Luke Bryan Smith adalah pria yang paling di takuti di SMA Alexander High school, ia merupakan cucu dari pemilik sekolah ternama itu. Dimana di sekolah hanya di isi oleh orang kalangan atas, ada beberapa siswa yang masuk lewat jalur beasiswa juga.
Ia punya pacar yang bernama Agatha Christie, mereka sudah pacaran selama 2 tahun sejak Agatha sekolah SMP, tapi sayangnya ketika mereka SMA Agatha harus pindah keluar Negeri karena berbagai alasan.
Walaupun begitu Hubungan mereka masih berjalan cukup baik hingga sekarang, tetapi semua itu berubah ketika ada seorang siswa baru jalur beasiswa masuk ke sekolah yang sama dengan Bryan.
Bryan justru malah lebih peduli pada wanita itu, masalah dalam hubungan Bryan dan Agatha semakin banyak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panik Attack kambuh
Anita tidak membawa jaket yang tebal, ia hanya memakai jaket tipis yang bahkan sudah terlihat usang. Padahal udara di sini begitu dingin, untuk orang yang biasa tinggal di Jakarta, udara di bandung saat menjelang malam dingin sekali.
Michael menyodorkan jaket yang ia punya, kebetulan Michael membawa dua jaket, dari tadi Michael memperhatikan Anita yang masih kedinginan.
"Nih pakai jaket gue, jaket lu kurang tebel jadinya masih kerasa dingin," Ujar Michael.
Anita menatap Michael sekilas sebelum akhirnya mengambil jaket itu, "Makasih."
"Okey."
Agatha menghampiri Michael saat itu lalu menarik Michael dari sana, "Jangan bilang, cewek yang lu maksud hari itu adalah Anita," Agatha mengerutkan keningnya menunggu jawaban dari Michael.
"Enggak, bukan dia."
"Beneran? Tapi kok gue perhatiin lu kayaknya deketin Anita deh, bahkan lu kasih dia jaket barusan."
"Kalau sampai dia sakit karena kedinginan siapa yang repot? Kita juga kan sebagai tim nya."
"Alesan, tanpa dia juga kelompok kita bakalan baik-baik aja."
"Ngapain juga sih lu kepo banget?"
"Kalau emang lu suka sama Anita gue heran aja, dari sekian banyak cewek yang suka sama lu ngapain harus cewek itu sih? Gue gak tau kenapa yah, punya firasat buruk sama tuh cewek. Keliatannya aja lugu dan polos, tapi otaknya pasti kotor itu."
"Yeh, udah ah," Michael pergi dari hadapan Agatha.
"Malah pergi tuh anak, gue semakin yakin kalau Michael suka sama Anita. Ah kok cewek itu sih? Tau ah terserah dia," Agatha juga pergi dari tempat itu.
Sementara Anita senang sekali karena di kasih jaket oleh Michael, ia bahkan senyum-senyum sendiri membayangkan wajah Michael tadi ketika datang memperdulikan dirinya.
__________
Ketika hari mulai malam, semua murid duduk melingkari sebuah api unggun kecil. Panitia dan guru berdiri di tengah-tengah mereka dekat api unggun nya.
"Oke semuanya, malam ini kita akan memulai satu permainan, panitia sudah membuat jalur di hutan, kalian ikuti jalur itu dan kumpulkan sebuah bendera berwarna merah yang tersebar di berbagai tempat. Kelompok yang mendapatkan bendera paling banyak itu pemenangnya, pemenang akan mendapatkan hadiah dari panitia," Jelas ketua OSIS.
"Apa ada pertanyaan?" lanjutnya.
Tidak ada pertanyaan dari para murid karena mereka sudah paham dengan permainan tersebut, yang akan berangkat pertama adalah kelompok 1 yaitu kelompok Bryan, di ikuti oleh kelompok lainnya.
"Oh tuhan, ngapain sih gue harus capek-capek lakuin ini? Tau acaranya begini doang mending rebahan aja di rumah," Gumam Agatha menyesal telah ikut acara ini.
"Kamu gak mau ikutan main game? Ya udah kita balik lagi aja," Timpa Bryan, karena ia bisa melakukan apapun.
"Enggak, gak jadi," Balas Agatha sambil melirik Anita sekilas.
"Sayang kamu masih marah sama aku?" Bryan berhenti di hadapan Agatha untuk membujuk Agatha kembali.
"Ini di hutan, jangan pacaran dulu Napa," Timpa Michael.
"Diem ini adalah hal yang penting," Bryan mendorong Michael menjauh darinya.
Lucy dan Gio yang tengah melihat mereka ribut hanya bisa pasrah, "Bisa satu jam ini kita kalau ngurusin keributan mereka," Gumam Lucy.
"Sabar yah sayang," Gio mengelus punggung Lucy.
Lucy melipat bibirnya sambil mengangguk.
"Gue beneran gak mood buat lakuin apapun, jadi kalau kalian mau selesain permainan ini selesain aja sana, gue mau kembali ke tenda," Agatha berjalan kembali menuju Tenda di ikuti oleh Bryan.
Michael, Lucy dan Gio yang melihat itu hanya bisa berdecak sebal.
"Enak banget jadi mereka berdua, ah gue beneran males jadinya sekarang," Lucy mengeluh.
"Udah biarin aja, kita pokoknya lanjutin perjalanan kita, daripada kita ikut ke tenda sama mereka yang ada telinga kita nanti sakit karena denger ocehan keduanya," Michael mengajak yang lainnya untuk tetap melanjutkan perjalanan.
"Bener sih," Setuju Gio.
Akhirnya mereka berempat kembali melanjutkan perjalanan mereka.
__________
Agatha di tenda malah sibuk mencari sinyal karena bosan jika harus berdiam diri saja, Bryan bergelayut manja di tangan Agatha.
"Udah marahan nya yuk."
"Aku kan udah bilang, aku gak marah. Aku cuman kesel doang."
"Yah keselnya juga udah dong."
"Enggak bisa."
"Aku janji gak bakalan lakuin itu lagi."
"Yakin?"
"Iya janji."
"Okey."
Agatha memaafkan Bryan, mereka menghabiskan waktu berduaan di tenda sambil melihat pemandangan langit yang indah karena di hiasi oleh bintang dan bulan, karena langitnya tidak tercemari polusi yang banyak jadi langitnya terlihat begitu jelas tanpa ada awal yang mengganggu.
Dari kejauhan seorang guru baru perempuan melihat Bryan dan Agatha sedang berduaan di depan tenda, awalnya ia sempat ingin menghampiri mereka tetapi untungnya di tahan oleh seorang anggota OSIS yang di tugaskan menjaga tempat perkemahan.
Karena anggota OSIS dan guru yang lainnya sedang menjaga setiap pos di hutan untuk menjaga para murid agar tidak tersasar.
"Kenapa emangnya? Mereka berdua tidak mengikuti acara perkemahan nya ini dan malah berpacaran. Masa kita harus diam aja?" Tanya Bu Inggit.
"Begini Bu, yang cowok namanya Bryan dan dia adalah cucu dari pemilik sekolah. Kalau sampai ibu ganggu dia, kemungkinan besar ibu akan di pecat, karena selama dia sekolah udah ada hampir 3 guru yang di pecat hanya karena gak mau menuruti apa yang ia mau," Jelas Diana.
"Kok bisa orang tuanya melakukan itu? Padahal anaknya sudah jelas salah."
"Bu kalau ibu masih mau kerja sebagai guru di sekolah ini, ibu mending biarin mereka aja. Tapi itu terserah ibu sih, yang jelas saya sudah mengingatkan ibu."
Diana menghela nafas beratnya, jadi sekarang dia harus diam saja begitu. Yang benar saja.
Sementara Bryan dan Agatha melihat pemandangan sambil makan cemilan yang ia bawa dari Jakarta, mereka menghabiskan waktu berduaan tanpa ada yang berani mengganggu mereka sedikitpun.
Tidak lama setelah itu para murid mulai berdatangan karena sudah selesai melakukan permainan tersebut, tapi di tunggu-tunggu Michael dan yang lainnya belum juga keluar dari hutan.
"Michael kok belum keliatan sama yang lain?" Tanya Agatha celingukan memastikan keberadaan Michael dan yang lainnya.
Bryan ikut celingukan juga jadinya.
"Kita tanyain sama guru dan panitianya," Bryan menggenggam tangan Agatha saat pergi menghampiri guru di depan.
"Pak, Michael sama yang lainnya mana? Mereka kok belum juga kembali? Padahal kayaknya semua murid sudah keluar dari hutan," Tanya Bryan pada Pak Dirga sebagai ketua pelaksana perkemahan ini.
Pak Dirga di sekolah merupakan guru olahraga.
Para penjaga di setiap pos juga sudah mulai keluar dari hutan, saat di tanyakan pada penjaga pos, nyatanya Michael dan yang lainnya ternyata hanya sampai di pos 3. Di pos 4 dan 5 Michael juga yang lainnya tidak ke sana.
"Gimana sih? Harusnya pastiin semuanya dulu dong baru kembali," Bentak Bryan.
Hari sudah mulai malam, udara di luar juga semakin dingin.
Agatha menghawatirkan yang lainnya sekarang. Agatha memeluk dirinya sendiri karena mulai terasa kedinginan, Bryan yang menyadari hal itu memeluk Agatha lalu menggosok tangan Agatha.
"Tenang, mereka pasti ketemu dan mereka pasti baik-baik aja. Kamu jangan terlalu khawatir, aku gak akan kemana-mana, aku akan terus jagain kamu," Bryan menyadari sesuatu tentang kondisi Agatha.
Tampaknya panik attack Agatha kambuh ketika menghawatirkan teman-temannya.
Detak jantung Agatha mulai berdetak lebih kencang, dadanya terasa sesak karena ia agak kesulitan untuk mengatur nafasnya, tatapnya kosong lalu badannya bergetar.
Agatha tidak bisa fokus pada apapun sekarang, Bryan membawa Agatha ke dalam tenda untuk menenangkan Agatha, di sana terlalu banyak murid lainnya yang membuat Agatha kesulitan kembali tenang.