Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BSMI 12
Beberapa saat berlalu, Giany sudah merasa lebih tenang dan tidak lagi menjerit histeris seperti tadi. Hanya sisa-sisa sesegukan yang masih terdengar.
Perlahan, eratnya tangan Allan yang melingkari tubuh Giany mulai merenggang. Ia menatap lekat-lekat wajah pucat wanita muda itu. Entah mengapa Allan merasa ingin melindungi Giany saat melihat air mata dan lebam membiru di sekitar wajah wanita itu.
Tidak ingin Giany larut dalam kesedihan, Allan mencoba menghiburnya. “Jangan khawatir. Hal seperti ini banyak dialami wanita, bukan kamu saja. Kamu masih muda, masih banyak kesempatan untuk punya anak lagi.”
Giany diam. Ia mencoba menerima kenyataan pahit ini. Ada rasa sakit yang teramat dalam ketika teringat perlakuan Desta yang begitu tega mendorongnya hingga terjatuh ke tangga. Mengingat itu saja, air matanya kembali berderai. Berbulan-bulan hidup dalam tekanan batin, ia mencoba ikhlas menerima perlakuan kasar dari suaminya. Luka yang diberi Desta di tubuhnya mungkin dapat sembuh dalam beberapa hari. Akan tetapi luka di hatinya akan sulit untuk disembuhkan.
Tangan lemah Giany mengusap air mata yang mengalir di wajahnya. “Do-dokter, kapan saya boleh pulang?” lirihnya tanpa berani menatap wajah sang dokter.
“Jangan pikirkan pulang dulu. Yang penting sehat, setelah keadaan kamu membaik, baru boleh pulang.”
“Ta-pi saya—”
Ucapan Giany terputus. Tidak tahu bagaimana mengatakan kepada sang dokter bahwa dirinya tidak akan punya cukup uang untuk membayar biaya rumah sakit. Sebab sudah pasti Desta tidak akan peduli kepadanya. Selain itu, setelah kehilangan anaknya, tidak ada lagi alasan bagi Giany untuk bertahan dengan Desta. Toh, Desta pernah berkata, akan menceraikannya begitu anak mereka terlahir.
“Ada apa?” Allan meneliti wajah Giany, seolah mencari jawaban di sana. “Apa ada yang bisa saya bantu?”
Tak punya pilihan lain, Giany pun segera menjawab. “Saya tidak punya uang untuk membayar biaya perawatan. Su-suami saya—”
“Oh, saya mengerti.” Tanpa diberitahu, Dokter Allan sudah mengerti arah pembicaraan Giany. “Bagaimana kalau saya membantu kamu. Jangan pikirkan masalah biaya, yang penting kamu pulih dulu.”
“Tapi, Dokter … Saya tidak mau merepotkan siapapun.”
“Tidak apa-apa, Giany … Maaf, saya panggil nama kamu saja, ya … lagi pula usia saya masih jauh di atas kamu. Kamu tidak apa-apa, kan?”
Giany hanya menyahut dengan anggukan kepala.
“Ngomong-ngomong, apa boleh saya tanya sesuatu?”
Giany kembali mengangguk.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Wanita yang mengantar kamu bilang, kamu terjatuh dari tangga. Maaf, kalau pertanyaan saya tidak sopan.” Dokter Allan menjeda ucapannya dengan helaan napas. “Kamu jatuh sendiri atau karena didorong?”
Giany memberanikan diri menatap Allan. Jika biasanya ia menutup diri dan menyembunyikan masalah rumah tangganya, namun tidak kali ini. Sekali saja ia ingin egois dan tidak peduli tentang aib dalam rumah tangganya. Lagi pula Allan pernah melihat sendiri ketika Desta menamparnya di depan umum.
Akhirnya Giany menceritakan semuanya kepada Dokter Allan, tentang dirinya yang terpaksa menikah dengan Desta karena tengah hamil, juga kenyataan bahwa Desta telah memiliki wanita lain yang ia cintai. Dan lebih parah, bahwa selama beberapa bulan belakangan, Desta hanya tahu cara memukulinya.
Mendengar semua itu, Allan semakin merasa iba. Ingin rasanya membalas semua rasa sakit yang dirasakan Giany selama ini.
Kasihan kamu Giany. Andai saja takdir mempertemukan kita lebih awal, mungkin semua nya akan berbeda. Dalam batin Allan.
“Jadi setelah keluar dari rumah sakit, kamu akan pergi dari rumah suami mu?”
“Iya.”
“Kemana?”
Giany menggeleng. “Saya tidak tahu, Dokter. Saya tidak punya siapa-siapa. Saya juga tidak punya tempat tinggal.”
“Saya ikut prihatin." Allan mengusap bahu Giany. "Kalau butuh sesuatu kamu bisa hubungi saya nanti.”
“Terima kasih,” jawabnya diiringi anggukan.
Allan melirik arah jarum jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Biasanya maysha akan kesulitan tidur jika tidak ditemani olehnya.
“Ya sudah, kamu istirahat saja. Kalau butuh sesuatu panggil perawat yang berjaga di depan. Atau bisa hubungi saya. Sekarang saya harus pulang dulu.”
“Iya, Dokter. Terima kasih.”
Setelah memastikan kembali kondisi Giany, Allan bergegas menuju parkiran. Selama beberapa menit ia duduk diam di dalam mobil. Bayang-bayang Giany mulai menghantui pikirannya. Tak dapat ia pungkiri, Giany, seorang wanita yang baru saja melewati fase remaja itu telah berhasil menyita perhatiannya.
Giany itu lembut, sopan, halus dalam bertutur, punya kesabaran yang luar biasa, dan yang pasti … bisa meluluhkan Maysha. dalam batin Allan.
Ingin rasanya Allan merebut Giany dari Desta, namun akal sehatnya seketika kembali mendominasi.
"Sadar Allan! Kamu jangan sampai menjadi pebinor! Apa kata orang-orang nanti.”
****
Terima kasih untuk semua dukungan dari teman2. baik like komen dan vote.
lope lope sekebon bunga