> "Rei Jaavu, apakah anda siap meninggalkan dunia ini dan pergi menuju negeri impian anda sekarang?"
"Jepang? Beneran aku bisa ke Jepang?"
> "Jepang? Ya, Jepang. Tentu saja."
Kata-kata itu muncul di layar laptop Rei, seperti tawaran menggiurkan yang nggak mungkin ia tolak. Sebuah sistem bernama "AniGate" menjanjikan hal yang selama ini cuma ada di dalam imajinasinya. Jepang klasik, negeri isekai, atau bahkan jadi tokoh kecil di dalam novel klasik yang selalu ia baca? Semua seperti mungkin. Ditambah lagi, ini adalah jalan agar Rei bisa mewujudkan impiannya selama ini: pergi kuliah ke Jepang.
Tapi begitu masuk, Rei segera sadar... ini bukan petualangan santai biasa. Bukan game, bukan sekadar sistem main-main. Di tiap dunia, dia bukan sekadar 'pengunjung'. Bahaya, musuh, bahkan rahasia tersembunyi menghadangnya di tiap sudut. Lebih dari itu, sistem AniGate seolah punya cara tersendiri untuk memaksa Rei menemukan "versi dirinya yang lain".
"Sistem ini... mempermainkan diriku!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RE-jaavu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Seburuk Itu: Bagian 6
Bagian 6: Kepingan Misteri
Hari itu berakhir dengan segudang pertanyaan yang berputar di kepalaku. Apa maksud Haruka dengan "tantangan" yang ia katakan? Bagaimana dia bisa tahu apa yang aku butuhkan sebelum aku sendiri menyadarinya?
Aku mencoba mengabaikan semua itu ketika akhirnya tiba di rumah, tapi suara AniGate tiba-tiba muncul, memecah keheningan.
> “Rei, perkembangan Anda dalam menyelesaikan misi mulai menunjukkan hasil.”
Aku mendesah panjang sambil melepaskan sepatuku. “Hasil yang mana? Aku masih bingung dengan semuanya.”
> “Anda telah membuat koneksi awal dengan Haruka Minami. Itu adalah langkah pertama yang signifikan.”
Aku berhenti sejenak, lalu mengerutkan dahi. “Tunggu, apa kau mengawasi semua interaksiku dengannya?”
> “Tentu saja. Itu adalah bagian dari evaluasi sistem.”
“Bukankah itu privasi?” aku mendengus.
> “Konsep privasi tidak berlaku di dalam sistem ini. Semua data digunakan untuk pengembangan Anda.”
Aku ingin memprotes, tapi percuma. AniGate selalu punya jawaban logis yang sulit dibantah, meski terasa menyebalkan.
...****************...
Keesokan harinya, aku masuk ke sekolah dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Haruka tidak memberiku kesempatan untuk bertanya kemarin, jadi aku bertekad untuk mencarinya hari ini.
Ketika jam istirahat tiba, aku pergi ke kantin dengan harapan bisa menemukan gadis misterius itu. Tapi bukannya menemukan Haruka, aku malah disambut oleh pemandangan yang membuatku tertegun.
Di sudut kantin, Haruka duduk bersama Renjiro dan beberapa siswa lain dari kelas kami. Mereka tertawa bersama, terlihat akrab, seolah-olah mereka sudah berteman lama.
Aku mengerutkan dahi. Bagaimana dia bisa begitu cepat membaur dengan orang-orang ini? Sementara aku… walaupun kemarin sudah mencoba, aku masih seperti orang asing di antara mereka.
“Takumi Hirano,” panggil suara dari belakangku.
Aku menoleh dan melihat seorang gadis berambut pendek berdiri di sana, menatapku dengan senyum kecil.
“Kau mencari seseorang?” tanyanya.
“Eh, tidak, aku hanya…” Aku menggaruk belakang kepalaku, mencoba mencari alasan.
“Kau pasti siswa baru, kan?" katanya tanpa menunggu jawabanku. “Namaku Hitomi. Aku juga salah satu teman sekelasmu.”
Aku mengangguk canggung. “Oh, hai. Aku Takumi.”
Dia tertawa kecil. “Aku tahu. Kau cukup terkenal setelah lomba kemarin.”
Aku merasa darahku mengalir ke wajahku. “Oh, ya? Terkenal dalam arti yang baik atau buruk?”
“Yah, mungkin keduanya,” katanya sambil tersenyum kecil.
...****************...
Ketika aku akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Haruka, dia sedang berbicara dengan Renjiro tentang sesuatu yang tampaknya serius. Aku berdiri beberapa meter darinya, mencoba mencari waktu yang tepat untuk menyela.
“Takumi-kun!”
Haruka menoleh sebelum aku bisa mengatakan apa-apa. Dia tersenyum lebar dan melambai ke arahku.
“Ayo, duduk di sini,” katanya sambil menunjuk bangku kosong di sebelahnya.
Aku ragu sejenak, tapi akhirnya melangkah mendekat dan duduk di kursi yang ditunjukkan.
“Kami baru saja membahas tentang proyek kelas,” katanya dengan nada santai.
“Oh,” jawabku singkat.
Renjiro memandangku dengan ekspresi penasaran. “Kau tertarik untuk bergabung?”
Aku membuka mulut, tapi Haruka lebih dulu menjawab. “Tentu saja dia tertarik. Takumi-kun kan punya banyak ide bagus.”
Aku menatapnya dengan bingung. Apa dia serius? Aku bahkan tidak tahu apa yang sedang mereka rencanakan.
...****************...
Setelah makan siang, Haruka menarikku ke sudut lorong yang sepi.
“Kau tampak bingung tadi,” katanya tanpa basa-basi.
“Karena aku memang bingung,” jawabku. “Apa yang sebenarnya kau coba lakukan?”
Dia tersenyum kecil. “Aku hanya memberimu kesempatan untuk menunjukkan potensimu.”
“Apa maksudmu dengan potensiku?”
Dia menatapku lama, lalu berkata dengan suara pelan, “Kau mungkin tidak menyadarinya, tapi kau punya kemampuan untuk mengubah keadaan. Kau hanya perlu sedikit dorongan.”
Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.
“Kau ingin berkembang, kan?” lanjutnya.
“Tentu saja,” jawabku akhirnya.
“Kalau begitu, buktikan.”
...****************...
Ketika aku kembali ke kelas, suara AniGate kembali bergema di kepalaku.
> “Rei, Anda telah menerima tantangan yang relevan untuk misi ini.”
“Tantangan apa?” tanyaku, meski sudah menduga jawabannya.
> “Anda harus menjadi bagian dari proyek kelas yang sedang dibahas. Ini akan membantu Anda memperkuat keterampilan sosial dan kerja sama tim.”
Aku mendesah panjang. “Tentu saja. Karena itu bukan hal yang mudah untukku.”
> “Progres datang dari kesulitan. Tidak ada jalan pintas.”
...****************...
Hari berikutnya, aku bergabung dengan kelompok yang membahas proyek kelas. Tugas kami adalah membuat presentasi besar tentang sejarah sekolah, yang akan ditampilkan dalam acara tahunan sekolah minggu depan.
“Jadi, siapa yang mau menjadi pemimpin?” tanya Renjiro sambil melirik ke sekeliling.
Semua orang terdiam, termasuk aku.
“Aku rasa Takumi-kun bisa melakukannya,” kata Haruka dengan senyuman kecil.
Aku menatapnya dengan mata membelalak. “Apa?! Aku lagi?”
“Kenapa tidak?” katanya santai. “Kau sudah menunjukkan kemampuan berbicara di depan umum. Ini kesempatan untuk mengasahnya lebih jauh.”
Aku ingin membantah, tapi semua orang tampaknya setuju dengan idenya.
“Baiklah, kalau begitu,” kata Renjiro akhirnya. “Takumi, kau yang bertanggung jawab.”
Aku merasa tenggorokanku mengering. Ini akan menjadi tantangan yang jauh lebih besar daripada yang pernah kubayangkan.
aku mampir ya 😁