kisah cinta seorang pemuda sederhana nan rupawan dan cerdas dalam mengejar mimpi yang terjebak dengan lawan jenis di sebuah kamar kos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhujhu Games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18.Berpisah.
Dan seusai kelas terakhir hari ini, Andika menghabiskan waktunya bersama dengan Dara di perpustakaan.
Suasana yang hening dan tenang itu sesekali terpecahkan oleh suara yang merdu dan lembut dari Dara.
"Dik, ini untuk penyimpanan data kan ada hardisk sama SSD, bedanya apa ya? Kok yang ini di bilang lebih mahal?" tanya Dara kepada Andika sambil berbisik karena tak mau mengganggu pengunjung lain yang ada di perpustakaan itu.
"Oh, itu soal cara kerjanya dan kecepatan transfer datanya."balas Andika menjelaskan secara detail perbedaan barang tersebut kepada Dara.
Tanpa di sadari, keduanya telah berada di perpustakaan itu selama berjam-jam sambil sesekali beristirahat atau sekedar ke toilet. Hingga setelah jarum jam menunjukkan tepat jam 9,seorang petugas menghampiri mereka.
"Sudah malam. Bisa di lanjut besok ya?"ucap ibu-ibu petugas perpustakaan yang sudah agak tua itu.
"Eh? Udah jam segini, sampai nggak sadar. Maaf ya Bu."balas Andika yang segera mengemasi barang-barangnya, begitu pun dengan Dara.
" Kalau begitu, aku pulung duluan ya, Dik. Sampai ketemu besok.... Eh besok sabtu ya? Minggu depan deh."ucap Dara setelah meninggalkan gedung perpustakaan.
"Sudah malam nih!! Mau aku antar nggak?"tanya Andika yang merasa khawatir kepada Dara. Karena bagaimanapun, ia lah yang mengajak Dara ke perpus pas jam makan siang tadi.
" Jalannya masih rame kok, jadi aman. Sebelumnya terima kasih atas tawarannya."balas Dara.
Akhirnya keduanya berjalan pergi meninggalkan perpustakaan dengan arah yang berlawanan. Meskipun baru kenal dekat. Andika merasa lebih nyaman dekat dengan Dara dari pada dekat dengan Dimas yang sedikit cerewet itu.
"Oh iya. Nova gimana kabarnya ya?" gumam Andika seketika teringat Nova dan segera mengambil ponsel di saku celananya.
Saat Andika membuka ponselnya, ternyata pesan yang dikirim Andika tadi pagi nampak hanya di baca saja oleh Nova tanpa memberikan pesan balasan kepada Andika.
"Hmm... Lagi sibuk mungkin ya? Ya udahlah, balik ke warnet aja. Udah ngantuk juga." pikir Andika di dalam hatinya.
Disisi lain, ternyata ada pesan juga dari Ana di hp Andika,namun ia nampak membiarkan puluhan pesan yang di kirim Ana kepadanya. Karena notifikasi pesan dari Ana sudah ia matikan. Jadi ia tak akan terganggu spam pesannya. Lagi pula, Andika merasa kalau dirinya masih bisa untuk bisa bertahan hingga awal bulan depan.
Dan dengan bantuan uang beasiswa itu, dirinya dapat mencari kos yang baru. Itulah rencananya agar bisa meraih kehidupan kampus yang normalnya. Dan jauh-jauh dari sosok Ana itu.
Tapi sebelum benar-benar akan memutuskan hubungan dengannya..........
Keesokan harinya.....
'Dok..... Dok...... Dok.... '
Andika mengetuk pintu kos Ana di pagi hari. Tepatnya masih jam 6 pagi.
"Ya bentar." Suara Ana dapat terdengar dari dalam ruangan itu.
Suara imut dan indah itu membuatnya teringat kembali hari-hari saat ia masih tidur sekamar dengannya.
'Cklek..... Cklek..... '
Saat pintu itu dibuka, terlihat sosok Ana yang masih dengan rambut acak-acakan. Mengenakan hoodie kelinci putih favoritnya itu.
"Ngapain masih ke sini?" tanya Ana dengan tatapan sinis.
"Aku mau ngambil pakaianku. Habis itu, aku nggak akan balik lagi ke sini. Tenang aja."balas Andika yang berniat langsung masuk ke kamar kos itu untuk mengambil pakaiannya. Namun dengan cepat Ana menahan pintu kamarnya.
" Pacarku lagi tidur di dalam. Jangan masuk. Aku ambilkan pakaianmu. "balas Ana segera menutup dan mengunci pintu kamar itu.
" Hah, untungnya aku udah dapat tempat tinggal."gumam Andika.
Andika merasa lega karena jika dirinya belum menemukan warnet itu sebagai solusinya sementara, mungkin dirinya akan diusir dari kamar kos ini sejak kemarin sore.
Setelah menunggu selama beberapa saat, akhirnya pintu itu kembali terbuka. Sosok Ana nampak melempar sebuah plastik kresek hitam keluar pintu. Diman itu semua adalah pakaian Andika yang masih tersimpan di kamar kos ini.
"Tuh udah, jangan balik lagi kesini. "ucap Ana terlihat sedikit kasar.
" Ngapain juga balik. Puas-puas sana main kuda-kudaan tiap hari."balas Andika sambil mengambil tas kresek itu dan mulai berjalan pergi.
"Oi, kamu butuh uang nggak. Pacarku baru aja dapat 10 juta semalam. Kalau mua, nih aku kasih buat cari kos lain. " ucap Ana ketika melihat Andika mulai berjalan pergi.
Dengan kalimat itu, Andika menghentikan langkahnya. Bukan karena ia tergiur untuk menerima tawaran Ana. Melainkan bertanya-tanya dari mana Rama mendapatkan uang itu dalam waktu semalam.
"Uang dari mana, sebanyak itu hanya dalam waktu semalam?" tanya Andika.
"Main game di komputer aku, semalam menang banyak."balas Ana singkat.
Meskipun Andika tidak familiar dengan dunia gelap semacam itu, tapi dengan cepat ia menyadarinya.
" Main game? Judi kartu? Slot?"tanya Andika dengan tatapan tajam di kedua matanya.
"Eh?Yah, main kartu sih.... Online sama pemain lain. Tapi menang banyak kok. Nih satu juta kalau lu mau. Anggap saja sebagai ganti rugi dari aku." Ana nampak menyodorkan amplop coklat yang terlihat sedikit agak tebal.
Namun dengan tegas, Andika menggelengkan kelapanya, dan menolak tawaran yang diberikan Ana itu.
"An, aku cuma mau bilang ini karna khawatir aja sama kamu. Yang namanya judi, nggak akan selalu menang. Takutnya nanti Rama bakal kalah, terus dia bakal..... "
"Enggak kok, Rama jago mainnya. Semalam aku liat sendiri dia nggak bisa kalah lawan dealernya." balas Ana tiba-tiba memotong perkataan Andika sebelum ia selesai ngomong.
"Ya sudah,aku cuma ngingetin." balas Andika pasrah dengan sikap kekeh Ana.
Dengan balas itu, Andika melanjutkan berjalan dan pergi meninggalkan kos itu. Mungkin untuk selamanya.
Ana yang masih berdiri di dekat pintu hanya bisa diam melihat kepergian satu-satunya teman dekatnya selama ini.
Meskipun singkat. Tapi keduanya telah melalui banyak hal bersama selama kurang lebih hampir dua minggu ini.
Hubungan pertemanan yang awalnya dipertemukan di dalam satu kamar kos yang secara tidak sengaja sampai makan bersama bercanda bersama sudah mereka berdua lalui.
"Andai saja, waktu itu aku tidak ketiduran, mungkin ini semua tidak akan terjadi. Dan kita mungkin masih asik bercanda bersama di dalam satu kamar kos ini." gumam Ana di dalam hatinya yang sebenarnya terasa berat berpisah dengan Andika, teman kamar satu-satunya dam yang paling dekat dengannya sampai saat ini.
Sementara itu, dengan rasa yang lega bebas, Andika terus berjalan meninggalkan kamar kos itu dengan sesekali masih menengok ke arah belakang. Sambil berharap semoga Ana bisa bahagia bersama dengan Rama tanpa adanya aku yang mengganggu hubungan mereka di kamar kos itu.
Bersambung........
Semangat yahhh