apa jadinya kalau seorang istri dari CEO ternama selalu dipandang sebelah mata di mata keluarga sang suami.
kekerasan Verbal sekaligus kekerasan fisik pun kerap dialami oleh seorang istri bernama Anindyta steviona. memiliki paras cantik ternyata tak membuat dirinya di hargai oleh keluarga suaminya.
sedangkan sang suami yang bernama Adriel ramon hanya mampu melihat tanpa membela sang istri.
hingga suatu hari Anin mengalami hal yang membuat kesabaran nya habis.
akan kah Anin dapat membuat keluarga suaminya itu menerima balasan dendam darinya. semua jawaban itu terkuak dari novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Anin!"
Suara Adriel, membuat langkah kaki Anin tertenti, matanya mengarah kearah suami yang hampir beberapa tahun tak ia temui.
Sambil tersenyum, Anin memberi sapaan pada Adriel. "Hay!"
Langkah kaki Adriel berjalan kearah Anin berada, sedangkan Jessica yang berada di samping Adriel hanya mampu mengepal kan tangganya sekaligus menampakkan raut wajah kesal.
"Ka-kamu.... " Ucapan Adriel terhenti, seakan menahan tangisnya Adriel hendak memeluk Anin.
Akan tetapi, dengan cepat Anin menghindar. Sambil berkata penuh penekanan. "Kau ingin memeluk ku?"
"Kau tidak merindukan ku?" Tanya Adriel.
Ucapan Adriel sontak membuat Anin tersenyum hingga terlihat gigi gerahang nya. "Kau bilang apa? Rindu? Selain menjadi CEO di perusahaan ku selama ini, apa sekarang kau mencoba untuk menjadi pelawak?" Ucap Anin.
Belum sempat Adriel menjawab, Jessica langsung menyelak begitu saja. "Maaf Pak Adriel, tapi anda harus segera menghadiri meeting sekarang."
"Betul sekali apa yang di ucapkan sekertaris mu itu, kalau begitu, sampai jumpa di ruang meeting." Imbuh Anin.
Tanpa mendengar jawaban Adriel, kini langkah kaki yang sempat terhenti tadi, langsung di langkahkan kembali oleh Anin.
Sambil berjalan menjauh dari Adriel dan Jessica. Bibir Anin berucap dengan tegas pada Rayna. "Siapkan semua, dan jangan sampai ada kesalahan di ruang meeting nanti."
Seraya menggangguk Rayna memberi jawaban penuh keyakinan. "Anda tenang saja, semua akan berjalan sesuai dengan apa yang Anda inginkan."
Hanya mendapat jawaban anggukan dari Anin.
******
Ruang meeting
Beberapa orang penting tengah duduk di ruang meeting, dengan tempat sang direktur yang masih kosong.
Kursi yang tak lain posisi untuk si direktur itu pun membuat Adriel terheran, karna masih belum datang di meeting yang bahkan sang direktur sendiri yang memintanya.
Adriel berbisik pelan kearah Jessica. "Berapa lama lagi direktur datang?"
"Mungkin.... " Ucapan Jessica terhenti.
Mata nya terbelalak menatap kearah pintu masuk ruang meeting, yang memperlihatkan Anin dan juga pak Direktur di sampingnya.
"Anin!" Ucap Jessica.
Membuat Adriel langsung mengarahkan pandangannya kearah tatapan mata Jessica.
"Anin! Untuk apa dia disini? Dan Direktur... " Lontaran kata Adriel terhenti.
Suasana di ruang meeting menjadi gaduh, sambil berbisik pelan menanggapi Anin yang berjalan masuk dengan sang Direktur Utama di perusahaan itu.
Dan yang lebih membuat Adriel terheran adalah kini Anin di persilahkan duduk oleh sang Direktur di kursi utama.
Sambil tersenyum hangat Anin membungkuk memberi sapaan pada semua yang berada di ruangan itu.
Direktur berbisik pada sang seorang wanita yang menjadi mentor di ruang meeting itu.
"Ekhemm.... Harap tenang semuanya." Ucap sang mentor, sambil mengatur suaranya agar di dengar. "Saya mentor di meeting pada pagi hari ini, ingin menyampaikan pesan dari Pak Direktur bahwa ibu Anin adalah Direktur Utama yang sebenarnya di perusahaan ini." Imbuhnya kembali.
Seketika ruang meeting pun menjadi hening.
Sedangkan Adriel langsung berdiri dan menyuarakan keberatannya. "Apa ini semua lelucon Pak Direktur?"
Jessica mencoba untuk membuat Adriel tenang, dan memintanya agar duduk kembali ke posisinya.
Ketika Pak Direktur hendak menjawab, dengan cepat Anin memberi isyarat untuk diam. Dan membiarkan dirinya yang menjawab.
Pandangan Anin tajam, tak ada kelembutan seperti saat Adriel bertemu dengan nya tadi.
"Apa kau keberatan tuan Adriel?"
"Meeting di khususkan untuk pemilik saham sekaligus orang penting di perusahaan ini. Bukan sembarang orang seperti mu, nona Anin."
Brakk
Suara gebrakan Anin berikan.
Hingga semua orang terperanjat kaget.
"Sembarang orang? Bukan kah kata itu harusnya aku tujukan untuk mu tuan Adriel?"
"Anin.... "
"Berucaplah formal di ruang meeting tuan Adriel!" Sentak Anin kembali.
Tatapan Adriel dan Anin saling adu pandang.
"Bawa dia keluar dari ruang meeting sekarang! aku ingin mengadakan meeting tanpa adanya CEO hari ini." Imbuh Anin kembali.
Ketika seseorang memberi jalan agar Adriel keluar dari tempat itu, membuat semua orang saling berbisik.
Jessica di tempat itu memberi isyarat pada Adriel untuk mengalah dan mengikuti ucapan Anin saja.
Sembari berbisik pelan, Jessica berucap. "Kita atasi Anin nanti, lebih baik sekarang kita keluar dari sini."
Pria itu pun langsung berlalu pergi begitu saja.
Masih dengan langkah Adriel yang masih hendak keluar dari ruang meeting.
Dengan lantang Anin berucap. "Jika ada yang ingin melawan, silahkan keluar! Ruang meeting ini tidak pernah di bolehkan untuk di masuki oleh orang rendahan dalam bermoral." Sindir Anin, sembari menatap kearah Adriel.
Pria itu pun berlalu pergi.
Sedangkan Anin yang kini masih mengarahkan pandangannya kearah Adriel yang sudah menjauh dari tempat itu, berucap dalam hati. 'Ini baru permulaan, setelah ini, aku ingin kamu dan keluarga mu itu menangung semua yang telah kalian lakukan dulu.'
******
Di ruangan Adriel
Brakk
Suara pintu cukup keras Adriel tutup.
Jessica mengekor berjalan di belakang Adriel.
"Mas.... "
Ucapan Jessica di selak oleh Adriel. "Keluar! Jangan ganggu aku sekarang!"
Melihat kemarahan Adriel yang seperti tak tertahankan. Membuat Jessica tak mendebat ucapan pria itu. Dan memilih untuk segera keluar dari ruangan sang CEO.
Mata Adriel terfokus pada kursi sang CEO di depannya, dengan aturan nafas yang tersengal,
Adriel berucap. "Aku pikir ketika kau kembali, kau akan berubah menjadi Anin yang aku nikahi dulu." Ucapan Adriel terjeda.
Matanya memancarkan kekecewaan sekaligus kemarahan. "Tapi ternyata aku salah, kau telah mempermalukan ku di depan banyak orang. Sebelum mama ku yang menangani mu, mungkin memang aku yang harus menangani mu dengan cara yang sudah aku rencanakan selama ini." Imbuhnya kembali.
Bersambung.
bingung ihhh liat si othor
apa karena bacanya malam2 😂
turut berdukacita sedalam - dalam nya yaa Thor 😔🙏🙏🙏
semoga Othor dan keluarga yg ditinggalkan diberikan keluasan dalam sabar dan keikhlasan menerima takdir dr yg Maha Kuasa 🙏🙏😢
terimakasih juga masih menyempatkan untuk up 🙏🙏🙏🙏
nexxxttt 💞