"Ayahmu masuk rumah sakit. Keadaannya genting kamu diminta untuk segera ke Jakarta"Eva membaca pesan masuk di ponselnya dengan kening berkerut.
Ting
Sebuah notifikasi tiket pesawat muncul di pesan selanjutnya, dalam waktu empat jam dari sekarang dia sudah harus di bandara.
Eva berusaha menghubungi nomor asing tersebut namun tidak diangkat. Dia juga berusaha menghubungi nomor ayahnya tapi nihil.
Setelah melakukan perjalanan hampir delapan jam, Eva mendapati ayahnya terbaring kaku diatas brankar rumah sakit ruang ICU dengan berbagai peralatan medis di sekujur tubuhnya.
"Ayah... Bangunlah, aku sudah datang menjenguk ayah..."Lirih Eva dengan bening kristal jatuh di pipinya, namun hanya keheningan yang menemani.
Seorang pria tinggi tegap dengan alis tebal dan wajah dingin yang ikut mengantar jenazah ayahnya berkata dengan suara dingin didepan pusara tepat disamping Eva.
"Kemasi barangmu kita pulang.."
"Kamu siapa?"Tanya Eva bingung
"Suamimu.."Jawabnya singkat lalu berbalik pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mitha Rhaycha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berita Mendadak 4
Pemakaman keluarga Permana terdapat disebuah bukit dengan pemandangan yang indah. Beberapa makam yang terawat baik, berada di tempat yang agak tinggi tidak jauh dari tempat dimana Irawan dimakamkan.
Disamping makam Irawan baru terdapat satu makam saja, posisi makamnya ada di kaki gunung.
Tidak banyak yang menghadiri pemakaman hari ini, hanya beberapa keluarga Permana salah satunya Faisal ayah dari Aksa dan beberapa pembantu.
Semalam saat mayat ayahnya dibawa pulang dari rumah sakit, dia disemayamkan disebuah rumah megah yang Eva tau adalah rumah dari tuannya.
Eva masih ingin berlama-lama di pemakaman, namun sebuah suara bariton menghalau lamunannya.
"Kemasi barangmu kita pulang"Ucapnya dingin
Eva menatap bingung laki-laki yang baru disadarinya sejak semalam selalu berada disamping jenazah ayahnya.
"Kamu siapa?"Tanya Eva bingung.
"Suamimu..."Ucap Aksa lalu berbalik pergi.
Kata 'suami' seperti petir yang menyambar pendengaran Eva hingga telinganya berdengung, dia belum bisa memulihkan rasa terkejutnya dengan berita mendadak kematian ayahnya namun sekarang ada kabar lain yang tak kalah mengejutkannya.
Dia menatap bingung pada pria yang sekarang berjalan menjauh meninggalkan dirinya sendirian diarea pemakaman keluarga Permana. Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba saja ada pria yang mengaku sebagai suaminya tepat dihadapan makam ayahnya? Memangnya kapan dia menikah dengan pria itu?
Eva berbalik menatap makam ayahnya seolah meminta jawaban.
"Nona..." Danar berjalan tergopoh-gopoh "Tuan Aksa meminta ada kembali.."
"Kemana?"Lirih Eva, memangnya dia harus pulang kemana? Pria yang mengaku sebagai suaminya beberapa waktu yang lalu bahkan terlihat enggan.
Danar terkejut melihat reaksi Eva yang tampak putus asa "Tentu saja kerumahnya Tuan Aksa.."Eva masih membisu ditempatnya.
"Nona, Tuan Aksa tidak suka menunggu"Danar mengingatkan dengan sopan. Tuan mudanya bukanlah orang yang memiliki kesabaran untuk menunggu sesuatu apalagi seorang wanita yang baru saja dia temui.
Eva merasa enggan mengikuti Danar namun belum tau harus kemana. Jadi dengan berat hati dia mengikuti langkah Danar menuju mobil yang terparkir di pinggir jalan.
Aksa duduk di kursi belakang dengan laptop di pangkuannya, Eva tidak berani duduk berdekatan dengan pria berwajah dingin seolah dia tak pernah bahagia, jadi dia memilih duduk disamping pengemudi.
"Nona.."Danar hendak mengingatkan namun deheman di belakang mengurungkan niatnya.
"Jalan saja"Titah Aksa, dan mobil pun melaju dalam keheningan.
Eva tidak tau harus mengatakan apa, pria yang berstatus suaminya sibuk mengetik seolah dia berada di dunia yang lain.
"Apakah Nona memiliki barang bawaan?"Tanya Danar memecah kesunyian. Mereka perlu menghabiskan satu setengah jam perjalanan hingga sampai di rumah tuannya, rasanya susah jika harus dilewati dalam diam.
"Tidak ada..."Jawab Eva pelan. Kabar mendadak soal kondisi ayahnya membuat dirinya tak memiliki waktu untuk bersiap-siap, dia bahkan sedang makan siang bersama Sandy dan tidak sempat lagi berkemas.
Danar sedikit tercengang mendengar jawaban Eva. Manado Jakarta bukanlah jarak yang dekat, lalu gadis ini sama sekali tidak membawa pakaian? Apakah hidupnya sesulit itu hingga tak memiliki pakaian yang pantas untuk dibawa?
Tatapan Danar sedikit beralih ke arah Eva. Dia hanya membawa tas selempang, celana jeans abu-abu yang agak longgar, serta kaos oblong berwarna krem. Rambutnya di ikat asal dan sedikit kusut. Danar ingat gadis ini tak pernah berganti baju sejak semalam.
"Bisakah saya di turunkan di mall saja?"Tanya Eva memecah keheningan. Dia perlu membeli beberapa pakaian untuk digunakan selama beberapa hari serta kebutuhan lainnya. Dia tidak berencana untuk menginap lama, hanya perlu mengkonfirmasi ucapan pria yang duduk dibelakang serta mengambil barang-barang ayahnya.
Danar menatap Aksa lewat kaca spion meminta pendapat dari Tuannya."Makanan yang sudah disiapkan akan dingin.."Ucap Aksa hanya mirip gumaman seolah itu untuk dirinya sendiri.
Danar mengangguk setuju dan melajukan mobilnya menuju rumah