IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27 ( Kembali ke Jakarta)
Selesai sarapan, mereka kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap-siap karena pagi ini mereka akan meninggalkan Villa dan kembali ke Jakarta.
"Senja aku ingin bicara," ucap Elang ketika Senja tengah sibuk mengemas baju ke dalam koper.
"Apa yang ingin kamu katakan?" sahut Senja dengan tetap melanjutkan aktivitasnya.
"Rencananya sepulang dari sini, aku akan mengajak kamu langsung tinggal di rumahku sendiri. Apa kamu tidak keberatan jika kita tidak tinggal di rumah daddy?"
"Terserah kamu saja," jawab Senja.
"Ya sudah kalau begitu," ucap Elang yang langsung ngeloyor keluar.
Seperginya Elang dari kamar, Senja menghentikan aktivitasnya sejenak dan menghela napasnya dalam. Tinggal berdua saja? Apakah itu akan baik-baik saja? Tidakkah mereka akan merasa canggung satu sama lain? Senja kembali mendesah.
"Ikuti saja alurnya Senja," gumamnya.
🌼🌼🌼
"Apa kalian yakin akan ikut kembali Ke Jakarta sekarang? Mungkin ingin menghabiskan waktu berdua beberapa hari lagi di sini," tanya Anes.
"Tidak mom, El banyak pekerjaan yang harus di urus," jawab Elang.
"Senja juga harus segera masuk kerja, tidak enak cuti terus mom. Waktu kakek meninggal Senja sudah ijin cukup lama," jelas Senja. Lagian lama-lama di sana juga mau ngapain? Menikmati momen romantis sebagai pengantin baru? Menikmati setiap malam dengan memadu kasih? Mereka tak sedekat itu, kejadian semalam saja bisa di bilang sebuah kecelakaan, pikir Senja.
Tepat pukul 09.00 WIB, meraka berangkat dari Villa. Elang dan Senja berada dalam satu mobil, Kendra berperan sebagai sopir mereka. Sementara yang lain berada di mobil lain.
Suasana hening tanpa ada suara dari pasangan suami istri baru tersebut. Mereka terlalu asyik dengan banyak pertanyaan-pertanyaan yang berputar-putar di kepala mereka tentang satu sama lain. Masih banyak hal yang belum mereka ketahui tentang pasangan sah secara hukum dan agama tersebut. Terutama Elang, ia penasaran dengan latar belakang istrinya tersebut. Itu menjadi PR buat dia sebagai amanah dari kakek angkat Senja.
Senja hanya menatap ke arah luar jendela, menikmati setipa pemandangan yang mereka lewati. Ia mulai memutar musik di aplikasi ponselnya dan memasangkan earphone ke telinganya sisi kanan dan kiri.
Elang meliriknya sekilas. Penasaran dengan apa yang istrinya dengarkan, Elang mengambil satu bagian earphone di bagian telinga kanan Senja lalu memasangnya di telinganya.
Senja langsung menoleh ke arahnya, ingin protes namun ia terlalu malas untuk bicara. Ia masih kesal jika mengingat kejadian tadi pagi di meja makan, dimana ia dan Elang menjadi bahan candaan orang-orang tua itu. Pasti mereka berpikir yang bukan-bukan tentangnya. Sesak rasanya di dada jika lagi-lagi memory tentang kekhilafannya dan Elang semalam.
"El aku lapar," ucap Senja tiba-tiba, ia menoleh ke samping dimana Elang sedang memejamkan matanya menikmati lagu yang di putar dari ponsel Senja.
Elang mengernyit, di lihatnya jam di tangan kirinya. Belum waktunya makan siang. Tubuh kecil istrinya ternyata doyan makan, pikirnya.
"Bukankah tadi sudah sarapan? Apa perutmu terbuat dari karet sehingga mudah lapar?"
"Bukan begitu, tadi aku hanya makan sedikit sekali, aku tidak berselera makan dengan menu tambahan 'ledekan dari mereka'," jawab Senja.
Elang melihat sisi kanan dan kiri mobil, sepi hanya pepohonan dan tak ada restoran atau warung kecil sekalipun,"
"Kend, apa ada persediaan makanan di mobil?" tanya Elang kepada Kendra.
"Tidak ada bos," jawab Kendra.
"Tidak ada warung di sini, Kend cepat sedikit jalannya, berhenti di warung pertama yang di lihat," titah Elang.
"Kalau untuk mengganjal perut saya ada roti nona, apa nona mau?"
"Kenapa tidak bilang dari tadi!" sarkas Elang.
Kendra mengambil sebungkus roti dari dashboard mobi dan memberikannya kepada Senja.
Setelah menerimanya, Senja tak lantas langsung memakannya. Ia hanya melihat dan mengamati roti tersebut. Gepeng tak berbentuk.
"Katanya lapar, emang kenyang dengan hanya memandangnya. Kalau begitu pandang saja aku, di jamin stok kenyang kamu berlimpah," ucap Elang.
"Ini roti apa Kend? Kenapa bentuknya seperti ini?" tanya Senja sambil mengamati roti di tangannya.
"Roti xx nona," jawab Kendra.
"Emang ada roti xx bentukannya seperti ini?" masih enggan membukanya.
"Iya nona, mohon maaf sebelumnya. Itu sempat ketimpa badan saya, saya tidak tahu jika itu ada di jok mobil,"
"Maksudnya kamu duduki rotinya?" tanya Elang.
"I iya bos," sahut Kendra sambil garuk-garuk kepalanya.
Medengarnya, Senja langsung tak berselera untuk memakannya.
"Aku nggak mau makan! masa iya aku disuruh yang udah di duduki," Gerutu Senja.
"Kend...!"
"Maaf bos, hanya itu yang ada di mobil. Lagian masih ada plastiknya, masih segel aman,"
Elang berdecak sebal dengan asisten yang tak lain juga sahabatnya itu.
"Jangan dimakan!" Elang menoleh ke istrinya.
"Siapa juga yang mau makan, setidaknya kasih saya air kalau ada Kend," ucap Senja.
"Kalau air ada nona," Kendra mengambil botol air mineral dan memberikannya ke Senja.
"Lagian ada-ada aja, pakai nggak makan, gengsi nggak bikin kenyang kan?"
Senja hanya mencebik mendengar ocehan suaminya.
Senja akhirnya merasa ngantuk, tanpa sadar lama-lama ia tertidur. Elang yang merasa kasihan, meraih kepala istrinya dan menyandarkannya ke bahunya.
"Bos, itu ada warung. Apa sebaiknya kita berhenti?" tanya Kendra.
"Tidak usah Kend, dia tidur. Biarkan saja, nanti malah mengganggu tidurnya. Dia pasti kelelahan, semalam tidur larut malam dan bangun sebelum subuh," ucap Elang.
"Memangnya semalam berapa ronde?" celetuk Kendra.
"Satu," jawab Elang tanpa sadar. Ia sibuk menyibakkan rambut Senja yang menutupi wajahnya dan membuat gadis tersebut seperti tidak nyaman tidurnya.
"Oh satu," cicit Kendra tersenyum.
"Eh tadi kamu tanya apa?" Elang menyadari sepertinya ada yang salah dengan ucapannya.
"Tidak apa-apa bos, sepertinya saya akan cepat punya ponakan nih," godanya.
" Diam kamu! Untung dia tidur, kalau enggak bisa makin kesal karena kamu ledekin. Lagian semua tidak seperti yang ada dalam otak kamu," ujar Elang.
"Emang Anda tahu apa yang ada dalam otak saya? Saya juga tahu bos, kalian masih sama-sama trauma dengan cinta. Tapi semoga dengan begitu membuat kalian saling menguatkan dan mengembalikan rasa percaya diri terhadap yang namanya cinta," Ujar Kendra dalam hati. Pasalnya ia tahu, seperti apa perjuangan bosnya tersebut untuk Bianca selama ini.
🌼🌼🌼
Senja membuka matanya, tepat saat mobil mewah itu memasuki pintu gerbang sebuah rumah yang sangat luas dan mewah. Dua penjaga berbadan tegap berdiri di sisi kanan dan kiri gerbang. Mereka menunduk memberi hormat ketika mobil Elang memasukinya.
"Kamu tidur apa pingsan sih? Lama sekali, tanganku sampai kesemutan," kalimat yang Senja dengar pertama kali setelah bangun dari tidurnya.
Senja tak menggubris ucapan Elang, ia fokus melihat sekeliling. Itu bukan kediaman utama Parvis, bukan juga apartemen.
"Di mana ini?" Senja menatap tajam Elang.
"Kamu lupa tadi aku bilang apa di Vila?"
"Iya, maksudnya ini rumah siapa?" Senja memperjelas pertanyaannya.
"Rumah kita, ayo turun!" ajaknya.
Para pelayan sudah berbaris rapi di depan pintu untuk menyambut kedatangan tuan muda mereka.
"Selamat datang tuan muda dan nyonya muda," sapa kepala pelayan yang sedikit heran melihat wanita yang bersama tuan mudanya berbeda dengan photo wanita yang ada di rumah mewah tersebut.
🌼🌼🌼