Hari itu adalah hari yang cerah tapi mendung, dengan matahari yang bersinar di antara awan. Pagi itu embun dingin panas menempel di daun-daun hijau. Hani dari kejauhan melepaskan kepergian saudara laki-lakinya ke tempat peristirahatan terakhir.
Hani dianggap gadis pembawa sial oleh keluarganya. Pria yang dekat dengan Hani, akan mati. Sepupu dan Kakak kandungnya adalah korbannya.
Apakah Hani adalah gadis pembawa sial?
Mengapa setiap pria yang dekat dengannya selalu saja dekat dengan kematian?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Di dalam Bus
CRAAAAANG!
CRAAAAANG!
Piring, mangkok, gelas berterbangan. Pecahan kaca berserakan. Sayur, nasi, lauk berhamburan di lantai. Emran melempar semua yang ada di meja makan. Emran seperti orang kesetanan. Hani mundur dari meja makan, tubuhnya gemetar, jantungnya berdegup kencang. Hani melihat Emran yang kehilangan kendali emosi.
Emran kembali menatap ke arah Hani. Emran dengan cepat menghampiri Hani. Hani mundur beberapa langkah sampai tubuhnya terhimpit dinding tembok. Hani menundukkan kepala ketika Emran mengurungnya dengan kedua tangannya. Hani tidak berani menatap Emran yang wajahnya memerah.
Emran berteriak sambil memukul-mukul tangannya ke tembok. Hani menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Emran terus saja melampiaskan kemarahannya dengan meretakkan dinding tembok dengan kepalan tangannya. Hani menangis ketakutan. Hani tidak bisa membayangkan jika tinju Emran mengenai wajahnya. Dengan penuh kemarahan Emran masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Hani.
BRAAAKKK!
Emran membanting pintu kamarnya. Terdengar suara gaduh di dalam kamar, Emran mungkin saja membanting dan melempar apa saja yang ada di kamarnya sekarang. Emran dengan kuat berteriak.
Hani ketakutan, dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Dia mengambil tas, dompet, perhiasan miliknya. Dengan perlahan Hani keluar dari rumah Emran. Pelan-pelan, Hani harus bisa meninggalkan rumah Emran. Hani membuka pagar rumah, dengan sedikit kesabaran Hani sedikit menjauh dari rumah Emran. Dan dia berhasil masuk ke dalam taxi.
Hani meminta sopir taxi mengantarnya ke terminal bus. Sepanjang jalan Hani bingung kemana melangkahkan kakinya. Dia tidak punya tujuan. Dia teringat punya keluarga di Kota C, itupun yang dia dengar dari cerita Fani. Sampailah Hani di terminal bus. Hani memutuskan pergi ke Kota B.
Hani masuk ke dalam bus dan duduk di dekat jendela. Hani memandangi kota A yang selama dua bulan ini ditinggalinya. Banyak waktu dihabiskan Hani di rumah sakit. Emran sangat peduli terhadap Hani. Hani tidak pernah tahu apa latar belakang Emran. Apakah dia terlahir kaya raya karena semua keperluan Hani dan biaya rumah sakit Emran yang membiayai.
Hani tinggal bersama Emran. Seperti biasa Emran sangat sayang dan perhatian kepada Hani, layaknya seorang kekasih. Tapi setelah dua hari tinggal bersama Emran, Hani merasa ada keanehan. Emran di pagi hari berbeda dengan Emran yang dia temui di malam hari. Entah kenapa, setiap maghrib menjelang, Emran berubah. Sikapnya lebih mengekang, tidak menerima penolakan apapun.
Setiap kali mereka jalan, ada cowok yang melirik Hani langsung dia hajar. Hani merasa tidak nyaman. Pernah Hani belanja di mini market, seperti biasa setiap kasir pasti ramah terhadap pembelinya. Hani ingin mengisi pulsa dan kasir pria itu sangat ramah melayani Hani. Emran cemburu dan mencengkeram kerah baju kasir mini market.
Emran juga bertingkah seperti mereka sudah sepasang suami istri. Hani merasa tidak aman. Setiap malam Emran bisa masuk dan tidur di samping Hani walaupun pintu kamarnya terkunci rapat. Memang Emran tidak melakukan apa-apa, tapi Hani merasa terancam, sewaktu-waktu Emran bisa saja melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya.
Dan ketika Hani berberes kamarnya, Hani menemukan di dalam tasnya ada perhiasan yang Hani sendiri tidak ingat dari mana datangnya. Dan tas itu ada di dalam bedside cabinet yang ada di dalam ruangan tempat dia dirawat. Hani kemudian mendapatkan ide untuk pindah dari rumah Emran. Dan hari itu akhirnya tiba.
Bus yang ditumpangi Hani sudah dipenuhi penumpang. Bangku yang ada di samping Hani pun terisi. Mereka pun perlahan meninggalkan terminal. Orang yang ada di samping Hani sedari tadi asik memainkan laptopnya.
Orang itu dengan sopan mengajak Hani ngobrol dan mengenalkan diri. Dia bertanya kepada Hani apakah ingin pendapatan sampingan. Hani bertanya pendapatan seperti apa.
"Saya datang ke kota ini karena ada urusan pekerjaan. Saya ketinggalan pesawat dan besok saya harus menyerahkan laporan. Apakah Anda bisa mengetik? Saya minta tolong Anda mengetikkan laporan dan saya yang menyusun laporannya. Jangan khawatir pasti akan saya bayar. Oh iya panggil saya Zav," Zavian tersenyum.
Hani memikirkan tawaran Zavian atau Zav. Dari pada Hani bengong sendiri di dalam bus, Hani menerima tawaran Zav. Zav menyerahkan laptopnya kepada Hani. Zav mulai menyusun laporan. Hani dengan lincah mengetik setiap kalimat yang sudah disusun Zav.
Waktu berlalu sangat cepat. Zav kembali memeriksa laporan yang diketik Hani. Zav sangat serius karena laporan ini sangat penting. Zav kemudian mengirimkan laporan itu ke email kantornya.
"Akhirnya, terima kasih banyak Hani. Berkatmu laporannya selesai. Aku bisa istirahat dengan tenang malam ini," Zav merenggangkan otot-ototnya.
"Hani masukkan nomor kontakmu," Zav memberikan ponselnya kepada Hani.
"Hmmm, maaf bukannya saya tidak mau. Saya ingin mengganti nomor kontak. Saat ini saya tidak mengaktifkan ponsel," Hani merasa tidak enak.
"Ok, aku mengerti. Apa kamu sekarang punya tujuan?"
Hani menggelengkan kepala.
"Baik Hani, ingat jangan sekali-kali percaya dengan orang asing. Tapi aku pengecualian. Kebetulan aku memerlukan assisten di kantor. Jika kamu berminat bergabung di kantor kami. Kamu juga akan mendapatkan mess,"
Zav membuka kembali laptopnya. Zav mencari website kantornya.
"Silakan dibaca. Semoga kamu mau bergabung dengan kami," Zav menyandarkan kepalanya di bangku bus. Zav memejamkan matanya dan terlelap.
Hani membaca web perusahaan Zav. Ternyata salah satu perusahaan yang cukup terkenal di Kota B. Pemiliknya mempunyai seorang putra yang wajahnya terasa familiar. Hani mencoba mengingatnya. Hani memegang kepalanya yang mulai terasa sakit. Hani menutup laptop dan menaruhnya di samping Zav.
TOK!
TOK!
Hani mendengar kaca jendela di sampingnya diketuk. Hani menoleh ke samping kirinya. Hani melihat ada yang melayang di samping bus mereka. Hani memperjelas pandangannya. Hani tidak melihat jelas. Bayangan hitam itu melesat cepat.
CKIITTTTTTT!
Sopir bus tiba-tiba menginjak rem dengan mendadak. Semua penumpang terdorong ke depan. Kepala Hani terbentur kursi yang ada di depannya. Hani memegang erat laptop Zav. Zavian pun terbangun karena tubuhnya terdorong ke depan.
"Ada apa?" Zav bangun dan kaget melihat ke sekelilingnya. Para penumpang ribut.
"Hani, Hani," Zav melihat kening Hani mengeluarkan darah. Hani tidak sadarkan diri dengan memeluk laptop.
Penumpang ribut, mereka memaki sopir bus. Penumpang yang sebagian anak-anak menangis karena terbentur kursi depan mereka. Beberapa dari mereka berjalan menuju kursi sopir bus.
"Bang, kurang ngopi ya!" teriak salah satu penumpang.
"Ada apa an Bang?" penumpang yang lain penasaran.
"I ... Itu, i ... itu," tunjuk sopir bis ke depan jalan.
Sebagian penumpang melihat ke arah depan bus mereka. Di sana terlihat ada seseorang yang berdiri menggunakan baju serba hitam. Dan tiba-tiba saja orang itu dengan cepat terbang menembus bagian depan Bus dan melayang-layang di dalam bus mereka.
"SETAAAAAAANNNNN!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
