Elle, seorang barista di sebuah kedai kopi kecil di ujung kota, tanpa sengaja terlibat perselisihan dengan Nichole, pemimpin geng paling ditakuti di New York. Nichole menawarkan pengampunan, namun dengan satu syarat: Elle harus menjadi istrinya selama enam bulan. Mampukah Elle meluluhkan hati seorang mafia keji seperti Nichole?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Absolute Rui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15: Dibalik Bayangan
Dentuman tembakan memenuhi ruangan besar itu, memantul dari dinding-dinding beton kosong seperti suara yang tidak pernah berhenti. Elle berjongkok di belakang tumpukan peti kayu, tangan gemetarnya memegang erat pistol kecil yang diberikan Nichole sebelum mereka datang. Meskipun Nichole memintanya untuk tidak bertindak, ia merasa harus siap jika keadaan memburuk.
Nichole, dengan kelincahan dan keahlian seorang pemimpin yang berpengalaman, bergerak cepat di antara perlindungan, membalas tembakan dengan akurasi mematikan. Anak buahnya berusaha menjaga posisi mereka, tapi jumlah musuh yang lebih banyak membuat mereka mulai terdesak.
Di tengah kekacauan, Victor berdiri tenang di sudut ruangan, seolah-olah ia menikmati pemandangan. Senyumnya tipis, dan matanya tetap tertuju pada Nichole, seperti seorang pemburu yang mengawasi mangsanya.
"Elle!" suara Nichole terdengar dari balik peti. "Tetap di sana! Jangan bergerak!"
Elle mengangguk meskipun tahu Nichole tidak bisa melihatnya. Ia mencoba menahan rasa takutnya, tetapi setiap suara tembakan membuat tubuhnya gemetar.
Namun, keadaan berubah ketika salah satu anak buah Victor berhasil mendekat dan melemparkan granat asap ke tengah ruangan. Asap tebal segera menyelimuti mereka, membuat pandangan menjadi kabur.
“Ini jebakan!” teriak salah satu anak buah Nichole.
Nichole segera berlari ke arah Elle, menariknya keluar dari perlindungan. “Kita harus keluar dari sini sekarang!”
Elle berusaha mengikuti langkah Nichole yang cepat, tetapi asap yang memenuhi ruangan membuatnya sulit bernapas. Tiba-tiba, ia merasa ada tangan kasar yang menariknya dari belakang.
“Elle!” Nichole berteriak, tapi terlambat.
Victor sudah berdiri di belakang Elle, menodongkan pistol ke pelipisnya. “Jangan bergerak, Nichole,” katanya dengan nada dingin. “Atau aku akan memastikan kau kehilangan kelemahan terbesarmu.”
Nichole berhenti di tempat, matanya menyala penuh kemarahan. “Lepaskan dia, Victor. Ini antara aku dan kau.”
Victor tertawa pelan. “Oh, Nichole. Kau benar-benar berubah. Dulu, kau tidak akan peduli pada siapa pun kecuali dirimu sendiri. Tapi sekarang... Lihat dirimu. Kau bahkan rela menyerah demi gadis ini.”
Elle merasa jantungnya berdebar kencang. Ia tahu Victor sedang memanipulasi Nichole, tetapi ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk menghentikannya.
Namun, dalam sekejap, Nichole melemparkan sesuatu ke lantai: granat flashbang. Ledakan cahaya terang membuat Victor kehilangan keseimbangan, dan Elle segera menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri dari cengkeraman Victor.
“Nichole!” Elle berteriak saat Nichole menembakkan peluru ke arah Victor, memaksa pria itu mundur ke sudut ruangan.
Namun, Victor tidak menyerah begitu saja. “Ini belum selesai, Nichole!” teriaknya sebelum melarikan diri melalui pintu belakang bersama beberapa anak buahnya.
Nichole ingin mengejar, tetapi Elle menarik tangannya. “Jangan. Kita harus pergi dari sini sebelum mereka kembali dengan bala bantuan.”
Nichole mengangguk dengan enggan. Ia memimpin Elle dan anak buahnya keluar dari gedung, kembali ke kendaraan mereka dengan kecepatan penuh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di dalam mobil, suasana terasa tegang. Elle duduk di samping Nichole, mencoba mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal. Tangannya bergetar, tetapi ia merasa lega karena mereka berhasil keluar hidup-hidup.
“Maafkan aku,” kata Nichole tiba-tiba, suaranya rendah dan penuh penyesalan.
Elle menoleh ke arahnya. “Untuk apa?”
“Untuk membawamu ke situasi seperti ini. Aku seharusnya melindungimu, bukan menempatkanmu dalam bahaya.”
Elle menggeleng pelan. “Aku tahu risikonya, Nichole. Dan aku memilih untuk tetap berada di sisimu.”
Nichole menatapnya sejenak, matanya penuh dengan emosi yang sulit diungkapkan. “Kau terlalu berharga, Elle. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika sesuatu terjadi padamu.”
Kalimat itu membuat hati Elle berdebar. Ia bisa merasakan ketulusan dalam suara Nichole, sesuatu yang jarang ia lihat dari pria itu.
“Tidak ada yang terjadi padaku,” kata Elle pelan, mencoba menenangkan Nichole. “Kita berhasil keluar, dan itu yang terpenting.”
Nichole mengangguk, tetapi pikirannya jelas masih terganggu. “Victor tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Dan aku tahu dia tidak akan ragu untuk menggunakanmu sebagai alat untuk menghancurkanku.”
Elle meraih tangan Nichole, menggenggamnya erat. “Aku tidak akan membiarkan dia menang. Kita akan melewati ini bersama.”
Nichole terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. “Aku tidak tahu apa yang kulakukan untuk pantas mendapatkanmu.”
Elle tersenyum balik, meskipun ia merasa khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.
Setibanya di rumah, Nichole segera memeriksa keamanan di sekitar properti, memastikan bahwa Victor atau anak buahnya tidak mengikuti mereka. Sementara itu, Elle duduk di ruang tamu, mencoba mencerna semua yang baru saja terjadi.
Nichole masuk beberapa menit kemudian, wajahnya terlihat lelah. “Semuanya aman untuk saat ini,” katanya.
Elle mengangguk. “Tapi sampai kapan? Victor jelas lebih pintar daripada yang kita pikirkan.”
Nichole duduk di sebelahnya, menghela napas panjang. “Aku akan menemukan cara untuk menghentikannya. Aku harus.”
“Bagaimana kalau kita berhenti sejenak?” kata Elle tiba-tiba.
Nichole menatapnya bingung. “Apa maksudmu?”
Elle meraih tangan Nichole, menatapnya dengan lembut. “Kita sudah melewati banyak hal hari ini. Kita butuh waktu untuk bernapas, untuk mengingat bahwa kita masih hidup.”
Nichole terdiam, lalu mengangguk pelan. “Kau benar. Aku lupa bagaimana rasanya... hanya berhenti sejenak.”
Mereka duduk dalam keheningan untuk beberapa saat, hanya mendengarkan suara detak jam di dinding. Namun, dalam momen itu, Elle merasa bahwa ia semakin dekat dengan Nichole, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara emosional.
“Nichole,” kata Elle akhirnya.
“Ya?”
“Aku tahu ini mungkin bukan waktu yang tepat, tapi aku ingin kau tahu sesuatu.”
Nichole menatapnya dengan lembut. “Apa itu?”
Elle menggigit bibirnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Aku... aku peduli padamu. Lebih dari yang seharusnya. Dan aku hanya ingin kau tahu itu.”
Nichole terkejut, tetapi ia tidak berkata apa-apa untuk beberapa detik. Akhirnya, ia meraih tangan Elle dan menggenggamnya erat. “Aku juga peduli padamu, Elle. Mungkin lebih dari yang aku sadari.”
Momen itu terasa seperti dunia berhenti berputar. Tidak ada yang perlu dikatakan lagi. Hanya ada kehangatan antara mereka, sesuatu yang lebih kuat daripada kata-kata.
Namun, di balik momen itu, bayang-bayang Victor masih mengintai, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
...To be Continued...
Aku membaca sampai Bab ini...alurnya bagus cuma cara menulisnya seperti puisi jdi seperti dibuat seolah olah mencekam tpi terlalu..klo bahasa gaulnya ALAY Thor...maaf ya 🙏...Kisah yg melatar belakangi LN dn itu soal cium" ketua mafia hrsnya lebih greget ngak malu"... klo di Indonesia mungkin sex tdk begitu ganas krn kita mengedepankan budaya timur..ini LN sex hrnya lbih wau....dlm hal cium mencium..ini mlah malu" meong 🤣🤣🤣🤣🤣