Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee~ Bab 18
"Ngaku mas, iki punya sopo, astagfirullah hal'adzim! Ck...ck...berdosa kamu mas liat aurat orang!" omelnya terduduk di atas kasur, sambil menunjuk-nunjuk majalah dengan tiap lembarannya itu menampilkan wanita-wanita seksi berpakaian minim, terlebih hanya ca watt dan behaa saja. Namun satu yang tidak Leta sadari, jika dengan begitu Gio sebenarnya normal.
Kadung kesal, menemukan barang yang menurut kebanyakan orang adalah sesuatu yang tabu, terkesan memalukan dan aib.
Gio cukup dibuat kesal oleh gangguan pagi ini, ditambah Leta sudah mengacak-acak barang pribadinya. Ia merebut majalah-majalah itu dari tangan Leta yang bermuka keruh kemudian bergegas bangun untuk menaruh majalah-majalah itu di atas lemari baju, bermaksud agar tak diambil lagi oleh Leta.
"Ndak usah kepo! Kamu masih kecil! Lain kali kalo mau ngacak-ngacak ijin dulu, mana area yang boleh dan mana area terlarang....ndak tau tata kromo, privasi!" kesal Gio kembali ke tempatnya ingin kembali merebahkan diri dan melanjutkan tidurnya.
Sungguh jawaban itu bukan yang diharapkan Leta, tau apa yang akan dilakukan Gio itu, Leta langsung saja menarik bantal sebelum Gio berhasil meletakan kepalanya disana.
Tentu saja lirikan sinis Gio begitu tajam, "Ta! Sini e bantalnya, aku masih ngantuk iki..." ucapnya malas berdebat atau berkelahi dengan Leta, ditambah kepalanya itu masih cukup dibuat kleyengan.
"Ndak. Aku ndak mau kasih bantal sebelum mas bilang dulu! Itu barang lak nat punya sopo?! Buang ndak?!" ancam Leta.
"Ck, Ta...buruan, ngga usah becanda, ngga usah mancing emosi aku pagi-pagi, aku lahap baru nyaho kamu..." nyut---nyuutt---nyuuttt, kepalanya sakit dibuat istri kecilnya itu.
Leta bersikukuh menyembunyikan bantal di belakang badannya, sampai sempat Gio ingin merebut namun gadis ini enggan memberikan.
"Ta!" bentaknya tak ingin bermain-main, namun Leta pun cukup kepala batu, "nggak! Mas Gio ngga boleh tidur dulu sebelum bilang itu punya siapa, terus buang jauh-jauh barang lak nat itu...ndak takut dosakah, mas? Itu cewek lain kamu liatin auratnya...mana baca-baca yang bikin syahhh w444t naik, ee...ngaku! Sejak kapan sering liat begituan, jangan-jangan di hape punya film bo k33vvv lagi?! Ha! Ketauan!" tuduhnya nyeroscos layaknya penyidik di kepolisian.
Semakin saja Gio dibuat sakit kepala olehnya, "punyaku! Puas, sini bantalnya!" sentak Gio, namun rupanya jawaban itu tak serta merta membuat Leta memberikan keinginan Gio, ia justru menuntut lebih, "buang ndak mas?! Buang mas, zi na mata itu!"
"Iya...iya...nanti aku buang!"
"Sekarang mas! Geli aku liatnya,"
"Makanya, masih kecil jangan berani ngintip-ngintip...jadinya sawan!" omel Gio.
"Ngapain aku sawan. Wong aku juga punya sendiri!" jawab Leta sewot.
Tangannya terulur menggaruk kepala, perdebatan pagi ini hampir membuat kesadarannya kembali penuh, "iya...iya...yo wes sini bantalnya!" ia mengalah, dan kembali pernyataan itu tak serta merta membuat Leta puas, karena nyatanya Leta justru memintanya bangun mengingat hari sudah siang. Ayam aja udah pada beranak pinak, udah nyari nafkah sejak tadi.
"Hah!" decih Gio kesal. "Yo, wes! Aku ndak butuh bantal! Ambil aja semua!" ia memilih segera meletakan kepalanya dan menarik selimut hingga menenggelamkan dirinya sendiri tak peduli dengan Leta yang sudah ngomel-ngomel.
"Mas, siang!"
"Mas! Mas Gio!" tariknya di selimut namun Gio memang menahan dan berusaha tak acuh padanya.
Ia keluar dari kamar setelah gagal meminta Gio bangun segera, membawa serta sapu dan kresek sampah. Samar tercium aroma tumisan bawang dari arah dapur, tanda jika budhe tengah memasak disana.
Jiwa inemnya muncul bersama dengan aroma-aroma menantu idaman. Leta tak bisa jika hanya berdiam diri saat melihat budhe sibuk sendiri.
Netranya mengedar menemukan siluet sosok pria tua di halaman dari balik kaca jendela yang ditutupi gorden tipis dimana ia tengah mengurus burung peliharaannya dalam sangkar.
"Budhe masak apa, Leta bantuin..." ia menaruh sejenak sapu, menggantungnya di paku belakang pintu dapur, lalu menghampiri bu Gendis yang sibuk bertarung di wajan.
"Eh nduk, ndak bantu ibumu jualan di pasar kaget? Budhe kira kamu ndak ada tadi..."
Leta mengulas senyumannya, "sabtu ini ngga dulu, budhe...kata ibu, beliau dibantu Rohmah, anaknya bu Dewi yang titip getuk di lapakkk ibu." Alasannya, padahal sebenarnya ibu memintanya untuk mengutamakan kewajibannya terlebih dahulu pada Gio.
"Leta bantu ibu besok aja, budhe...di lapakkk yang car free day...disana pasti rame orang yang lari."
"Oh, yo wes...kalo gitu, mau sarapan sekarang? Gio ndak usah ditunggu, kalo weekend pasti bangun siang." Pintanya saat tempe orek sudah tersaji dan mengepulkan asap beraroma wanginya.
"Itu budhe mau masak apa lagi?" tunjuk Leta ke arah bahan sayuran yang masih mentah dan sudah disiapkan.
"Balado tongkol, opo mau nunggu ini dulu?" tanya budhe diangguki Leta, "ta bantuin budhe..."
Ia terbiasa membantu ibunya memasak, kata ibu...sesukses apapun seorang wanita, tetap kodratnya adalah memberikan sentuhan magic dalan setiap suapan keluarganya, sekalipun hanya ceplok telor saja. Dengan kata lain, cewek itu mesti bisa masak! Karena kodratnya ya balik dapur.
"Budhe..." ia teringat dengan kegelisahannya akhir-akhir ini, otak cerdasnya pun baru tersadar dengan kejadian barusan saat mencium aroma masakan. Menyadari satu hal, jika barang lak nat itu semakin memperkuat kecurigaan Leta akan Gio yang normal.
"Ya?"
"Sebenernya----" Leta menjeda ucapannya dengan sejenak melihat ke arah halaman.
Gumaman dari padhe yang bersenandung lagu cucak rowo sembari menyemprotkan air ke arah burungnya membuat Leta ikut mempertanyakan keputusan pria itu tentang Gio.
"Opo nduk?"
"Sebenernya budhe percaya ngga sih kalo mas Gio itu memang benar-benar penyuka sejenis?" tanya nya menghentikan aktivitas saat itu dan meredupkan suasana obrolan yang semula begitu hangat menjadi sedikit canggung.
Raut wajah itu, menyiratkan sisa-sisa kecewa yang masih ada, sedikit malu dan sedih, meski jauh di lubuk hatinya ia sama sekali tak menyangka dan tak percaya jika putranya seperti itu.
"Ndak tau nduk. Budhe cuma ngga nyangka saja...karena dulu yang budhe tau, Gio pernah mbawa cewek yang katanya pacar..."
"Kapan?" mata Leta berbinar. Budhe terlihat seperti berpikir, mengingat-ingat meski tangannya melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
"Waktu SMA...terus yang budhe tau, pas masuk kampus itu sempet ke rumah lagi dua kali, yang terakhir itu pas Gio penghabisan semester 1, setelah itu Gio ndak pernah bawa lagi Nita...katanya putus."
Leta mengangguk-angguk paham.
"Budhe ndak ngerti, opo yang bikin Gio jadi begitu...kok rasanya baru kemarin budhe ngeliat kalo Gio memang sesuka itu sama Nita. Pergaulan jaman sekarang, nduk...Gio jadi begitu, jarang pulang ke rumah..."
"Budhe tau, temen-temen cowoknya mas Gio siapa aja? Pada sering datang ke rumah?" tanya Leta lagi.
"Ndak banyak. Budhe cuma tau Mus...kamu juga pernah liat kan, Mustofa? Yang waktu itu pernah ketemu..."
Leta memutar bola matanya, ingat betul ia dengan pemuda kacruutt satu itu, yang salah masuk rumah orang, abis itu nyolong jambu batu miliknya yang kebetulan dahannya merunduk ke arah pagar rumah budhe, pemuda yang begitu genit padanya, "tau! Cowok maling itu kan, budhe?"
Ibu tertawa kecil, akan moment itu, sampai-sampai Mustofa bersembunyi di belakang Gio dan dirinya demi menghindari amukan Leta.
"Terus Diki...Rompis...anak orang kaya, tapi kayanya kamu belum pernah liat."
"Abis bikin aku pusing, sekarang ghibahin aku sama ibuku..."
Leta dan ibu seketika menoleh ke arah datangnya sumber suara.
.
.
.
.
nunggu letta sadar pasti seru ngamuk2 nya ma gio...
ndak ada juga yang bakal masukin ke penjara
biar si letta gk pergi2 dri kmu
jangan to yo,kasian si leta masih gadis
mana enak menikmati sendiri
tunggu Sampek kalian bener2 siap lahir batin dan ikhlas melakukannya bersama, atas kesadaran masing2, pasti rasanya jauh LBH maknyus 👌