Genre : TimeTravel, Action, Adventure
Mo Lian. Seorang Kultivator terkuat di Alam Semesta.
Saat ia hendak naik ke Alam Selestial, Dao menolaknya karena di dalam hatinya terdapat penyesalan besar. Akhirnya pun Dao mengirimkannya kembali ke masa sekolahnya saat berusia 18 tahun.
"Kali ini aku harus berkultivasi secara perlahan sembari membalaskan semua dendam yang ada! Hingga tidak lagi meninggalkan penyesalan maupun rasa bersalah, yang mana dapat membangun iblis hati!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12 : Orang Suruhan Long Bing
Setelah memberikan Pil Pembersih Tubuh pada kelima orang anggota Keluarga Qin. Mo Lian diantarkan oleh Qin Nian ke Mansion Bai Long bersamaan dengan kotak kayu berisikan herbal yang masih tersisa. Roh qi dari rempah maupun herbal ini akan ditarik dan digunakannya untuk meningkatkan kekuatan.
Mo Lian sangat yakin dirinya dapat menembus Fase selanjutnya, atau paling sedikit ia dapat mencapai tahap Akhir dari Fase Mendalam, bagaimanapun kualitas ramuan kali ini sangat berbeda dari sebelumnya.
Mo Lian keluar dari mobil dengan membawa koper miliknya berserta kotak kayu. "Terimakasih," ucapnya berpamitan pada Qin Nian kemudian memasuki Mansion.
Qin Nian mengangguk kecil. "Sama-sama, Master," balasnya menundukkan kepala kemudian berbalik memasuki mobil.
Mo Lian berjalan menuju halaman belakang Mansion Bai Long. Di sana ia kembali menggambar lingkaran yang sama persis seperti yang pernah digunakannya, kemudian meletakkan seluruh rempah maupun herbal dengan jumlah yang berlimpah.
"Array Perampokan Roh!"
Rempah maupun herbal melemparkan diri ke arah Mo Lian. Beberapa detik kemudian dari dalam herbal keluar aura berbeda warna yang terpusat di satu titik, dan kemudian terbentuk energi spiritual yang menggumpal dengan ukuran sekepalan tangan, lebih besar dari sebelumnya.
Dengan mata terpejam dan duduk bersila, Mo Lian terus memanfaatkan qi dalam ramuan bersamaan dengan qi dari Vena Naga selama berjam-jam lamanya. Ketika Mo Lian membuka matanya, matahari telah memperlihatkan sinarnya yang mulai menyinari daratan.
"Fase Mendalam tahap Akhir! Setengah langkah lagi menembus Fase Lautan Ilahi!"
Dengan ini ia tidak takut lagi jika harus berhadapan dengan senjata api, tapi jika ia ditembak dengan senjata berat. Maka itu lain lagi ceritanya, paling tidak saat ia telah mencapai Inti Perak, ia dapat berkuasa di Bumi. Bahkan rudal pun tidak ada arti dimatanya.
Mo Lian bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sebelum berangkat sekolah. Dengan kultivasinya yang sekarang, ia bisa tidak makan maupun minum serta tidur untuk waktu dua hari lamanya, cukup untuk menghemat pengeluaran.
Untuk berangkat sekolah, ia kembali diantar oleh pak tua Lee Dong. Mo Lian berpesan pada Lee Dong jika saat pulang nanti ia ingin berjalan kaki saja, dan ingin berkunjung sebentar ke sekolah adik perempuannya.
Pak tua Lee Dong yang mendengar permintaan dari Mo Lian hendak menyanggahnya, namun terhenti saat melihat tatapan serius di mata Ko Lian, akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya sebagai balasan.
Kehidupan di sekolah Mo Lian sangatlah membosankan, ia selalu saja dihina oleh Long Bing dan Xia Fei, tapi untungnya rumor yang mengatakan bahwa dirinya adalah simpanan wanita tua tak lagi terdengar.
Beberapa jam kemudian, bel terakhir berbunyi, menandakan sekolah sudah berakhir dan setiap siswa pun kembali ke rumah masing-masing.
Mo Lian berjalan menuju SMA 2 Chengdu, yang jaraknya sekitar 5 mil dari SMA 1 Chengdu.
Saat Mo Lian melewati jalan yang sepi, ia menghentikan langkah kakinya. "Bukankah sudah waktunya kalian semua keluar? Sudah lebih dari 10 menit kalian mengikuti ku semenjak keluar dari sekolah," ucapnya seorang diri.
"Hahaha! Hebat juga kau bisa mengetahui keberadaan kami!"
Terdengar suara nyaring dari gang kecil di belakang Mo Lian, memperlihat seorang pria paruh baya dengan kepala botak berbadan kekar, di atas kepalanya terlihat luka sayatan.
Pria kekar itu tidak sendirian, ia bersama dengan dua puluh pria lainnya, yang penampilannya tidak jauh berbeda dari pria botak.
"Kalian pasti diperintahkan oleh Long Bing untuk mencelakai ku." Mo Lian memandang santai dua puluhan orang di depannya.
Pria botak itu tersentak tak percaya bahwa targetnya telah mengetahui siapa dalang dibalik ini semua, tapi beberapa detik kemudian seringai lebar terlihat di wajah pria itu. "Lalu mengapa jika kau mengetahuinya? Apakah kau ingin berlutut dan memohon untuk hidupmu?!"
Mo Lian menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum lembut. Pada kehidupan sebelumnya, Long Bing juga memerintahkan semua orang ini untuk membuat cacat kakinya yang lain, hanya saja pada saat itu jumlahnya lebih banyak, hal itu dikarenakan Tang Zhao juga ikut campur.
Pria botak mengerutkan keningnya saat melihat senyum aneh Mo Lian, ia menggelengkan kepalanya mencoba menenangkan pikirannya. "Serang!" teriaknya memerintahkan bawahannya.
Dua puluh orang itu mengeluarkan senjata dari balik bajunya. Pisau, kunci inggris, dan pipa besi.
"Mati kau!" teriak salah satu dari mereka, seraya mengayunkan pipa besi secara vertikal mengarah pada kepala Mo Lian.
Mo Lian hanya diam tak bergeming dari tempatnya berdiri, namun saat pipa besi itu hendak mengenai rambutnya, secara tiba-tiba Mo Lian menghilang dari pandangan semua orang, dan muncul tepat di belakang orang pemegang pipa besi.
Mo Lian menyentuh punggung pria itu menggunakan telapak tangannya, dan dalam sekejap pria itu terlempar kuat menghantam tiang listrik.
Kejadian ini sangat cepat, menyamai kedipan mata. Sehingga semua orang tidak dapat bereaksi dan terdiam sejenak untuk mencerna apa yang terjadi di depan mata mereka.
"Sialan! Dia seorang Pejuang!" Pria botak berteriak lantang memperingati bawahnya, ia mengeluarkan senjata api dari balik bajunya dan mengarahkannya pada Mo Lian. "Kau mungkin cepat, tapi kau akan mati dengan senjata api ku!" ucapnya kemudian menarik pelatuk pistol.
Bang!
Mo Lian yang melihat itu hanya diam menunggu datangnya peluru. Di matanya, peluru itu bergerak sangat lamban, bahkan Mo Lian memiliki waktu untuk mengorek telinganya sejenak sebelum peluru itu mengenai tubuhnya.
Pria botak tersenyum lebar saat melihat Mo Lian hanya diam tak bergeming, namun senyum itu tak bertahan lama. Karena detik berikutnya ia melihat pemandangan yang mengerikan. "I- I- I- Ini ... bagai ... mana mungkin ... bukan hanya tidak membunuhnya, bahkan pakaiannya pun tak tergores ..." ucapnya terbata-bata.
Mo Lian tersenyum tipis, dengan sedikit gerakan dari kakinya, Mo Lian menghilang dari pandangan semua orang dan kemudian muncul di belakang setiap orang secara bergantian. Setiap kali ia muncul, pada saat itu juga terdengar teriakan kesakitan bersamaan dengan anggota tubuh setiap orang yang patah.
"Sekarang giliranmu!" Mo Lian melangkahkan kakinya menuju pria botak.
Pria botak itu terduduk, kemudian ia mencoba melangkah mundur masih dengan posisi itu, terlihat keringat dingin mengalir di wajahnya dengan tatapan ketakutan menatap Mo Lian. "Ka- Kau. Ak- Aku adalah orang Keluarga Long ... jika kau berani mencelakai ku, Keluarga Long akan membunuhmu!" ucapnya mengancam.
"Kau harus sadar dengan posisimu!" Mo Lian menginjak kaki pria botak, ia menekannya keras hingga terdengar suara retakan kasar, menandakan kaki dari pria botak yang tak diketahui namanya itu patah.
"Aarrgghh!" Pria botak berteriak kesakitan dengan air mata mulai mengalir karena tidak dapat menahan rasa sakitnya.
Mo Lian mengangkat kakinya kembali, ia mundur selangkah. "Katakan pada Long Bing, aku akan datang membalaskan dendam ini!" ucapnya mematahkan tangan pria botak itu, kemudian berbalik melanjutkan perjalannya kembali.
Meski ia bisa membunuh dua puluh orang itu, namun saat ini Mo Lian belum dapat melakukannya, bagaimanpun ini di Bumi. Dunia yang memiliki hukum, ia tidak dapat dengan bebas membunuh orang, paling tidak sampai ia mencapai Ranah Inti Perak.
Mo Lian merogoh kantung celananya, ia mengambil handphone dan mencari nama yang terdaftar di dalam kontak.
"Halo..." terdengar suara merdu dari balik telepon.
"Qin Nian. Apakah kau bisa membuatkan izin untukku di SMA 1, dan adikku di SMA 2 atas nama Mo Fefei?"
"Apakah Master memiliki urusan yang mendesak?"
"Iya," jawabnya singkat.
"Baiklah. Aku akan mengatakannya pada kakek, lagipula dua sekolah itu milik kakek, jadi sangat mudah jika ingin meminta izin. Master Mo ingin berapa hari?"
"Sampai akhir pekan."
"Tiga hari? Oke."
"Terimakasih."
"Sama-sama, Master."
Mo Lian menutup teleponnya, ia ingin pergi ke Kota Hanzhong lebih cepat dari yang dijadwalkan. Bagaimanapun ia telah mematahkan anggota tubuh dari orang Keluarga Long, dan pastinya cepat atau lambat mereka akan mengambil tindakan. Jadi Mo Lian berpikiran lebih baik untuk kembali secepatnya dan membawa ibunya ke Kota Chengdu, agar ia dapat mengawasinya dengan mudah.
"Keluarga Long! Kalian tunggu saja!"
...
***
*Bersambung...
rehat dulu author