Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 - ARIN'S LIFE
BAB 16 – ARIN’S LIFE
Di kantor, Juna tidak fokus dalam pekerjaannya. Juna memikirkan apa yang diucapkan teman-temannya. Merasa bahwa Juna masih mencintai Rea, namun apakah dia bisa menggapai Rea kembali.
Memikirkan bahwa Rea saja tidak mencoba mendekat padanya, lalu bagaimana caranya ia bisa mendekat. Namun memikirkan apa yang diceritakan Deo bahwa Rea masih memperhatikannya membuat Juna beroikir bahwa Rea masih mencintainya.
Pada saat pertemuan pertama mereka setelah sekian lama, Rea yang diam saja bahkan dirinya yakin bahwa orang yang tak sengaja berpapasan dengannya di BiFo Resto adalah Rea namun Rea seolah-olah tak mengenalinya, itulah yang membuatnya bimbang.
“…Elo tau kan kalau Rea itu cantik, manis, pinter, lembut lagi. Mana ada cowok yang nggak suka sama Rea…”
Mengingat perkataan teman-temannya yang mengatakan bahwa tidak mungkin tidak ada laki-laki yang mengejar Rea, membuat panas. Bagaimana ternyata Rea sudah memiliki pasangan
“Rea, apakah aku harus mengejarmu lagi” gumam Juna sambil memandang foto saat Rea pertama kali menonton pertandingannya
“Baiklah, sudah ku putuskan…”
***
“Permisi Nona Arin, waktunya minum obat” Ujar seorang perawat yang terlihat dari tanda pengenalnya bernama Rani.
“Terima kasih suster” ujar Tita
“Nona, apabila cairan infusnya sudah habis tolong beritahu saya atau tekan bel yang ada di dekat ranjang”
“Baik suster” Setelah mendengar jawaban Tita Suster itu pergi meninggalkan ruangan
Arin hanya melihat
“Kak Arin, setidaknya mau minum obat ya” Arin hanya mengangguk dan meminum obatnya.
Tita senang karena Arin mau meminum obatnya. Kemudian melihat bahwa tempat minum air milik Arin kosong, Tita berpamitan kepada Arin untuk mengisi air minum terlebih dahulu. Arin hanya memandang kepergian Tita kemudian melirik kearah sebuah pisau yang terdapat pada tempat buah
Sekembalinya dari membeli air minum, Tita melihat tempat ruang Arin di rawat begitu ramai. Tita yang tidak tau apa yang terjadi, berusaha bertanya pada salah seorang yang berada dikerumunan itu
“Itu mbak, ada yang mau bunuh diri di ruangan itu. Untung saja ada yang tau mbak jadi bisa di cegah”
Mendengar itu Tita segera masuk ke dalam dan melihat bahwa banyak perawat dan dokter berada di tempat tidur Arin.
“Apa yang terjadi suster?”
“Anda yang menjaga pasien. Jika benar, tolong jangan ditinggal sendirian ya mbak. Dokter Risa sudah memberikan obat penenang. Kami permisi dulu” ujar perawat itu lalu pergi
Kemudian ada seseorang yang menghampiri Tita dan menceritakan apa yang terjadi. Tita yang memahami apa yang terjadi segera menyembunyikan benda tajam yang ada di meja samping ranjang Arin.
“Terima kasih ya bu atas pertolongannya” ujar Tita
“Saya mengerti mengapa mbak itu menjadi depresi. Apalagi ucapan suami dan ibunya itu tidak pantas mbak. Saya mendeengar sendiri bagaimana suami dan ibunya malah menyuruhnya mati.” Ibu-ibu itu menceritakan apa yang terjadi saat keluarga Arin mengunjunginya
“Saya sebenarnya ingin bilang ke perawat atau dokter yang jaga. Tapi saya takut dikira terlalu ikut campur masalah orang, mbak” jelasnya
“Gapapa ibu, terima kasih sudah mau memberitahu saya”
“Sama-sama mbak, saya ke tempat suami saya dulu ya mbak”
Melihat Arin yang masih tidur, Tita pergi keluar ke taman Rumah Sakit untuk menenangkan pikiran. Saat ke taman, TIta secara tidak sengaja melihat Rea yang berjalan tergesa-gesa. Rea yang melihat Tita pun berhenti karena melihat bahwa ada yang ingin Tita bicarakan dengannya
“Ada apa Tita?” tanya Rea
“Apakah kakak ada waktu?”
“Nanti setelah aku memeriksa pasien ya. Saat ini ada pasien gawat darurat. Jika ini penting kamu bisa menunggu disini atau ke ruanganku saja. Atau tidak aku bisa ke ruangan Arin. Nanti kamu bisa menghubungiku. Aku pergi dulu” Rea pergi meninggalkan Tita dengan terburu-buru
“Bagaimana cara menghubunginya, aku saja tidak punya nomornya” keluh Tita
“Yasudahlah aku lebih baik kembali ke ruangan mbak Arin.” gumam Tita.
***
Rea yang selesai memeriksa pasien pun pergi mencari keberadaan Tita. Melihat bahwa Tita sudah pergi dari taman, Rea berpikir kemungkinan besar Tita ada di ruangan Arin dari kejauhan Rea melihat Tita yang duduk di depan ruangan Arin pun segera menghampirinya.
“Tita..” panggil Rea sambil berjalan pelan mendekati Tita
“Kak Rea” lirih Tita
“Tadi apa yang ingin kau bicarakan?
“Kak, apakah aku bisa membawa pergi keluar mbak Arin. Untuk mengubah suasana hatinya”
“Jalan-jalan…di sekitar area rumah sakit maksusnya?” Rea bingung dengan pertanyaan Tita
“Tidak kak, aku hanya ingin menunjukkan seseuatu ke Mbak Arin”
“Jika itu, jangan bicara padaku. Tapi bicarakan pada dokter yang menangani pasien Arin yaitu Dokter Iza dan Dokter Risa”
“Jika dokter yang merawatnya mengijinkan. Kau bisa melakukannya” jelas Rea. Karena Arin bukanlah pasien miliknya
“Begitu ya, jadi aku harus ijin ke Dokter Iza dan Dokter Risa. Aku hanyalah dokter bedah yang akan menangani Arin saat operasi. Namun secara garis besar Dokter Iza yang mengetahui kondisi kesehatan Nona Arin dan Dokter Risa yang mengetahui kondisi mental Nona Arin saat ini.”
“Baiklah kak, terima kasih. Aku pergi dulu”
Rea yang melihat Tita masuk ke dalam ruangan Arin pun menghela nafas. Dirinya tau bahwa Tita mengkhawatirkan keadaan Arin. Namun itu bukanlah wewnangnya karena yang mengetahui keadaa Arin adalah Dokter Iza
Tita mencoba menghubungi Juna untuk meminta pertolongan. Karena TIta mungkin tidak bisa membujuk dokter.
|Bantuan apa?
|Habis lakuin apa elo?
Kakak ke rumah sakit\, aku ceritain disini|
|Oke shareloc\, gue kesana sekarang
Oke kak\, TIta tunggu|
Share location^|
Ruang Mawar no 4|
Setelah menghubungi kakaknya, Tita mematikan ponselnya dan menunggu kedatangan Juna. Dirinya berharap, Juna segera datang.
***
Setelah melihat pesan dengan Tita, Juna segera bergegas menuju ke tempat Tita. Dirinya pergi bersama Bayu, karena Bayu pandai melobi seseorang. Melihat pesan Tita, Juna berpikir bahwa Tita telah membuat masalah dengan seseorang dan mengacau disana. Sesampainya disana, Juna segera pergi menuju ruangan yang diberikan oleh Tita
Tita yang melihat kehadiran Juna pun tersenyum senang, sedangkan Arin yang meliihat Juna pun hanya diam memandang kedatangan Juna
“Apa yang terjadi? mana orang yang akan melabrakmu?” tanya Bayu
“Melabrak?” Tita bingung, siapa yang akan melabraknya
“Kata Juna ada yang akan melabrakmu” Tita yang mendengar itu sontak melotot ke arah Juna
“Biar nggak ribet bawa elo. Gue pikir dia habis buat masalah mangkanya gue bawa elo. Kalau elo tau yang sebenarnya pasti nolak kan” Jelas Juna
“Jadi, ada apa?” tanya Juna
“Kita keluar dulu dari sini” ajak Tita “Kakak aku keluar dulu sebentar ya”
Saat diluar, Tita menceritakan apa yang terjadi pada Arin. Juna dan Bayu fokus mendengarkan apa yang diceritakan Tita. Merasa kasihan dengan keadaan Arin, Bayu merasa simpati
“Jadi apa yang kau rencanakan?” tanya Juna
“Begini, Tita ingin mengajak Mbak Arin buat pergi ke luar. Lebih tepatnya ke panti asuhan kak. Mungkin disana Mbak Arin ada motivasi setelah kesana” jelas Tita
“Ya sudah, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan” ujar Juna dengan santai
“Nah itu kak, Tita butuh bantuan kakak agar dokter bisa ijinin Mbak Arin pergi sebentar. Kalau Tita yang ngomong belum tentu dokter bakalan percaya” Juna dan Bayu pun mengangguk mengerti. Mengingat bahwa Tita hanyalah mahasiswa, mana mungkin dokter bisa percaya dengan Tita
“Siapa dokternya, biar kakak yang bicara”
“Dokter Iza dan Dokter Risa”
“Baiklah, kakak pergi dulu, kau tunggu disini” Juna pergi untuk menemui dokter yang merawat Arin
Melihat kakaknya pergi, Tita berharap bahwa kakaknya tidak bertemu dengan Rea, Rea mantan kakaknya. Masa lalu kakaknya.
Tak lama kemudian, Tita melihat bahwa kakaknya sudah kembali. Melihat wajah datar kakaknya sepertinya tidak berhasil, pikir Tita
“Tidak berhasil ya kak?” tanya Tita
“Dokter hanya mengijinkannya sebentar. Jadi kita bisa melakukannya besok” ujar Bayu
“Benarkah. Syukurlah” Tita merasa lega bahwa rencananya bisa berjalan, namun Tita keheranan dengan raut wajah kakaknya
“Lalu kenapa dengan kakak?”
“Ahh… Juna tidak sengaja melihat Rea sedang berjalan dengan seorang laki-laki di lorong rumah sakit. Laki-laki itu memakai jas dokter, jadi bisa disimpulkan bahwa itu adalah rekan kerjanya. Tapi karena sedang cemburu buta, jadilah seperti ini” jelas Bayu, Juna hanya mendengus mendengarnya
“Jadi kakak sudah bertemu dengan Kak Rea ya” lirih Tita
“Tita, kamu tau kalau Rea ada di rumah sakit ini kan? Lalu kenapa tidak mengatakannya pada kakak” tanya Juna
“Aku tau Kak Rea bekerja di rumah sakit ini karena Kak Rea yang seharusnya mengoperasi Mbak Arin. Mbak Arin seharusnya operasi hari ini, namun karena ada masalah ini jadi operasinya ditunda” jelas Tita
“Begitu ya” gumam Juna sambil tersenyum
“Ya sudahlah, kau sudah mengetahui akan ke panti mana yang akan kunjungi besok?” tanya Juna untuk mengalihkan pembicaraan
“Sudah, Panti Kasih Bunda. Besok aku akan kesana”
“Besok biar kami antar, oh iya untuk besok Dokter Risa harus ikut untuk memantau emosi Mbak Arin” Juna pergi meninggalkan Tita dengan senyuman
Tita yang melihat senyuman tidak biasa dari kakaknya merasa heran kemudian mleihat kearah Kak Bayu
“Kak Bayu, apa Kak Juna sedang jatuh cinta?”
“Iya, cinta lama bersemi kembali” ujar Bayu dengan santai
“Kakak pergi dulu ya, kakak harus segera menyusul Juna” ujar Bayu setelah melihat bahwa sudah berjalan jauh
“Kaka pa tidak masalah” lirih Tita. Bayu yang mendengar itu pun hanya tersenyum seolah mengatakan itu bukanlah masalah, kemudian Bayu berlari pergi menyusul Juna meninggalkan Tita yang hanya menatap kepergian mereka.
***
Hari ini adalah hari dimana Tita dan Juna mengantar Arin untuk mengunjungi panti asuhan. Arin yang melihat dimana ia sekarang hanya terdiam.
“Tita, mengapa kamu bawa mbak kesini?” tanya Arin
“Untuk melihat anak kecil yang bisa tersenyum bahagia tanpa beban mbak” ujar Tita
Tita mendorong kursi roda milik Arin dan masuk ke dalam panti asuhan. Di dalam panti, mereka di sambut baik oleh pengurus panti. Anak-anak yang melihat kedatangan mereka pun ikut senang.
“Adik-adik, kakak membawa sesuatu untuk kalian” ujar Juna yang sudah menyiapkan barang-barang untuk anak-anak panti
Juna yang melihat ke arah Risa yang sepertinya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya
“Apa itu tante?” tanya Juna
“Ini titipan dari Dokter Rea. Saat mengetahui tante ke panti dia menitipkan uang untuk dibagikan. Karena dia baru tau tadi pagi jadi hanya bisa menyiapkan uang, jika tau sejak kemaren tante tau dia sudah menitipkan banyak barang” jelas Risa
“Tante mengenal baik Dokter Rea, tante?” tanya Juna
“Iya, tentu saja kenal. Dokter Rea itu anak mantan bosnya Om Awan. Kamu tidak tau maslaah itu, Juna?”
Mendengar jawaban dari Risa, Juna terkejut. Jadi selama ini, yang selalu dibahas oleh Om Awan adalah Rea. Rea yang ia kenal juga
Melihat Juna yang melamun membuat Risa keheranan, kemudian menepuk pundak Juna agar Juna tersadar.
“Kau tidak apa Juna?” tanya Risa yang dijawab gelengan oleh Juna
Risa kemudian melirik kearah Arin. Risa yang melihat Arin tersenyum pun merasa senang. Sepertinya tujuan ke panti ini tercapai, pikir Risa. Kemudian Risa mendekat Arin
“Arin, bagaimana perasaanmu saat ini?” tanya Risa memastikan sesuatu
“Saya merasa senang dokter. Anak-anak itu lucu sekali” jawab Arin
“Kau tau, mengapa mereka tersenyum Arin?” tanya Risa yang dijawab gelengan oleh Arin
“Karena mengikhlaskan dan memaafkan. Meskipun saya yakin, banyak anak yang tidak mengetahui alasan mereka berada disini tapi mereka bersyukur karena masih ada yang peduli dengan mereka. Masih memiliki tempat untuk tinggal, masih bisa makan dan minum dengan baik dan tidak merasa sendirian…”
“… mereka merasa bersyukur karena memiliki banyak teman, kakak, dan adik yang menemani mereka. Begitu juga dengan Arin…” Risa melihat reaksi yang diberikan Arin
“Arin memiki Tita dan keluarganya bukan. Tita dan keluarganya sangat menyayangi Arin, Tita juga menganggap Arin sebagai kakak. Apa Arin tega meninggakan Tita sendirian?” tanya Risa
“Tita tidak sendirian, jika saya pergi masih ada Juna dan yang lainnya”
“Itu tidak sama. Arin adalah kakak perempuan bagi Tita, sedangkan Juna adalah kakak laki-laki. Bukankah kakak laki-laki dan kakak perempuan itu berbeda”
“Saat Juna menikah, Tita akan mendapatkan kakak perempuan bukan?”
“Itu juga berbeda rasanya, apakah Arin tega melihat Tita sedih?” Arin terdiam setelah mendengarkan perkataan dari Risa
“Arin, banyak hal yang belum Arin lakukan. Arin juga belum melihat banyak hal. Lihat anak itu…” tunjuk Risa kepada seorang anak yang sedang duduk di kursi roda
“Anak itu bisa tersenyum padahal dia tidak bisa berjalan. Tapi kenapa dia bisa tersenyum padahal dia memiliki kekurangan? Jawabannya hanya satu yaitu ikhlas. Ikhlas apa yang terjadi pada dirinya dan bangkit dengan caranya. Apakah Arin bisa melakukan itu?” Tanya Risa
Arin terdiam, drinya melihat dimana Tita yang bermain bersama anak-anak dan melambaikan tangannya, melihat Juna yang menggendong balita dengan riang. Menangis… Arin menangis. Melihat Arin menangis, Risa memeluk Arin yang sedang menangis
“Arin ingin bahagia… Arin ingin hidup lebih lama” gumam Arin dipelukan Risa
Risa yang mendengar gumaman Arin pun mengulas senyum sambil tetap mengelus punggungArin dengan sayang.
***
1 minggu telah berlalu, setelah dari panti Arin memustuskan untuk melakukan operasi pengangkatan tumor di otaknya. Mendengar keputusan itu, tentu saja Tita merasa senang. Namun, operasi baru bisa dilakukan minggu depan karena jadwal oprasi yang telah penuh. Dan hari itu adalah hari ini. Hari ini adalah hari dimana akan di operasi. Tita dan orang tuanya dan Juna beserta Bayu dan Ira menemani Arin yang akan dibawa ke ruang operasi.
Rea datang bersamaan dengan Arin yang akan masuk ke ruang operasi. Melihat kehaduran orang-orang yang dikenalnya dan termasuk keluarga pasien, Rea hanya tersenyum kemudian masuk ke ruang operasi.
Orang-orang disana melihat kehadiran Rea. Winda dan Herman terkejut dengan kehadiran Rea yang ternyata menjadi dokter bedah dalam operasi Arin sedangkan Juna tersenyum melihat kehadiran Rea. Bayu dan Ira yang melihat reaksi Juna saat melihat Rea pun tertawa senang.
Setelah menunggu sekitar 4 jam, akhirnya lampu ruang operasi padam menandakan bahwa operasi telah selesai. Kemudian Rea keluar dari ruang operasi dan menjelaskan kondisi pasien.
“Operasi berjalan dengan lancar. Dan tumor di otaknya berhasil kami angkat. Pasien selama 2 jam ke depan akan tetap tertidur karena pengaruh obat bius. Jika pasien sudah sadar, anda bisa memanggil kami. Saya permisi dulu” jelas Rea dan segera pergi meninggalkan ruang operasi bersama dengan perawat Ina
Setelah Rea keluar, Arin keluar dari ruang operasi. Semua orang merasa senang bahwa operasi berjalan dengan lancar.