Menikah dengan tukang ojek membuat kakak iparku selalu membencinya, bahkan dia mempengaruhi kakak ku yang selalu melindungi ku kini membenciku dan suamiku. begitu juga kakak laki-lakiku.
namun semua akan terkejut atau tidak ketika mereka tau siapa suamiku?. simak ceritanya di DIKIRA TUKANG OJEK TERNYATA PENGUSAHA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8. Menyesal
Pak Handoko dan Mama Ratih yang sejak dari tadi diam kini dia buka suara.
"Arsen, Papa dan Mama tidak rela kalau kamu mengusir Senja, dia juga adik mu." Pak Handoko dan Mama Ratih tidak akan bisa hidup tanpa Senja, keduanya sangat menyayangi Putri bungsunya itu.
"Ma, Pa, ini rumah ku dan aku berhak mengusir siapa saja." Arsen sepertinya benar-benar mengusir Senja. Apalagi provokasi dari Amira, jadi Arsen semakin emosi.
"Kalau memang Kakak mau aku pergi dari rumah ini, aku akan pergi. Kak Arsen dan Mbak Mira, kalian sampai kapanpun tetap Kakak ku, darah kita sama, aku sayang kalian." Ucap Senja dengan air matanya yang semakin tak bisa di bendung lagi.
Senja tidak marah dan tidak membenci kedua Kakak nya itu, Senja masih ingat ketika dia kecil, kedua Kakak nya itu sangat posesif padanya. Namun yang membuat kecewa pada kedua Kakak nya itu karena menuduhnya melakukan apa yang tidak dia lakukan. Senja juga tau kalau Amira berubah setelah menikah dengan Firman, semua perubahan Amira itu berasal dari Firman.
"Jangan Nak, jangan tinggalkan Mama, kalau kamu pergi Mama juga ikut, lagi pula ini bukan rumah Mama dan Papa, tapi rumah Arsen. Mama dan Papa akan ikut adik mu pergi. Ini rumah mu ambil lah untuk mu, Terimakasih sudah memberi tumpangan selama ini." Sindir Mama Ratih pada putranya yang selalu membanggakan punya rumah.
"Ma, Pa, aku tidak mengusir kalian, kalian boleh tinggal disini sampai kapanpun kalian mau, Mama jangan berkata seperti itu lagi." Arsen merasa tersindir, dan juga bisa melihat raut kecewa dari wanita yang melahirkannya.
"Mama dan Papa tetap akan ikut kemanapun adik mu pergi, jadi rumah ini kami kembalikan untuk mu." Mama Ratih sudah sangat yakin dengan keputusannya.
Arkan yang baru masuk kedalam rumah, dia bingung, apa lagi saat melihat istri tercintanya menangis. Arkan segera menghampiri istrinya dan memeluk istrinya itu.
"Mas, ayo kita berkemas, kita harus pergi dari sini," ajak Senja pada suaminya. Walaupun Arkan tidak mengerti, dia tetap mengikuti istrinya ke kamar. Sesampai di kamar barulah Arkan bertanya pada istrinya itu.
"Sayang, kenapa kita harus berkemas?" tanya Arkan yang masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Aku sudah di usir dari rumah ini, aku tidak di izinkan tinggal di rumah ini lagi," jawab Senja tanpa menjelaskan apa penyebab dirinya di usir.
"Tapi kenapa di usir?" tanya awan lagi. Dia sungguh penasaran dan bingung .
"Nanti saja aku ceritakan, sekarang ayo kita berkemas dan pergi dari rumah ini." Senja masih saja menangis, bisa Arkan lihat dari air mata yang masih membasahi pipi manisnya itu.
"Baiklah kita pergi dari sini, tapi jangan menangis lagi!" minta Arkan sembari mengusap air mata istrinya lembut dengan ibu jari.
Sedangkan di ruang tamu, Amira sekarang sudah tidak berkutik lagi, dia hanya bisa diam tidak seperti tadi yang selalu memanas-manasi Kakaknya agar mengusir Senja.
Amira diam, mungkin karena dia sudah tau satu kenyataan yaitu soal rumah, ternyata rumah yang di harapkan Firman bukanlah rumah kedua orang tuanya melainkan rumah Kakaknya.
Setelah berkemas, Arkan dan Senja keluar dari kamar mereka dengan membawa koper yang tidak terlalu besar karena Arkan tidak mengizinkan Senja membawa semua bajunya.
Sesampai di ruang tamu dia berpapasan dengan Firman yang sudah pulang dari kerja, dan Firman juga sudah tau kalau Arsen mengusir Senja.
"Hei gembel, bawa istri mu pergi dari sini, kalau tidak ada uang buat ngontrak tidur di kolom jembatan aja, dasar laki-laki miskin tidak berguna," Firman sungguh tidak tau diri, dia tidak berpikir kalau dia juga numpang di rumah ini.
Arkan yang merasa di hina cuma diam saja, dia tidak mau membuat ribut, nanti Firman akan tau sendiri siapa Arkan yang sebenarnya.
Saat Senja menyalami kedua orang tuanya, Mama Ratih menangis histeris.
"Kamu jangan pergi, Mama tidak mau kamu ninggalin Mama, Mama akan ikut kemanapun kamu pergi walau harus tidur di kaki lima, Mama mau selalu bersama kamu." Mama Ratih tidak mau jauh dengan putri bungsunya.
Senja menoleh ada suaminya seolah meminta saran dan persetujuan pada suaminya itu. Arkan yang paham dengan tatapan istri tercintanya itu, dia langsung mengangguk tanda setuju.
Mama Ratih sangat menyesal dengan kejadian ini, dia sempat berpikir kalau dia tidak berteriak kehilangan uang, mungkin Senja tidak akan di usir dari rumah ini.
Namun Mama Ratih sudah tidak bisa berbuat apa-apa, semua sudah terlanjur. Dia Sendiri tidak percaya kalau Senja yang mengambil duitnya.
Mama Ratih yang merasa bersalah pada Senja, dia juga ingin ikut, biar dia juga merasakan apa yang akan dirasakan oleh Senja nanti, karena dia mengira kalau Senja akan tidur di kaki lima atau akan mencari kontrakan yang kecil.
Mama Ratih sudah tidak mau uang itu lagi, sekarang yang dia inginkan hanya bersama Putri sulungnya itu.
Arkan yang melihat Mama Ratih sangat menyayangi Senja, dia jadi teringat ke pada Mommy nya yang telah pergi menghadap yang maha kuasa, semenjak dia kecil,dia tinggal bersama Kakek nya, dan Kakek nya pun sudah berpulang dua tahun yang lalu.
"Kalau Mama sama Papa mau ikut kami, Mama bersiaplah, sebentar lagi akan ada yang menjemput!" Arkan langsung merangkul istrinya keluar dari rumah itu dan menunggu Mama mertuanya di teras saja.
Dikamar, Mama Ratih mengemaskan pakaiannya kedalam koper, begitu juga dengan pakaian Pak Handoko. Keduanya tidak keberatan sedikitpun untuk keluar dari rumah itu asalkan dia tetap bersama Senja.
"Ma, apa Mama percaya kalau Senja yang mengambil uang Mama?" tanya Pak Handoko pada istrinya yang sedang memasukkan pakaian nya kedalam koper.
"Apa tidak sebaiknya kita geledah saja, mereka, walaupun video itu membuktikan Senja yang masuk kedalam kamar, tapi belum tentu Senja yang mengambil uang itu." Pak Handoko sendiri tidak percaya kalau Senja yang mengambil uang itu, Pak Handoko sangat tau Putrinya itu tidak akan melakukan itu.
"Sudahlah Pa, Mama sudah tidak memikirkan uang itu, Sekarang yang penting bagi Mama ikut dengan Senja, Mama juga tidak percaya kalau Senja mengambil uang ku." Mama Ratih sangat kecewa pada Arsen Putranya yang selalu mengungkit soa rumah.
"Ayo Pa, kita pergi sekarang kasihan Senja dan Nak Arkan lama menunggu." Ajak Mama Ratih pada Pak Handoko.
Kedua paruh baya itu keluar dari kamar menyeret kopernya. Saat sampai di ruang tamu Arsen langsung menghampiri kedua orang tuanya dan melarang kedua paruh baya itu pergi.
"Ma,Pa, kalian tetap tinggal disini, biar Senja saja yang pergi." Arsen juga menyesal sudah membuat orang tuanya sakit hati dan kecewa hanya karena perkataannya yang tidak bisa di filter.
"Papa dan Mama mu tidak bisa lagi tinggal disini karena kami tidak berhak atas rumah ini, ingat, ini rumah kamu kalau kamu lupa." ucap Pak Handoko yang juga tersinggung dengan perkataan Putranya.
"Biarlah kami pergi dengan adik kamu, Semoga kalian baik-baik saja." Mama Ratih tetap mendoakan yang terbaik untuk Anak-anak nya walaupun dia kecewa pada Anaknya itu.
"Biarlah Mas, Mungkin Mama dan Papa sudah merasa sungkan tinggal disini." ucap Firman, dia sangat senang jika kedua mertuanya pergi. Namun Firman lupa, kalau ini rumah yang hendak di kuasainya adalah rumah Firman bukan rumah kedua mertuanya.
"Benar kata Firman, lebih baik kami keluar dari sini, biar Firman juga leluasa." Mama Ratih sengaja berkata begitu untuk menyindir Firman.
Rumah ini memang di Beli arsen sebelum dia menikah, Arsen membeli rumah ini biar dia dekat saat pergi bekerja.
Sedangkan rumah orang tuanya dulu sudah pak Handoko jual untuk biaya pengobatan Mama Ratih, waktu mengalami kecelakaan dan Mama Ratih sempat koma selama tiga bulan.
Arsen yang merasa frustasi dan menyesal karena telah berkata kasar pada orang tuanya Langsung pergi keluar dari rumah tanpa berkata apa-apa.
Sedangkan Mama Ratih dan Pak Handoko juga keluar menyusul Arkan dan Senja yang sudah menunggu dirinya.
Amira sebenarnya juga sedih karena Mama dan Papanya keluar dari rumah ini.
"Sekarang kita bebas, akhirnya kita hanya tinggal berdua saja." Firman sangat senang karena mengira dia sudah berhasil menguasai rumah ini.
"Mas dengarkan tadi, kalau rumah ini ternyata punya Kak Arsen, bukan milik Papa dan Mama."
Pertanyaan Amira sukses membuat Firman sadar, kalau rumah yang selama ini dia harapkan ternyata punya Kakak iparnya. Seketika Firman kecewa, ternyata perjuangannya hanya sia-sia saja.
Bersambung