NovelToon NovelToon
5 Hari Sebelum Aku Koma

5 Hari Sebelum Aku Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Romantis / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Suami Hantu
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Maylani NR

5 hari sebelum aku koma, ada sesuatu yang janggal telah terjadi, aneh nya aku tidak ingat apa pun.
__________________

"Celine, kau baik-baik saja?"

"Dia hilang ingatan!"

"Kasian, dia sangat depresi."

"Dia sering berhalusinasi."
__________________

Aku mendengar mereka berbicara tentang ku, sebenarnya apa yang terjadi? Dan aneh nya setelah aku bangun dari koma ku, banyak kejadian aneh yang membuat ku bergidik ketakutan.

Makhluk tak kasat mata itu muncul di sekitar ku, apa yang ia inginkan dari ku?
Mengapa makhluk itu melindungi ku?
Apakah ini ada hubungan nya dengan pria bermantel coklat yang ada di foto ku?

Aku harus menguak misteri ini!
___________________

Genre : Horror/Misteri, Romance

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maylani NR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penggelapan kasus?

Di kantor polisi.

Siang itu, udara di kantor polisi terasa berat. Sammy dan Alex duduk di meja kerja mereka, menatap berkas-berkas yang menumpuk di hadapan mereka. Aroma kertas tua bercampur dengan kopi dingin menyelimuti ruangan.

"Bagaimana, Sammy? Apa kamu sudah menyelidiki kasus mereka?" Alex memecah kesunyian sambil mengetukkan pensil di meja.

Tuk tuk tuk!

Sammy menghela napas panjang, menatap rekannya dengan ekspresi datar. "Belum, masih minim informasi yang aku dapatkan, jadi agak sulit."

Alex mengangguk perlahan. "Begitu ya," katanya, meski nada suaranya terdengar kecewa.

Sammy tiba-tiba mengubah arah pembicaraan nya. "Tapi hari ini aku mendapatkan informasi baru. Ada sebuah kecelakaan di jalan tol menuju kota Lius."

Alex menatap Sammy dengan rasa ingin tahu yang langsung terpancar. "Kecelakaan?"

"Iya, kecelakaan tunggal. Sebuah mobil Sedan pink terjun dari flyover. Dari laporan awal di TKP, mobil itu sepertinya tidak dapat di kendalikan. Karena ada kerusakan di pedal rem nya," jelas Sammy sambil membuka catatan di depannya.

"Berapa banyak korban yang ada di dalam mobil itu?" tanya Alex dengan nada serius.

"Hanya ada satu orang wanita. Tapi, ada sesuatu yang janggal dari mayat itu," jawab Sammy sambil menyipitkan mata.

"Apanya yang aneh?" Alex segera mencondongkan tubuhnya ke depan, ia memfokuskan diri nya untuk mendengarkan apa yang akan Sammy katakan.

Sammy menunjukkan foto korban dari berkasnya. "Leher korban memiliki bekas cakaran yang cukup dalam. Namun, dari hasil olah TKP, tidak ada hewan apa pun yang mencoba masuk ke dalam mobil itu. Jika memang korban membawa hewan, seharusnya hewan itu mati bersama pemiliknya, karena ledakan mobil itu cukup dahsyat untuk membakar semuanya."

Alex mengamati foto itu dengan seksama. "Aneh. Ini sudah keempat orang yang tewas dengan kematian yang tidak masuk akal," gumamnya.

"Aku berpikir ini hanya kebetulan," kata Sammy santai, meski matanya tetap terfokus pada berkas.

"Mungkin saja," jawab Alex, namun suaranya terdengar ragu. "Tapi aku masih percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik ini. Aku yakin ini adalah ulah hantu."

Sammy hanya mendengus, ekspresi wajahnya mencerminkan ketidakpercayaan. "Masih saja membahas hantu."

Alex bangkit dari kursinya, mengenakan jaketnya dengan cepat. "Terserah kamu mau percaya atau tidak, Sam. Tapi aku akan mencari tau nya sendiri."

Sammy hanya menggelengkan kepala melihat rekannya pergi. "Dasar orang itu," gumamnya sambil mengembuskan napas. "Hahhh ..."

Setelah Alex pergi, Sammy kembali memeriksa catatan kasus milik Celine di tanggal 14 November, ia bergumam. "Waktu itu aku belum berdinas di kantor ini. Aku di alokasikan ke kantor ini sebenarnya untuk menggantikan polisi yang dikeluarkan karena tudingan penggelapan kasus."

Sammy terdiam, pikirannya melayang jauh. "Penggelapan kasus?" Kata-kata itu bergema di benaknya. Ia merasa ada sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, yang belum ia pahami.

Ruangan terasa semakin sunyi. Satu-satunya suara hanyalah detik jarum jam yang terdengar semakin jelas. Mata Sammy kembali tertuju pada foto-foto korban. Ia menyadari ada pola yang aneh, sesuatu yang belum ia temukan.

Dan saat itu, sebuah pikiran melintas di benaknya. Apakah berkas tanggal 14 November telah di lenyapkan? Dan kematian para korban ini benar-benar hanya kebetulan? Atau ada seseorang—atau sesuatu—yang bermain di balik layar?

"Ini aneh ..."

...****************...

Apartemen Celine.

Sore itu, Celine pulang lebih awal, Devid mengatakan pada nya untuk segera pulang dan beristirahat di rumah. Agar luka-luka di wajahnya bisa segera membaik.

Ia melangkah perlahan memasuki ruang apartemen nya, menyambut keheningan yang selalu menjadi teman setianya. Setelah meletakkan tas di atas meja, ia berjalan menuju kamar. Tubuhnya terasa lelah, bukan hanya karena pekerjaan, tetapi juga karena luka yang masih terasa perih di wajahnya. 

Celine duduk di atas ranjang, menghela napas panjang. Tangannya meraih perban yang membalut wajahnya. Dengan hati-hati, ia mulai melepasnya, meskipun rasa nyeri menusuk setiap kali perban itu menyentuh kulitnya.

Ketika perban sepenuhnya terbuka, ia meraih cermin kecil dari dalam tasnya. Wajahnya, yang kini dihiasi luka melepuh akibat insiden capuccino panas itu, memantul jelas di permukaan kaca. Air matanya mengalir tanpa suara, luka itu tidak hanya merusak kulitnya tetapi juga menggores kepercayaan dirinya.

"... "

Dari balik pintu, tubuh halus Briyon mengamati istrinya dengan ekspresi khawatir. Sosoknya yang melayang tanpa suara menghampiri Celine, lalu berlutut di hadapannya. 

"Celine," panggil Briyon lembut, suaranya seperti angin yang menyejukkan. 

Celine cepat-cepat menghapus air matanya, memaksakan senyum untuk menutupi kesedihannya. "Briyon, selamat datang," sapanya dengan suara yang sedikit gemetar. 

"Sakit?" tanya Briyon, sambil menatap wajah Celine yang terluka. 

Celine menggeleng pelan, mencoba mengabaikan rasa sakitnya. "Ah? Oh, luka ini? Tidak, ini akan segera sembuh," jawabnya, meski senyumnya tidak sepenuhnya meyakinkan. 

Briyon mengulurkan tangan kanannya, yang kini tampak memadat dingin seperti es yang bersinar dalam redup.

Tangan dingin itu kini dengan lembut menyentuh wajah Celine. Perlahan, dan sedikit membuat Celine meringis. "Issshhh ..."

Terasa perih, namun ia berusaha tersenyum di hadapan Briyon, ia tidak ingin membuat suami nya khawatir pada nya.

"Sakit?" tanya Briyon.

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja," ucapnya, mencoba menghibur suaminya. 

Dingin yang memancar dari tangan Briyon terasa menenangkan, seperti kompres yang meredakan rasa perih di kulitnya. Celine menutup matanya sejenak, membiarkan sensasi dingin itu menyelimuti wajah nya.

"Terima kasih, Briyon. Ini sudah lebih baik," katanya dengan suara lembut, ia membuka matanya perlahan dan menatap Briyon dengan penuh rasa terima kasih. 

Namun, ketika kedua mata mereka saling menatap, Celine tiba-tiba terkejut. Tatapan nya berubah saat ia melihat mata Briyon yang tiba-tiba bersinar merah menyala. Celine mundur sedikit, ada rasa takut yang mulai merayap di dalam dirinya. 

"Briyon, ada apa?" tanyanya cemas. 

Briyon tidak langsung menjawab. Suaranya terputus-putus, seperti selalu ada yang menahan kata-katanya. "Wanita itu..." 

"Wanita itu?" ulang Celine, mencoba memahami. "Maksudmu Angela?" 

Briyon mengangguk pelan. 

"Kenapa dia?" 

"Tidak akan..." ucapan Briyon kembali terhenti, berusaha keras menyelesaikan kalimatnya. "Mengganggu mu..." akhirnya ia menambahkan dengan nada yang nyaris tak terdengar. 

Celine tertawa kecil, meski tidak sepenuhnya tenang. "Tidak akan menggangguku lagi? Bagaimana bisa? Angela itu orang yang tidak pernah menyerah untuk menyusahkan hidupku." 

Briyon, tanpa berkata-kata, mengangkat jari telunjuknya. Ia mengarahkannya ke leher Celine, lalu membuat gerakan dari kiri ke kanan dengan perlahan. Senyuman nya samar, namun seperti memiliki arti yang tidak biasa.

Celine terdiam, menatap gerakan itu dengan bingung sekaligus waspada. Meski tidak sepenuhnya memahami maksud Briyon, ia merasakan sesuatu yang tidak biasa. Aura dingin yang mengelilingi Briyon terasa berbeda, seperti membawa ancaman yang tersembunyi. 

"Briyon... apa maksudnya?" tanyanya pelan, nyaris berbisik. 

Namun Briyon hanya menatapnya, matanya yang merah menyala seperti menggambarkan niat yang tidak terucapkan. Di saat itu, Celine merasa ada sesuatu yang Briyon sembunyikan dari dirinya.

...Bersambung ......

1
ball
lanjutin aja Briyon biar dia kaget -______-
ball
maaf ya mba Reina dia suami orang. 😑
Gebi Simamora
jgn tarik tarik Briyon heh sana cewek lenjeh /Grimace/
Gebi Simamora
gak enak juga ya kalau harus nutupin, gak bisa bareng-bareng 🥺
Acil Supriadi
hadewwwwhhh kasian Celine
Acil Supriadi
belum apa-apa udah cemburu😒 situ siapa ya?
Acil Supriadi
wahhh Reina suka Briyon nih kaya nya 😔
Ellana_michelle
Noooo😭
Tania Laras
aku jadi Celine sakit hati/Cry/
Syelina Putri
tanda tanda tukang tikung
Sasa Bella
iya si devid kek nya posesif+ obsesi bgt sama Celine 😒
Sasa Bella
terus aja nyari alasan 🗿
Tania Laras
apaan si devid uler banget
AmSi
bermuka dua/Speechless/
ball
gak tau kenapa ya, kesel bgt sama si devid
Gebi Simamora
ngeles mulu kaya bajai si reina/Right Bah!/
Acil Supriadi
si devid ngajak kerja sama 😒
Ellana_michelle
Apasih... jauh jauh lu devid..
Ellana_michelle
cinta beda alam🥺
Ellana_michelle
mau mewek🥺🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!