mengagumi Idola, hingga jatuh cinta dan ternyata gayung itu bersambut.
bagaimana rasanya.???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisetsuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di kenal Seorang Pemuda
Keesokan paginya, saat bangun tidur Yuan merasa lapar. Berjalan ke arah dapur dan mencium aroma nasi goreng yang tengah di siapkan oleh ibunya.
“tumben pagi sudah bangun, biasanya matahari di atas kepala baru keluar kamar.” ucap ibu Yuan.
“iya, aku mau ke klinik ma. Entah salah makan atau salah produk tiba tiba mukaku jadi memerah seperti ini.” Yuan menjawab pertanyaan ibunya.
“semalam kau tidak cuci muka.?” kebiasaan yang sudah sering di lakukan Yuan, sehingga ibunya menjadi hapal.
“sebelum membersihkan muka, wajahku sudah memerah. Itulah maka'y sekarang aku mau ke klinik.”
“ya sudah sarapan aja dulu, ada nasi goreng dan telor ceplok.” ucap ibu Yuan.
“akhirnya aku bisa menikmati sarapan pagi dengan masakanmu ma, Terima kasih.” ucap Yuan tersenyum dan duduk di meja makan menikmati nasi goreng buatan ibunya.
“memang kau tidak pernah sarapan.?” tanya ibunya.
“sangat jarang. Aku terbiasa mengawali pagi dengan sarapan roti dan segelas susu yang di hangatkan melalui microwave.” Yuan menjelaskan kebiasaan paginya di apartemen.
“itu juga sudah mengenyangkan, kamu aja yang tidak pernah bangun pagi jadi pasti gak kebagian karna sudah di habiskan oleh teman temanmu.” ucap ibu Yuan.
Yuan hanya tersenyum mendengar sindiran dari ibunya, dia tidak mungkin bercerita jika memang menu seperti itu yang selalu di sajikan saat sarapan pagi.
"ngomong ngomong, di depan itu mobil siapa.? Mewah sekali." tanya ibu Yuan, karna heran ada mobil sebagus itu di depan rumahnya.
"punya temen ma, semalem keluar sama aku diannya mabok jadi aku anterin dia pulang. Trus kakaknya bilang mobilnya suruh bawa aku dulu buat pulang." jawab Yuan.
Yuan terpaksa berbohong karna tidak mungkin menceritakan kepada ibunya kalau itu adalah mobilnya, sudah pasti nantinya dia harus menjelaskan panjang lebar.
"ooh,, ya sudah. Hati hati bawa mobil orang, apa lagi mobil bagus dan mewah seperti itu. Mahal ganti ruginya." ucap ibu Yuan mewanti wanti.
"iya ma." ucap Yuan serasa tersenyum.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Yuan kemudian mandi dan bersiap berangkat ke klinik. Mengambil buah dari lemari es dan berjalan menuju mobilnya.
Berhenti di depan sebuah klinik kecantikan, saat menuruni mobil semua orang yang berada di sekitar memandang ke arahnya.
Seorang gadis muda dan cantik menuruni sebuah mobil sport yang mewah, dan tidak biasa di gunakan orang pada umumnya adalah sebuah pemandangan yang sangat langkah di kota kecil itu.
Memasuki pintu klinik, Yuan di sambut ramah seorang wanita muda yang kemudian mempersilahkannya menuju ke sebuah sofa.
Melakukan konsultasi dan kemudian melakukan treathment terhadap wajahnya, beberapa jam kemudian Yuan keluar dari tempat tersebut.
Melajukan kembali mobilnya ke sebuah mall untuk membeli baju yang akan di pergunakannya di acara pertunangan nanti sore, dan juga belanja kebutuhan dapur dan beberapa makanan serta buah untuk mengisi lemari es yang ada di apartementnya.
Setelah beberapa waktu Yuan kembali ke apartment, mempersiapkan makan sorenya kemudian bersiap siap.
Menjelang sore Yuan bersiap siap, menggunakan gaun sederhana berwarna hijau muda. Kulitnya yang berwarna sawo matang bersih, tidak mengurangi aura kecantikannya ketika menggunakan warna pastel tersebut.
Dengan mengendarai Aston Martin, Yuan mengemudi mengikuti arah lokasi yang di kirimkan oleh kak Rio membelah senja di kota Siena di sore hari.
Karna Yuan tidak terlalu terburu buru, Yuan mengendarai mobil sport itu dengan santai dan memakan waktu lebih dari satu jam untuk sampai di lokasi.
Sesampainya di lokasi, Yuan di sambut petugas valey yang menyambutnya ketika turun dari mobil. Dan pada saat itu segerombolan pemuda yang sedang berbincang tidak jauh dari pintu masuk memandang ke arahnya.
“sepertinya aku pernah melihat wanita itu.” ucap salah satu pemuda sambil terus memandang ke arah Yuan.
“kau jangan selalu mengarang setiap wanita cantik yang kau temui selalu kau bilang pernah bertemu dengannya, jangan bilang kalau kau juga mengenalnya.” ucap pemuda di sampingnya sambil mengikuti arah pandang temannya.
“kali ini aku benar benar yakin pernah melihatnya, tapi entah di mana. Sepertinya familiar.” ucap pemuda tinggi tersebut.
Saat berjalan melewati sekumpulan pemuda itu, Yuan mendengar percakapan mereka. Karna merasa risih dengan pandangan mereka, Yuan segera mempercepat langkahnya. Yuan takut dan tidak mau ada yang menyadari bahwa dia berhubungan dengan agensi ataupun member SM.
Kak Rio yang melihat Yuan berjalan dengan langkah cepat ke arahnya segera melambai untuk memberi petunjuk keberadaannya.
Melihat gadis itu sedikit gelisah, kak Rio bertanya kepadanya.
“ada apa.? kenapa kau gelisah begitu, apa kau sakit.?” tanya kak Rio, setelah Yuan tiba dihadapannya.
“tidak. Aku baik baik saja.”
“lalu apakah ada yang membuatmu merasa tidak nyaman.?”
“sepertinya ada yang mengenali aku di sini.”
“apa kau lupa, kau bahkan sering menyanyi di cafeku, jadi wajar kalau di antara mereka ada yang mengenalmu.” jawab kak Rio, menenangkan Yuan.
“kakak benar juga.” jawab Yuan, sedikit tenang.
“tidak masalah jika dia mengenalku sebagai seorang Yuan penyanyi cafe, bagaimana jika ada yang tau aku bersama ketujuh orang itu.” lanjut Yuan.
Melihat Yuan yang masih gelisah, kak Rio segera mengajaknya masuk ke dalam aula dan mengantarnya hingga ke tempat rekan rekan musisi yang lainnya.
“kau tenanglah, tidak ada yang mengenalmu sebagai tuan putri ketujuh kurcaci itu.” ucap kak Rio bercanda, dan itu membuat Yuan tersenyum menahan tawanya.
“kurcaci.?” tanya Yuan mengulang sebutan yang di lontarkan kak Rio.
“ya. Dan kamu adalah snow white nya.” ucap kak Rio.
“hahaha,,, itu terlalu bagus untukku. Tapi aku tidak mau sekarat karna di racun.”
Kemudian mereka tertawa.
Ternyata keempat lelaki yang berkumpul diluar aula tadi adalah salah tamu dari acara pertunangan tersebut, mendengar dan melihat Yuan bernyanyi semakin meyakinkan pemuda yang merasa pernah bertemu Yuan itu yakin bahwa dia benar benar pernah bertemu dengan gadis yang bernyanyi di mini stage itu.
“sekarang aku benar benar yakin, bahwa aku pernah bertemu dengannya.” ucapnya kepada teman temannya.
“apaan sih Ndo,, sok yakin banget kalau pernah ketemu.” ucap rekannya.
“kali ini,aku benar benar yakin.”
“emang siapa dia.?” kata temannya yang lain.
“kami tidak saling kenal, tapi aku tahu siapa dia. Dan aku sangat yakin, dia pernah berada di purple town.” ucap Nando, matanya masih memandang ke arah gadis yang ada di.
“hallah,,, paling palingan gadis itu sasaranmu berikutnya.”
Nando hanya tersenyum dengan senyum yang tidak dapat di artikan, mendengar ucapan temannya.
Empat jam Yuan berada di acara tersebut, satu demi satu tamu meninggalkan aula ballroom, Yuan turun dari podium ketika sudah hampir tinggal segelintir orang yang berada di sana.
Ketika sedang menikmati makan bersama teman temannya ponsel Yuan berdering, melihat nama yang muncul di layar tersebut Yuan menggeser tombol hijau yang ada di layar.
“selamat malam, ada yang bisa di bantu.?” jawab Yuan.
“tentu saja, saya ingin tau apakah gadis yang sedang berbicara dengan saya saat ini masih sibuk dengan kegiatan bersama teman temannya.?” ucap suara dari seberang, yang tidak lain adalah Jeano.
“tentu saja, anda menganggu acara makan malam saya bersama teman teman saya, tuan.” jawab Yuan, dengan formal sengaja menggoda pemuda itu.
“ooh,, baiklah. Sebagai permintaan maaf, saya akan menjemput nona sekarang.” ucap Jeano.
“tunggu, apa maksudmu dengan menjemput.?” tanya Yuan dengan nada kesal.
“hahahaha,,, kenapa jadi serius begitu.?” tawa Jeano terdengar sangat nyaring, hingga Yuan harus menjauhkan sedikit ponsel dari telinganya.
“tolonglah jangan bercanda, hari ini benar benar membuatku merasa khawatir.” ucap Yuan dengan nada cemas namun lega.
“khawatir tentang apa.? apa yang terjadi denganmu.? kau tidak sedang dalam bahaya kan.?” tanya Jeano bertubi tubi, kali ini dia juga cemas.
“tidak terjadi apa apa denganku, tapi entahlah aku merasa tidak nyaman berada di tengah keramaian orang orang ini.” jawab gadis itu dengan nada setengah putus asa.
“kau masih di acara itu.?”
“dari mana kau tahu aku sedang di sebuah acara.?”
“Jimi yang memberitahuku, dia bilang kau menghadiri acara pertunangan salah seorang temanmu sewaktu kerja dulu.” Jeano menjelaskan.