"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepergok Oleh Asma
Enam bulan telah berlalu, sekarang Raya dan Alvin sudah menepati rumah yang mereka beli, karena sebelumnya, Raya merenovasi bagian yang menurutnya kurang pas.
Alvin dan Raya mengadakan acara syukuran secara besar-besaran, Hendra sangat Bangga pada pencapaian anaknya. Dia langsung menatap sinis ke arah Asma, yang kebetulan juga hadir disana.
Ya, Asma berada di sana, karena di undang oleh Danu dan juga Marni. Karena tidak enak, makanya Asma datang ke sana, untuk bantu-bantu keberlangsungan acara.
Farhan juga menyempatkan hadir kesana, walaupun hanya untuk sekedar mencicipi makanan. Sedangkan Fira, memilih tetap berada di rumah, dan menutup kedainya.
"Berani juga kamu datang kesini." sinis Alvin kala Farhan sedang makan sate yang disediakan.
"Beranilah, kan di undang. Dan ingat, yang mengundang itu mertua mu, jadi, kalo ada yang disalahkan, salahkan mertuamu, karena telah mengundang ku hadir." sahut Farhan kembali menikmati satenya.
"Cih, cih, memang kamu salah satu manusia, yang tidak punya malu ya?" cibir Alvin.
"Yang malu itu, bila tamu gak di undang Alvin. Bukan seperti saya." bela Farhan.
Kemudian Farhan bangkit dari kursinya, dan menuju dimana Danu berada.
"Paman, maaf sepertinya menantu Paman tidak menyukai keberadaan saya disini." ungkap Farhan memasang wajah menyedihkan.
"Loh, kenapa?" tanya Danu menatap Alvin di kejauhan.
"Dia mengatakan pada saya, kalo saya tidak malu berada disini, padahal, jelas-jelas Paman lah, yang mengundang saya untuk hadir ke sini." adu Farhan.
Danu langsung melambai tangan ke arah Alvin, yang kebetulan sedang menatap ke arah dia dan juga Farhan.
"Ada apa Ayah?" tanya Alvin kala sampai dihadapan mertuanya itu.
"Asal kamu tahu ya Alvin, kita membuat acara ini untuk syukuran, karena kamu telah berhasil membeli rumah ini. Dan juga, mengharapkan doa-doa dari semua tamu yang hadir disini. Lantas, kenapa kamu mengatakan jika Farhan tidak mempunyai rasa malu, karena berani hadir ke sini? Padahal, jelas-jelas Ayah lah, yang mengundangnya kesini. Itupun, atas persetujuan mu." seru Danu panjang lebar.
"Maaf Ayah." pinta Alvin, dia tidak menyangka kalau Farhan berani mengadu ada Danu.
"Ya sudah, kamu layani lah, tamu-tamu mu yang lain. Bukannya kamu bilang, bos mu juga akan hadir?" seru Danu membuat Farhan menelan ludah kasar.
Danu langsung pergi meninggalkan Alvin dan Farhan.
"Nanti, biar aku tanya pada bos ku, siapa tahu dia bisa memberimu pekerjaan disana. Ya, walaupun menjadi ob." kekeh Alvin kala melihat wajah tegang dari Farhan.
Alvin mengira, jika Farhan pasti berpikir kalau dia adalah karyawan terbaik di kantornya. Buktinya, bos nya saja mau menghadiri acara syukuran yang dibuatnya.
Farhan langsung mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Darwis, dia meminta agar Darwis berpura-pura tidak mengenalinya, jika nanti beneran hadir ke acara yang diadakan oleh Alvin.
"Kamu masih memakai android?" kekeh Alvin menghina ponsel yang berada di tangan Farhan.
"Iya, ang masalah?" sahut Farhan.
"Kalo aku sih gak level," cibir Alvin sambil tersenyum sinis. "Heran aja, kok Fira mau-maunya nikah sama orang kere sepertimu." lanjut Alvin.
"Kamu lupa? Kenapa kami bisa menikah? Atau harus aku ingatkan, malam tragis itu?" tanya Farhan menaik turunkan alisnya. "Ya, aku sih bersyukur bisa menikahi Fira, karena selain penurut, dia pintar dalam segala hal. Termasuk menyenangkan perut suami, dengan masakannya." puji Farhan.
Yang dibayangkan oleh Alvin malah yang lainnya. Yang, di maksud menyenangkan suaminya adalah pelayanan yang Fira berikan pada Farhan. Dan itu berhasil membuat Alvin mengepal kedua tangannya.
Tak lama kemudian, Darwis muncul. Terbukti, dengan Hendra memanggil-manggil Alvin untuk segera menyapa bosnya itu.
Tidak sengaja, mata Darwis menatap Farhan di kerumunan orang-orang. Namun, dia teringat pesan yang sebelumnya dikirimkan oleh Farhan. Sehingga, dengan cepat dia memutuskan kontak matanya dengan keponakan kesayangannya.
Hendra, dengan sibuk memperkenalkan semua keluarganya. Bahkan dia mejamu Darwis dengan hidangan terbaik. Dia ingin yang terbaik untuk bosnya itu.
Darwis memang belum mencari tahu tentang perbuatan Hendra, makanya Hendra masih berada dan merasa aman di perusahaan itu. Dan Alvin, tentu saja tidak tahu, tentang perbuatan Ayahnya itu.
"Lelaki yang memakai kemeja biru itu, siapa?" tanya Darwis melihat ke arah Farhan.
"Dia suami dari sepupunya Alvin." sahut Hendra cepat.
"Tapi, dia hanya seorang lelaki pengangguran, yang hanya mengharapkan belas kasihan dari mertua juga istrinya." lanjut Hendra.
"Wah, benarkah? Coba panggilkan." perintah Darwis.
Hendra langsung memberi kode pada Alvin, untuk segera memanggil Farhan.
"Kenalkan, dia direktur di perusahaan kami." ungkap Hendra, kala Farhan mendekat.
Farhan langsung mengulurkan tangannya. Namun di tepis oleh Hendra.
"Dia seorang direktur, dan tidak pantas menjabat tangan kotor mu." sentak Hendra.
"Eh, manusia itu semuanya sama. Gak ada yang berbeda." sahut Darwis menatap tajam ke arah Hendra.
"Maaf Pak." pinta Hendra menahan malu.
"Darwis," ujar Darwis memperkenalkan diri. Dan Farhan menyambutnya dengan suka cita.
Hendra kembali mengalihkan Darwis dari Farhan, dengan cara membicarakan tentang kerja sama mereka dengan sebuah hotel yang sedang dibangun. Karena Hendra, tidak mau jika Darwis berbicara terlalu lama dengan Farhan, sebab dia takut jika nantinya Farhan menanyakan tentang pekerjaan pada Darwis.
"Baiknya, masalah perusahaan kita bicarakan saat jam kerja. Karena sekarang aku ingin bersantai tanpa memikirkan pekerjaan." ujar Darwis, membuat Hendra kikuk.
Farhan langsung meninggalkan acara tersebut, dia tidak mau berlama-lama dengan Omnya itu, karena dia takut jika nanti Omnya keceplosan, apalagi saat mendengar jika ia dihina oleh bawahan dari Omnya sendiri.
Fira langsung menyambut suaminya, kala Farhan mengucap salam saat memasuki rumah. Karena hari ini kedai lagi tutup. Farhan memanfaatkan waktu untuk mereka jalan-jalan. Dan Fira langsung mengirimkan pesan berupa sms untuk Ibunya. Karena Asma hanya memakai ponsel yang bisa digunakan untuk telponan dan sms-an.
Setelah mendapatkan balasan dari Ibunya, baik Fira dan Farhan langsung bersiap-siap. Tentu saja Farhan memanfaat waktu untuk mandi bersama. Apalagi, mertuanya tidak ada di rumah.
Dengan muka memerah, Fira pun menuruti keinginan suaminya. Namun, yang terjadi bukan seperti bayangan Fira, melainkan lebih dari itu. Yaitu, bukan hanya sekedar mandi bersama.
Setelah melakukan ritual mandi yang hampir satu jam lebih lamanya. Akhirnya mereka berdua keluar untuk bersiap-siap. Namun siapa sangka, di dapur terlihat Asma yang sedang minum. Dan dengan reflek Fira langsung berteriak akibat terkejut, serta malu yang dirasakannya.