada seorang kakek tua yang duduk di taman-walau sebenarnya hanya hiasan patung serigala berwarna kuning. Aku, Jasper, dan Gleemo duduk di dekat kakek itu, aku duduk disampingnya.
"apa yang sedang anda lakukan disini kek?"
Kakek itu perlahan menoleh ke arah kami, tersenyum, walau tubuhnya juga seperti kekuarangan makanan dna air, semangatnya masih ada.
"aku hanya bersantai disini nak, di tempat ini biasanya mengatasi lapar dengan duduk atau berjalan, memikirkan sesuatu agar kami tidak terlalu menghiraukan kelaparan, kami tidak bisa beraktivitas berat untuk menghemat tenaga. Aku suka duduk disini, menatap patung serigala, hewan yang ada pada hutan lebat penuh makanan, aku selalu mengkhayalkan bagaimana bentuk hutan disini."
Aku diam, juga Jasper dan Gleemo, kami juga berfikir dengan pikiran masing-masing. Aku juga ikut memikirkan tentang hutan, sudah 2 hari lebih aku tidak melihat pepohonan lebat, tapi itu tidak sebanding dengan para warga di tempat ini yang tidak pernah melihat hutan bertahun-tahun.
"tenang saja kek, aku janji, besok lusa tempat ini akan makmur."
Kakek itu tertawa kecil. "itu harapan yang bagus, para warga terus berharap hal itu terjadi, walau sudah bertahu-tahun berlalu, para warga tetap tidak menghilangkan harapan itu 'besok atau besok lusa semua akan menjadi baik' lantas karena kami ingin melihat hal itu terjadi, semangat hidup kami bertambah."
Lenggang sejenak.
"oh ya, sekarang sudah hampir malam. Saat malam biasanya terjadi badai pasir disini." kakek tua itu bangkit dari kursinya menggunakan tongkat kayunya. "kalian juga sebaiknya kembali kerumah kalian, aku pergi dulu."
Lantas kakek itu pergi dari taman ini. Aku, Gleemo, dan Jasper juga ikut kembali ke rumah Traki. Kami tidak banyak bicara dalam perjalanan.
Saat sampai dan sudah malam hari, istri Traki menyiapkan makan, mereka juga memiliki seorang anak perempuan yang berumur 11 tahun dan berambut panjang.
"Mocha, ayolah, jangan memainkan peliharaan abang-abang itu." Traki berkata menegur Mocha (anak perempuannya) yang sedang memainkan Gleemo, sepertinya dia tidak pernah bertemu dengan makhluk seperti Gleemo.
"tidak apa-apa pak, Gleemo juga tidak keberatan."
"baiklah kalau begitu, tapi sekarang kita mau makan Mocha, nanti baru main lagi sama Gleemo."
Mocha mengagguk tapi masih membawa Gleemo di pelukannya. Makanannya roti untuk tiap orang masih-masing, aku yakin keluarga ini pandai mengelola makanan, mereka masih terlihat sehat. Mocha menyuapi Gleemo, Gleemo juga tidak masalah, mungkin Gleemo juga khawatir dengan kondisi tempat ini.
Semalaman kami habiskan dengan menemani Mocha bermain, karena tidak ada juga hal lain yang bisa kami lakukan selain menunggu di esok lusa.
Saat sudah hampir malam, kami disuruh tidur, masih diruangan yang sama dengan saat kami dirawat tadi. Desa ini kebanyakan menggunakan lilin sebagai pencahayaannya. Tidak butuh waktu lama sampai aku, Jasper, dan Gleemo akhirnya tertidur.