Bagaimana jadi nya jika wanita yang menjadi istri nya adalah teman anak nya? apa yang akan terjadi? apakah anak nya akan menerima nya?
Bruuk
Elin ikut terjatuh dengan tubuh Firman di atas nya ,dia masih terkejut dan memejamkan mata nya hingga akhirnya dia merasakan sesuatu menimpa bibir nya.
Mata nya membulat sempurna saat merasakan bibir Firman berada diatas bibir nya ,Firman juga melakukan hal yang sama. Mata nya melotot, tak percaya dengan apa yang terjadi .
"Papa....Elin " Terima Mutiara,dia juga ikut terkejut melihat apa yang dia lihat didepan nya.
Firman tersadar dan langsung berdiri,dia melihat Elin yang meringis bangkit dan duduk sambil memegangi pinggang nya yang sakit. Tubuh Firman terbilang tegap dan berisi,sedangkan dirinya kecil walaupun berisi tapi tetap saja tubuh Firman berat .
"Kamu ngak apa apa ?" tanya Firman ,dia membantu Elin untuk berdiri tapi kaki Elin seperti nya kram sehingga dia susah untuk berdiri dengan tegak.
yuk lanjut baca ,smoga pada suka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuliati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘☘
Hati Elin merasa sakit,dia bingung harus bagaimana tapi kemudian Firman langsung menarik tubuh Elin dan mendekap nya. Membuat Elin terkejut karena saat ini ada Mutiara didepan mereka,dia ngak ingin Mutiara marah pada nya .
"Ayo kita lihat bapak mu lebih dulu,kita bisa pindahkan ke sini juga " ucap Firman saat melihat Elin mendorong tubuh nya.
Elin menggelengkan kepala nya, dia ngak mungkin mengajak Firman ke klinik dekat rumah nya karena Mutiara baru saja di pindahkan ke ruang rawat inap.
"Aku sendiri saja om,om temenin Tia saja " jawab Elin, dia menatap ke arah Mutiara dan menggenggam tangan Mutiara dengan lembut
"Cepat sembuh ya Tia,aku pergi dulu" ucap Elin tapi Mutiara menahan tangan nya
"Kamu sama papa saja, aku ada perawat kok disini . Biar papa bantu apa yang perlu dibantu lin" ucap Mutiara dengan lembut ,dia pun tersenyum dengan cukup lebar
"Tapi...." jawab Elin dan Mutiara menggelengkan kepala nya
"Ngak ada tapi tapi Elin,aku ngak ingin kamu kenapa napa " ucap Mutiara kemudian dia melirik ke arah papa nya yang tersenyum dan menganggukan kepala nya
Firman menarik tangan Elin dari tangan anak nya, kemudian mengecup kening Mutiara lebih dulu sebelum pergi dari sana .
"Mama dan papa pergi dulu ya sayang,kalau ada apa apa kabari papa hhmmm" ucap Firman dengan santai membuat Elin melotot, sedangkan Mutiara hanya terkekeh kecil saja dan mengangguk.
"Hati hati ya ma ,pa. Nanti pas kemari tolong beliin buah buat aku " jawab mutiara dengan senyuman lebar dibibir nya
Firman langsung mengangguk dan menarik pinggang Elin untuk dirangkul menuju pintu keluar ,sedangkan Mutiara yang kepala nya masih terasa pusing hanya bisa memejamkan mata nya lagi .
Walaupun sudah agak baikan, tapi dia harus banyak istirahat juga. Penyakit nya memang bukan penyakit serius sehingga dia tidak perlu khawatir sama sekali,bagi nya yang terpenting adalah Elin sudah kembali bersama nya dan pasti akan tetap bersama nya
Di mobil,Elin terus menggenggam kedua tangan nya . Ada rasa sedih dan bersalah pada bapak nya saat ini,dia merasa kalau dirinya tak bisa menjadi anak yang baik untuk bapak nya .
"Jangan khawatir,semua nya pasti baik baik saja " ucap Firman yang berusaha menenangkan nya, dia berbelok menuju rumah kontrakan Elin tapi Elin melarang nya
"Terus aja om,di belakang restauran sederhana " jawab Elin dengan pelan
"Kalian sudah pindah ?"tanya Firman ,dia penasaran dengan Elin yang langsung pindah saat dia menyuruh Elin menjauhi Mutiara
"Ya....baru sebulan disana " jawab Elin dengan tenang.
"Kenapa pindah ? Apa karena om dan Tia ?" tanya Firman karena dia yakin kalau Elin merasa nyaman tinggal di rumah kontrakan lama nya, bukan karena dekat dengan sekolah adik adik nya tapi karena tetangga yang ada disana terbilang perduli pada mereka. Mungkin karena mereka sudah lama tinggal disana.
Elin juga pernah mengatakan nya pada Mutiara, dia mendengar nya saat itu makanya dia lebih bebas untuk mencari uang karena bapak dan adik nya banyak yang liatin keluarga nya .
"Ngak apa apa kok om,hanya saja lebih murah tinggal di kontrakan yang sekarang " ucap Elin dengan pelan
Tak lama mereka sampai didepan rumah kontrakan tiga pintu,rumah yang ditempati oleh Elin berada di tengah tengah . Elin pun mendekati rumah itu,disana ada adik adik nya yang sudah bersiap pergi . Membawa tas lusuh yang bisa dipastikan berisi baju bapak nya, Elin segera mendekati nya.
"Dek.....mana bapak ? " tanya Elin,dia pun memeluk tubuh adik adik nya
"Sekarang lagi di klinik depan kak,ayo kita liat bapak kak" jawab ardi
"Kak,apa ada uang nya ? kata dokter nya bapak ngak apa apa kok,hanya luka dibagain kaki nya saja dan kata dokter jangan pake kursi roda yang itu lagi karena sudah rusak " ucap Hendra, dia takut jika nanti nya mereka ngak punya uang .
Jika saja mereka sudah besar,bisa dikatakan dia lah yang akan menanggung semua nya bukan kakak nya . Hendra merasakan kasihan pada sang kakak yang selalu bekerja keras untuk keperluan mereka.
"Kak....tadi pak Seto kesini,beliau ingin membantu pengobatan bapak . Kak,apa kakak menikah saja dengan pak Seto. Beliau akan membiayai kehidupan kita, aku ngak ingin kakak bekerja keras dan jauh dari kami . Aku juga ngak ingin liat kakak sakit " ucap Hendra,dia tau kalau pak Seto bukan satu pria yang melamar kakak nya untuk dijadikan istri.
"Kalau kakak ngak mau menikah dengan kak seto,bisa dengan anak pak rusli. Kakak itu kan juga ganteng dan mapan kak" ucap Ardi
Banyak yang datang pada bapak nya dan melamar Elin setelah lulus sekolah,mereka menjanjikan untuk membiayai semua kebutuhan keluarga Elin tanpa terkecuali. Bahkan mereka akan melakukan nya di depan pengacara, agar tidak ada kesalah pahaman lainnya .
Firman mendengarkan nya, dia pun berjalan mendekati hendra dan ardi kemudian tersenyum dan mengelus kepala mereka masing masing. Hati nya terasa panas mendengar begitu banyak pria yang akan melamar wanita nya ,kini dia harus mengambil langkah cepat.
"Ayo masuk mobil,kita akan ke klinik depan dan membawa bapak pulang " ucap Firman,dia harus segera mengambil langkah cepat sebelum kehilangan Elin.
Kedua nya pun melihat ke arah Firman dan mobil nya, mereka pun ikut masuk kedalam mobil . Walaupun jarak nya ngak begitu jauh,tapi Firman ngak mau mengambil resiko lagi . Dia akan mengatakan pada bapaknya Elin mengenai dirinya yang akan menikahi Elin, dia ngak mau menunggu .
"Kalian ingin makan apa ? kita beli dulu " ucap Firman dengan pelan ,dia ngak mungkin ngak membawa makanan ke rumah sakit
"Ngak usah om ,kami mau jemput bapak saja " jawab Hendra, mereka memang belum makan tapi mereka masih memikirkan bapak nya.
"Ya sudah, kalau begitu kita akan pergi jemput bapak sekarang. Nanti pulang baru kita beli makanan ya " ucap firman dengan ramah
Tak lama mobil sampai didepan klinik yang terbilang mewah,Elin merasa sedikit khawatir. Uang nya pasti ngak cukup untuk biaya perawatan bapak nya,dia ingin meminjam uang lebih dulu pada madam sebelum kemari tadi nya tapi dia ngak tau ternyata Firman ikut juga .
"Ayo turun ,kita jemput bapak sama sama " ucap Firman dan mereka pun turun bersama
Elin berjalan menggandeng tangan kedua adik nya ,kemudian dia melihat bapak nya duduk di bangku yang berada didepan ruangan darurat dengan termenung.
bersambung
Jangan lupa vote like dan komentarnya ya makasih 😘😘😘😘😘😘😘😘😘