NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Anjelo

Simpanan Tuan Anjelo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ama Apr

Zeona Ancala berusaha membebaskan Kakaknya dari jeratan dunia hina. Sekuat tenaga dia melakukan segala cara, namun tidak semudah membalikan telapak tangan.

Karena si pemilik tempat bordir bukanlah wanita sembarangan. Dia punya bekingan yang kuat. Yang akhirnya membuat Zeona putus asa.

Di tengah rasa putus asanya, Zeona tak sengaja bertemu dengan CEO kaya raya dan punya kekuasaan yang tidak disangka.

"Saya bersedia membantumu membebaskan Kakakmu dari rumah bordir milik Miss Helena, tapi bantuan saya tidaklah gratis, Zeona Ancala. Ada harga yang harus kamu bayar," ujar Anjelo Raizel Holand seraya melemparkan smirk pada Zeona.

Zeona menelan ludah kasar, " M-maksud T-Tuan ... Saya harus membayarnya?"

"No!" Anjelo menggelengkan kepalanya. "Saya tidak butuh uang kamu!" Anjelo merunduk. Mensejajarkan kepalanya tepat di telinga Zeona.

Seketika tubuh Zeona menegang, mendengar apa yang dibisikan Anjelo kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 13

"Hah?! Zalina?!" Iris biru Helena membola, kemudian dia menjentikan jari tangannya tepat di depan wajah Eric sembari tertawa pelan. "Seleramu sangat tinggi, Tuan Eric! Zalina adalah salah satu primadona di tempat ini. Dia tak akan kulepaskan begitu saja. Ada harga selangit yang harus anda bayar, Tuan. Apakah anda sanggup dan bersedia?" 

Tanpa membuang waktu, Eric menganggukan kepala. "Saya sanggup dan bersedia mengeluarkan uang berapapun itu, asalkan Zalina menjadi milik saya selamanya," jawab Eric dengan mantap. Jelaslah dia bersedia, 'kan yang mengeluarkan uang adalah bosnya, bukan dirinya. Diam-diam di dalam hati, Eric mengulum senyum. 

"Saya suka dengan lelaki gentle seperti anda. Baiklah Tuan ..." Helena menyeringai. "Berikan saya uang dua milyar dan Zalina menjadi milik anda se-la-ma-nya!"

"Baik Miss Helena! Mau cash atau cek?" 

"Cek saja!" jawab Helena dengan cepat. 

"Baiklah, Miss." Eric mengeluarkan buku cek dan menuliskan nominal sesuai dengan kesepakatannya dengan Miss Helena. 

Transaksi selesai dan Miss Helena segera mencium lembar cek itu dan memasukannya ke dalam laci meja kerjanya. 

Dia menelepon anak buahnya. 

[Jacob, bawa Zalina ke ruangan saya sekarang juga!]

Suara di seberang sana menyahut cepat. [Siap!]

Tak berselang lama, pintu bercat cokelat itu kembali terbuka. 

"Miss memanggil saya?" Suara lembut mendayu berkumandang, membuat Eric menolehkan kepala ke belakang. 

Eric membola mata dengan bibir yang sedikit menganga. "Masya Allah ... cantik sekali." Eric memuji dalam hati wajah perempuan bergaun merah marun yang baru muncul. "Diakah Zalina Anela?" batinnya bertanya. "Tapi dia memang mirip dengan istri keduanya Tuan Anjelo."

Pertanyaan itu langsung dijawab detik itu juga oleh seruan Helena. "Ke mari Zalina!" 

Zalina berjalan dengan anggun menghampiri Helena. "Ada apa Miss memanggil saya? Apakah ada pekerjaan untuk saya?" 

"Tidak ada pekerjaan untukmu, Zalina ... karena mulai malam ini, kamu resmi menjadi milik Tuan Eric Wibowo dan tak perlu lagi bekerja denganku. Tuan Eric sudah menebusmu dengan harga yang sangat fantastis. Kau sekarang sudah bebas!"

Mata Zalina melebar. Jantungnya seperti jatuh ke dasar perut. Diam membeku dengan tangan menutup mulut. Sepersekian detik, ruangan bernuansa merah marun itu sunyi sepi. Helena dan Eric seolah memberikan kesempatan pada Zalina untuk menyalurkan keterkejutannya. 

"Zalina!" Seruan dari Helena berhasil membuat Zalina tersadar kembali. Dia terkesiap dan segera menormalkan raut wajahnya. 

"I-iya, Miss." Zalina mengangkat wajah dan menyambut uluran tangan Helena. 

"Selamat menempuh hidup baru, Zalina. Ikutlah dengan Tuan Eric." Helena memeluk tubuh Zalina. "Terima kasih karena selama ini kamu sudah menjadi bunga raya yang paling baik dan penurut," imbuh Helena seraya melepas pelukannya. "Pergilah!" 

Zalina melempar senyum pada Helena. Sesuai perjanjian, jika bunga raya keluar dari tempat bor dir itu, maka dilarang untuk membawa barang-barang, hanya boleh membawa dompet saja. 

"Ayo Zalina!" Eric membuka suara sembari mengulurkan tangannya pada Zalina. 

Ragu-ragu Zalina menyambutnya. Perasaannya campur aduk, antara senang, bingung dan takut. 

Senang karena bisa bebas dari cengkraman Helena, tapi juga bingung sekaligus takut dengan lelaki yang kini menggenggam tangannya. 

Siapa Eric sebenarnya dan apa tujuan dia membebaskannya sampai rela mengeluarkan uang yang sangat besar?

Jangan-jangan Eric adalah mu ci kari sama seperti Helena? 

Atau mungkin Eric akan menjadikan dirinya sebagai budak s*ks seumur hidup? 

Berbagai pertanyaan bermunculan di benak Zalina. Ia berjanji akan menanyakannya nanti, setelah dia dan Eric duduk berduaan. 

"Silakan masuk, Zalina!" Eric membukakan pintu mobil. 

"T-terima kasih, Tuan!" Zalina membungkukan setengah badan sebelum masuk ke dalam mobil mewah itu. 

Kini, keduanya sudah duduk saling bersisian. Eric menghidupkan mesin mobilnya. 

"T-tuan bolehkah say--"

"Nanti Zalina!" Eric memotong ucapan Zalina tanpa menoleh ke arah gadis itu. "Jika sudah sampai di tempat yang dituju, kamu boleh menanyakan segala hal pada saya!" 

"Apakah lelaki ini seorang cenayang? Kenapa dia bisa tahu apa yang akan aku ucapkan?" Zalina bertanya-tanya dalam hatinya. 

Sesuai perintah Eric, bibir Zalina terkatup rapat. Dia menyimpan semua rasa penasaran dan pertanyaannya di dalam hati. Perjalanan malam itu diselimuti dengan keheningan. 

Setelah sekian lama berkendara, akhirnya Eric menghentikan laju mobil yang dibawanya di basement sebuah hotel berbintang lima. 

"Ayo kita turun!" Tanpa banyak tanya dan bicara, Zalina mengikuti semua perintah Eric karena dia sadar diri bahwa Eric sudah membelinya dengan harga yang sangat mahal. Entah berapa rupiah yang dikeluarkan lelaki tampan di sebelahnya ini. 

Mereka berdua berjalan berdampingan, namun kini Eric sama sekali tak menyentuh tangan Zalina. Masuk ke dalam lift dan kembali hening menyelimuti mereka. Hingga sampailah mereka berdua di depan kamar nomor seratus dua. 

Eric menempelkan kartu akses dan pintu pun terbuka. "Ayo masuk!" 

Zalina bagai seekor anak ayam. Mengekori Eric yang berjalan lebih dulu. Setelah mengunci pintu, Eric menyuruh Zalina duduk di sofa yang ada di kamar mewah tersebut. 

Tanpa membuang waktu, Zalina lekas memuntahkan pertanyaan yang sedari tadi ia pendam dalam hatinya. 

"Tuan, siapa anda sebenarnya? Kenapa anda mau membeli wanita penghibur seperti saya? Apa tujuan anda? Apakah anda ingin menjadikan saya sebagai budak naf su anda, babu, pelayan atau saya akan dijadikan wanita malam lagi? Maaf kalau saya banyak bertanya. Hanya saja saya merasa sangat heran, kenapa anda mau mengeluarkan uang banyak demi membawa saya keluar dari tempat Miss Helena." Zalina mengakhiri rentetan perkataannya dengan hembusan napas panjang. 

Eric mengulas senyum kecil. Barulah dia mengeluarkan suara untuk menjawab pertanyaan Zalina. "Saya hanyalah manusia biasa, Zalina. Saya membeli kamu atas perintah seseorang. Besok, kamu akan bertemu dengan orang itu. Jadi untuk sekarang, istirahatlah! Kalau kamu butuh sesuatu, ketuk saja kamar nomor seratus tiga. Saya tidur di sana! Saya permisi dulu!" Tanpa menunggu tanggapan Zalina yang sepertinya masih meloading, Eric lekas keluar dari kamar tersebut. Masuk ke kamar seratus tiga. 

Eric mengirimkan pesan pada Anjelo. 

"Misi selesai, Tuan. Zalina Anela sudah ada di Indi's Hotel."

Pesan itu terkirim, tapi centang satu. 

Eric tak ambil pusing. Dia tahu, jika atasannya pasti sedang memadu kasih dengan adik dari Zalina Anela. 

"Kenapa gadis secantik kamu mau menjadi seorang pela c*r?" Eric menggelengkan kepalanya dengan pelan. Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya merebahkan badan di atas tempat tidur. 

Sementara itu di dalam kamar seratus dua, Zalina tak bisa memejamkan mata. Dia berulang kali menelepon nomor Zeona. Tapi tak bisa dihubungi sama sekali. "Zeo, kamu ke mana sih? Kenapa sudah dua hari dua malam kamu tak ada kabar sama sekali? Nomormu juga kenapa jadi susah dihubungi." Zalina berucap lirih dengan hati yang penuh kecemasan. 

Padahal tadinya, ia ingin sekali mengatakan tentang apa yang dialaminya malam ini. Tentang dirinya yang kini sudah bebas dari jeratan Miss Helena. Namun apalah daya, nomor Zeona tetap tak bisa ia hubungi. "Zeona ... kamu ke mana?" 

1
Diah Salwa Nabila
maaf bukan menyaperi thor tapi menghampiri🙏
Ama Apr: Siap Kak☺
ke depannya aku ganti deh🤭
Diah Salwa Nabila: Iyah sama2 cuman kaya kurang cocok maaf cuman saran yah thorr hehe 🙏
total 3 replies
Gato Piola
Menyentuh banget.
Ama Apr: Makasih Kakak🥰
total 1 replies
Ama Apr
Siap Kak🥰
Makasih udah baca😊
Ma.Cristina Alvaro
Jangan lupa update setiap hari, saya suka banget dengan ceritanya 👏
Ama Apr: Insya Allah, siap Kak.
Makasih udah baca🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!