Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Dimeja makan, berkumpulah dua keluarga yang sedang berbahagia. Keluarga Niratama masih berada dikediaman Dini untuk menikmati makan malam sambil bersenda gurau.
"Besok kalau sudah tidak lelah gantian tidur dirumah mama ya, sayang" seru Mama Dian kepada Dini.
"Iya, Ma. Kalau besok Pak Dimas pulang cepat kami kerumah Mama" jawab Dini.
"Mau sampai kapan kamu memanggil suamimu dengan sapaan Pak, Din? Ga enak sekali didengar" giliran Mama Sekar yang berbicara.
"Kalau bukan Pak terus manggilnya apalagi Ma?" protes Dini sambil memakan dessert pudding.
"Ya, kamu bisa panggil suamimu dengan sayang, honey atau Mas. Silahkan kalian berdua ngebahas mana yang menurut kalian cocok"
"Panggil ayang beb aja Kak Dini" nimbrung Davina sambil tersenyum menggoda kakak ipar dan kakaknya.
"Bisa, panggilan itu lebih enak didengar loh, Din" Mama Dian mencubit kecil pipi Davina.
Dini dan Dimas membayangkan panggilan itu membuat mereka sama-sama terbatuk. Panggilan mesra yang seharusnya dilakukan oleh suami-istri sungguhan.
"Mereka ini didepan kita sok malu-malu kucing tapi habis ijab qabul langsung kekamar hampir seharian ga keluar-keluar. Ehm, Semoga berhasil ya jadi kami bisa cepat dapat cucu" goda Mama Dian lagi membuat keduanya salting.
"Ha? Kami dikamar tidak ngapa-ngapain Ma. Tapi kalau bicara begitu bisa dipertanyakan lagi dan urusannya jadi panjang" batin Dini bingung. Beda dengan Dimas, biasa laki-laki.
"Bagaimana mau dapat cucu, nyentuh aja ga boleh" batin Dimas, cemberut.
Hari sudah malam, keluarga Niratama izin pulang. Dini dan Dimas saja yang mengantar mereka sampai parkiran karena kedua orang tua Dini, izin pergi ke kamar.
"Sudah sana kalian masuk, Dimas pelan-pelan mainnya kasihan Dini dan semoga lekas jadi ya cucu mama, sayang" sekali lagi Mama Dian meracau sambil senyam-senyum membuat pengantin baru hanya senyum masam.
"Kami pulang dulu ya ,Din, Mas" pamit Papa Dino dibalik kemudi.
"Iya, Pa. Hati-hati dijalan semuanya" ucap Dini dan dianggukin Mama Dian dan Papa Dino.
"Assalamualaikum" salam Papa Dino.
"Walaikumsalam" Dini melambaikan tangan. Terlihat mobil sudah meninggalkan perkarangan rumah Dini.
"Ayo, Masuk" Dimas sudah membalikkan badan meninggalkan Dini. Dini yang juga sudah lelah segera menyusul Dimas.
Sesampainya dikamar, Dimas segera pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih sedangkan Dini membersihkan wajah didepan cermin. Mereka sudah melakukan ibadah bersama-sama dimushola yang ada dirumah.
"Dia ga akan ngelakuin hal itu kan?" tanya Dini didepan cermin. "Tapi Kalau dia minta haknya bagaimana? Ga mungkin ah" Dini malah ribut sendiri dengan fikirannya.
Kreeekkk, suara pintu dibuka. Dimas hanya melihat Dini sekilas setelah itu dia berjalan ke arah luar untuk menutup pintu dan tirai.
"Apa yang dia lakuin?" Dini masih saja cemas dengan tingkah laku Dimas.
"Mau sampai kapan kamu membersihkan wajah? Itu kapas kamu usap diwajah sampai habis juga ga bakal merubah wajahmu seperti artis terkenal" kata Dimas sambil berebah dikasur. Mulutnya Dimas ini sumpah macam emak-emak julid dikampung dah.
"Suka-suka saya dong, Pak" Dini segera beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kamar mandi.
"Dasar dosen nyebelin" gumam Dini sambil membasuh wajahnya.
Setelah dirasa bersih, Dini keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Dimas belum tidur malah sibuk main hp. Dini menyusul ke tempat tidur yang sudah dibatasi pembatas.
"Bapak jangan ngelewatin pembatas ini ya. Kalau bapak ngelewati awas saja" ancam Dini. Mendengar kata-kata Dini, Dimas langsung menoleh.
"Kamu bukan tipe saya, Din. Meskipun kamu berpakaian seksi didepan saya, hal itu tidak akan membuat saya terpesona" ucap Dimas asal. Dimas lupa bahwa Tuhan yang memiliki segala kekuasaan, Rasa yang tadinya benci bisa membuat jadi Cinta.
"Ckckck, sombong amat. Ketulaan baru tahu rasa" Dini langsung membalikkan badan.
"Ga mungkin"
Akhirnya, mereka tidur dengan arah yang berlawanan. Tanpa sadar ditengah malam, pembatas yang tadinya ditengah hilang dan berubah menjadi sebuah adegan pelukan antara Dimas dan Dini. Entah siapa yang memulai duluan.
***