NovelToon NovelToon
THE REAL PRINCES

THE REAL PRINCES

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Anak Kembar / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.

Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.

bagaimana kelanjutannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AKHIRNYA DIAKUI

"Sayang, apa kau sudah mengirimkan semua uang yang mestinya milik Luein?" tanya Deon kemudian.

Ludwina mengangguk. Bahkan ia melebihi kirimannya. Deon melangkah mendekati sang istri yang tengah menyiapkan bekal untuknya.

"Ken, bilang jika ia sudah mendapatkan putri kita, hanya butuh waktu untuk mengembalikannya ke sini," jelas Deon sambil mencium leher Ludwina.

Ada sedikit sakit di hati wanita berusia setengah abad lebih ini. Rasanya seperti teriris pisau.

"Betapa buruknya aku menjadi seorang ibu. Padahal ia adalah putriku juga," ucapnya penuh penyesalan.

"Sayang ... jangan kau salahkan dirimu. Aku juga ikut andil akan itu," ujar Deon menenangkan hati Ludwina.

Wina, hanya menghela napas. Ia membalikkan tubuhnya, lengannya ia angkat dan bertengger di bahu kanan dan kiri suaminya.

Wajah mereka sangat dekat. Netra pun saling mengunci. Deon menipis jarak dengan memeluk erat pinggang ramping istrinya.

Deon merasa tulang pinggul sang istri. Sebuah kecupan singkat mendarat. Deon menghela napas berat. Ia tahu, jika sang istri begitu terpukul akan kepergian putranya, belum lagi rasa bersalah yang sangat mendalam akibat mengabaikan Lueina, putri mereka.

"Kau belum menggemukkan tubuhmu," ujar Deon, kening mereka menyatu.

"Aku susah gemuk, Sayang. Lagi pula, jika aku gemuk, kau tidak akan menyukainya," jelas Wina mencebik.

Deon terkekeh geli melihat wajah sebal sang istri. Betapa ia beruntung, jatuh cinta pada istrinya sendiri.

"Kau adalah belahan jiwaku. Tidak ada yang bisa menggantikanmu!" jelas Deon tegas.

Ludwina tersenyum dengan rona merah di pipi. Deon menyambar bibir istrinya dalam pagutan mesra.

Sedangkan di tempat lain. Luein terkejut ketika mendapat pemberitahuan rekeningnya telah masuk ribuan dolar.

"Apa mereka baru menyadari keberadaanku?" Lueina sedikit sinis ketika melihat pesan singkat yang masuk.

"Hei ... lihat dia. Si gadis kaya yang miskin mendadak!" sebuah hinaan tiba-tiba terlontar dari salah seorang mahasiswi.

Luein menyipitkan matanya. Dia adalah Gloria Northan Ageele. Putri dari pemilik perusahaan Ageele's Steel.

Dulu sebelum, gadis berwajah menor itu mengetahui Luein jatuh miskin. Gloria membuntuti Luein kemana-mana.

Gloria selalu berhasil membuat Luein menjadi sosok yang seperti dirinya. Suka berfoya-foya. Bahkan nyaris menjadi angkuh.

Gloria adalah teman seasrama Luein. Tidak hanya Gloria, tapi juga Jessy, Anneth dan Brenda. Empat gadis kaya raya. Luein sebenarnya jauh lebih kaya dari mereka. Tapi, ketika mengetahui jika Luein tidak lagi mendapat jatah bulanan. Keempat gadis itu pergi meninggalkan Luein.

Dulu Luein mereka puja. Kini berubah menjadi mereka hina.

"Aku tidak yakin jika dia (Luein) adalah seorang princess. Apa jangan-jangan ...," Gloria menghentikan ucapannya.

"Orang tuanya menyadari jika dia bukan putri sesungguhnya?" lanjutnya sambil tertawa diikuti oleh ketiga koleganya.

Luein sudah terbiasa. Ia seperti tuli mendengar ejekan empat gadis bodoh itu.

"Ya, begitu miskinnya hingga kuliah saja mengandalkan beasiswa!' kini Anneth yang mengatainya.

"Tidak itu saja! Kau tahu, dia kini tinggal di apartemen kumuh yang murah, tempat tinggal binatang pengerat menjijikan, yakni tikus!" lanjutnya sambil menekan kata terakhir.

"Eh ... apa kau mendengar sesuatu?" tiba-tiba sosok mungil menepuk pundak Luein.

Diana Lambert, gadis itu sahabat Luein. Gadis yang dikejutkan oleh sahabatnya itu hanya menolehkan wajah ke arah Diana, lalu mengendikkan bahunya.

"Aku mendengar suara-suara tanpa rupa. Oh, aku takut jika aku berubah menjadi indigo, karena bisa mendengar suara makhluk halus!" ujarnya dengan ekspresi ketakutan.

Mendengar hal itu membuat Gloria dan kawan-kawan kesal. Mereka tidak akan sanggup melawan Diana. Level kepedasan mulut sahabat Luein itu tidak terkalahkan. Mereka pun pergi meninggalkan Luein dan Diana dengan wajah kesal.

Luein tertawa terbahak-bahak melihat keempat sekawan itu.

"Thanks girl!" ujar Luein masih dengan senyum lebar.

"It's okey. Aku lihat kau tengah bingung. Ada apa?" tanya Diana sambil merangkul pundak Luein dan menggiringnya meninggalkan kampus.

Luein tidak menjawab apa-apa. Gadis itu hanya tersenyum.

"Bagaimana jika aku traktir kau hari ini?" ajak Luein.

"Traktir? Boleh. Wah, sepertinya kau baru dapat lotere ya?" tebak Diana asal.

Lueina terkekeh mendengar tebakan asal sahabatnya.

"Sudahlah, kau ikut saja. Aku akan mentraktir mu makanan enak," jelas Luein kemudian.

Di sini lah mereka. Sebuah restoran ternama. Bangunan megah dengan design klasik ini adalah salah satu aset perusahaan milik ayahnya.

"Apa kah, kau tidak salah ke tempat seperti ini?" tanya Diana sedikit gugup.

Luein menggandeng tangan sahabatnya masuk. Seorang pelayan menyambutnya ramah.

"Selamat datang, Nona. Apa anda sudah memesan meja sebelumnya?"

"Ya, atas nama Lueina Elizabeth Philips," jawab Luein sambil tersenyum.

"Oh ... baik, mari ikut saya, Nona Philips!' ujar pelayan itu dengan wajah semringah.

Luein dan Diana mengikuti pelayan tersebut. Sebuah meja khusus terletak di teras belakang menghadap danau yang kini bewarna keperakan.

Hanya orang-orang tertentu yang bisa memesan tempat ini. Diana makin mengeratkan tangannya dalam rangkulan Luein.

"Ap-apa K-kau yakin?" cicitnya pelan dengan nada takut.

"Tenanglah," ujar Luein lembut sambil mengelus lengan sahabatnya itu.

Mereka duduk berhadapan. Pelayan memberinya buku menu. Luein menyebutkan pesanannya. Sedang Diana hanya mematung melihat harga yang tertera.

Salad adalah yang termurah. Walau menurut Diana harga itu masih terbilang mahal. Diana menyebutkan pesanannya.

Luen menggeleng. Ia menyamakan pesanan sahabatnya seperti apa yang ia pesan.

"Hei ... tolonglah, aku sedang diet!" ujarnya beralasan.

"Cis ... apa kau kira aku percaya?!" ujar Luein dengan nada malas.

Sambil menunggu pesanan mereka. Pelayan memberinya makanan pembuka. Baik Luein dan Diana menikmati makanan yang menggoyang lidah mereka itu.

"Hai-hai ... lihat siapa yang duduk di sini?' sebuah suara sinis dan merendahkan tiba-tiba menginterupsi mereka.

Gloria datang, ia tidak sendirian. Gadis itu menggandeng pria tampan. Dia adalah Leo, mantan kekasih Luein.

"Apakah tempat ini mengadakan makan gratis bagi para kaum miskin?' tanya Gloria sinis sambil mengedarkan pandangan.

"Sudah lah, biarkan mereka," ujar Leo tidak enak.

Gloria makin kesal. Gadis itu mengira jika pria yang kini dekat dengannya itu masih memiliki perasaan dengan Luein.

"Apa aku salah?' tanya Gloria dengan mimik tak berdosa.

"Lihat, mereka tidak pernah makan makanan enak. Itu hanya makanan pembuka yang diberi secara gratis. Bahkan aku tidak pernah mau diberi makanan itu," ujar Gloria panjang lebar. "Tapi mereka memakan itu dengan lahapnya."

"Ayo lah ...," Leo berusaha menarik Gloria dari sana.

Gadis itu bergeming. Ia tidak menyadari jika tingkahnya sedang jadi perhatian pengunjung resto.

"Diam kau Leo! Apa kau masih menyukai gadis ini!' sentaknya tidak terima.

"Hei mana manager restoran ini. Aku ingin protes!" lanjut Gloria dengan berapi-api.

Dua orang berseragam nampak datang tergopoh-gopoh.

"Maaf Nona. Jangan buat keributan di sini!' ujar kedua pegawai resto.

"Siapa yang buat keributan. Aku ingin dua pengemis ini keluar dari sini. Mereka menurunkan standar mewah tempat ini!" Lanjutnya sewot.

Para pelayan hotel meminta wanita dengan gaun biru terang untuk memelankan suaranya.

"Aku tidak percaya restoran semewah ini bisa didatangi oleh orang miskin seperti mereka!" Gloria makin keras bersuara.

"Terlebih dia duduk di meja khusus begini!" lanjutnya dengan memasang wajah sinis kepada Luein.

Diana masih diam. Gadis itu melihat sahabatnya yang terus menggeleng. Sebenarnya Diana ingin sekali membalas perkataan Gloria. Ia sudah menyiapkan peluru pedas pada komentarnya.

"Cepat usir mereka. Membuat mataku sakit saja!" titah Gloria menunjuk pada Luein.

"Maaf, Nona. Anda tidak berhak untuk mengusir tamu kami seenaknya!" tiba-tiba suara tegas muncul.

Sosok pria dengan balutan jas formal berwarna abu-abu datang. Pria dengan wajah tampan dan sorot mata tajam. Tubuhnya tinggi, tegap dan kekar. Semua wanita akan langsung terpesona.

Gloria sampai menjatuhkan rahangnya. Mulutnya terbuka lebar. Matanya melotot melihat keindahan ciptaan Tuhan yang berdiri di depannya. Leo tidak ada apa-apanya jika dibandingkan pria yang barusan datang.

"Heidar. Apa Nona ini sudah memesan tempatnya?" tanya pria itu pada salah satu pelayan.

"Maaf, Nona ... apa anda sudah memesan meja?" tanya pelayan pada Gloria.

Gloria tidak menyahut. Gadis itu masih terpaku menatap wajah pria yang ada di hadapannya.

"Ehmm ... eh, mejanya atas nama Leonardo Ramirez," Leo menjawab pertanyaan pelayan itu.

"Oh ... kalau begitu ikut saya, Tuan. Anda terlalu jauh berjalan hingga Tuan bisa ke tempat ini," jelas pelayan itu.

Leo menarik keras Gloria dari sana. Gadis itu terkejut. Ia berjalan terjajar karena mengikuti langkah lebar Leo yang menyeretnya.

Pria yang tadi menegur Gloria langsung meminta maaf atas ketidak nyamanan yang terjadi. Luein hanya mengangguk tersenyum.

Hidangan yang dipesan datang. Dua steak ukuran sedang berikut desertnya. Mereka makan dalam diam.

Selesai makan. Luein meminta bill. Pelayan datang mengatakan bahwa semua makanan telah dibayar oleh Tuan Ken Rafael Guzardy .

"Tapi, saya tidak kenal dengan beliau!'' ujar Luein menolak.

"Oh ... Tuan Guzardy itu, manager yang tadi datang. Pembayaran ini dilakukan atas permohonan maaf, karena ketidak nyamanan yang terjadi barusan," jelas pelayan itu panjang lebar.

Luien hanya mengangguk. Walau ia sedikit tidak percaya. Tapi, gadis itu akhirnya mengendikkan bahu. Lalu pergi setelah mengucap terima kasih.

"Wah ... Aku nggak nyangka makanan enak dan mahal tadi bisa gratis. Tau tadi, aku pesan agak banyak," kelakar Diana sambil tersenyum lebar..

"Apa perlu kita masuk lagi?" tawar Luein sambil menghentikan langkahnya.

"Ih ya nggak mungkin gratis lagi. Yang ada ntar nenek sihir itu ganggu acara makan kita lagi!" tolak Diana kesal.

"Kita? Kamu aja kali. Aku mah malu kalo masuk lagi," ujar Luein kembali melangkahkan kakinya.

Melihat sahabatnya pergi meninggalkannya. Diana menyusul dengan mempercepat langkahnya.

"Ih ... kok gitu sih! Kamu ...."

Maka tak lama terdengarlah suara tawa mereka berdua.

Bersambung.

Iuh ...

1
Ulfa Fadilah
Luar biasa
Widya Wati
cakeeep
Kadek Bella: smangat
total 1 replies
Widya Wati
hajaaar...seperti diriku..hahaha
kurnia rahayu
Luar biasa
Hampir Padam
Lumayan
Hampir Padam
Biasa
Dessy Arisandy
martin paok🤣
maria handayani
/Shy/
Binti
Luar biasa
Binti
wow duplikat glory
murni l.toruan
Masih banyak yang lain, lebih baik kita di cintai oleh orang yang tulus Luein. Buang ke laut laki-laki yang tidak punya pendirian
Ari Randz
saking takutnya diajak nikah /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Masayu Yanti: /Facepalm//Facepalm/ ada ada aja
total 1 replies
Ari Randz
Luar biasa
Jade Meamoure
ngeri banget koq ada anak n bapak gak ada akhlak gitu ya
Jade Meamoure
haduh ini chapter paling sedih ya Tuhan penantian berujung sia-sia tapi Tuhan memberikan dia banyak anak yg lain
Jade Meamoure
kasihan sih sebenernya Rodrigo gara" istri yg binal makanya sikap dia jadi berubah dari yg baik jadi jahat n serakah
Jade Meamoure
waduh 😱😱😱
Jade Meamoure
ibu dodol ini 🤣🤣🤣
Solekah
ternyata adrian viktor menjijikkan
Solekah
nyesel kan lo leo.😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!