S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17. DRAMA PAGI
"Selamat pagi Bu Sri?" Sapa Elmira ketika baru saja masuk ke dapur. Wanita yang sebentar lagi akan menyandang status janda itu terlihat lebih segar pagi ini.
Bu Sri yang sedang menggoreng telur, menoleh menatap wanita cantik yang telah berdiri dibelakangnya. Terlihat sangat cantik, pantas saja pria yang kemarin datang ke yayasan begitu perhatian terhadap wanita itu. Ia yakin Farzan pasti menyukai Elmira.
"Selamat pagi juga, Mbak Mira. Wah pagi-pagi gini udah rapi sekali, sepertinya mau pergi?"
"Iya Bu, aku mau kerja hari ini. Gak apa-apa kan kalau aku tinggal Bu Sri sendirian di rumah?"
"Gak apa-apa, nanti kalau bosan di rumah. Ibu akan jalan-jalan sekitar sini sekalian kenalan sama tetangga." Ujar bu Sri. "Eh, tapi kan Mba Mira masih kurang sehat. Apa sudah kuat kalau harus kerja hari ini?" Tanyanya.
"Aku udah baikan kok, Bu. Gak enak sama Pak Farzan kalau kelamaan gak masuk kerja." Jawab Elmira.
"Oh, jadi Pak Farzan itu bosnya Mbak Mira?"
Elmira mengangguk.
'Em, pantas saja. Dugaanku pasti benar, Pak Farzan itu pasti suka sama Mbak Mira.' Batin Bu Sri.
"Ya udah, kalau gitu sekarang ayo sarapan, Ibu sudah buatkan nasi goreng. Mbak Mira harus makan yang banyak agar keadaannya semakin membaik." Bu Sri mengangkat telor ceplok yang ia goreng kemudian menghidangkannya di meja.
Elmira menatap setiap pergerakan bu Sri sambil tersenyum tipis. Ia jadi teringat almarhumah ibunya. Beliau juga sama cekatannya dengan bu Sri. Pagi-pagi sekali sebelum ia berangkat sekolah dan ayahnya berangkat kerja, sarapan pasti sudah tersedia di meja makan.
Ia akan berterimakasih pada Farzan yang sudah mengirimkan bu Sri menemaninya. Kehadiran bu Sri membuatnya menjadi lebih bersemangat karena merasa memiliki sosok ibu.
Usai sarapan, Elmira pun lekas berangkat menuju perusahaan Farzan. Yah, hari ini ia akan kembali bekerja sambil menunggu hari sidang perceraiannya tiba.
.
.
.
Di kediaman Ramon.
Hari ini, Ramon pun sudah harus masuk bekerja. Dua hari tidak masuk kantor membuat pekerjaannya sedikit menumpuk.
Namun, sejak bangun ia harus dibuat kesal karena...
"Ya ampun, gimana aku bisa ke kantor kalau begini?" Ramon berdecak pelan sembari melempar kemejanya ke atas tempat tidur tetap disamping Bella yang masih tertidur. Semua kemejanya belum ada yang disetrika. Bagaimana ia bisa ke kantor dengan pakaian kusut seperti itu.
"Bell, ayo bangun sebentar. Setrikain pakaianku. Semuanya kusut, dan aku harus ke kantor sekarang." Ramon mencoba membangunkan Bella dengan menggoyang pelan lengannya.
"Aduh Mas, kepalaku pusing banget. Mas setrika sendiri aja kenapa sih. Itu gak susah kok.'' Bella menarik kembali selimutnya yang melorot kemudian kembali melanjutkan tidurnya. Ia sama sekali tidak ingin diganggu sekarang.
Ramon menghela nafas berat sambil memijat pelipisnya. Ia yang selama ini selalu terima beres. Apa sekarang ia harus mengerjakan itu. Seorang Ramon harus menyetrika baju? Apa-apaan ini. Oh ayolah ini tidak sebercanda itu. Tapi kembali lagi, karena istri kesayangan yang sedang mengandung keturunannya, ia terpaksa harus melakukannya sendiri.
"Ok baiklah. Aku akan setrika baju sendiri. Tapi bisa tidak kamu bangun sebentar saja buatin aku sarapan. Kopi atau apalah, yang penting perutku gak kosong sebelum berangkat ke kantor." Ramon kembali menggoyangkan lengan istrinya.
"Aduh, Mas ini kenapa sih? Dibilangin kepalaku pusing, kok gak ngerti banget! Kalau mau sarapan, kan bisa buat roti panggang sendiri. Dimeja makan semuanya ada. Mas tinggal kasih selai rotinya terus masukin kedalam alat pemanggang, beres!" Kali ini Bella menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia tidak mau diganggu tidurnya.
Lagi-lagi Ramon terperangah. Namun, ia tidak bisa berkata apapun saat ini. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah, menambah dua pekerja lagi dirumahnya. Yaitu, tukang masak dan tukang laundry. Setelah kemarin mempekerjakan orang untuk membersihkan rumah.
Akhirnya, setelah drama pagi yang cukup menjengkelkan Ramon pun berangkat ke kantor. Dan jangan ditanya lagi, tentunya ia pasti terlambat menghadiri pertemuan.
Menyetrika baju yang tidak pernah dilakukannya, membuatnya kesulitan. Bagaimana tidak, disaat ia menggerakkan setrika malah tersangkut dikancing kemejanya yang akhirnya membuat kemejanya kusut kembali. Ia harus mengulangi beberapa kali sampai akhirnya selesai dan pakaiannya rapi. Belum lagi saat membuat roti panggang. Beberapa kali gosong karena ia tidak tahu mengatur suhu panas dan durasinya.
Andai saja ada Elmira, pasti paginya tidak akan serumit ini. Wanita itu sudah menyiapkan semua keperluannya sebelum berangkat ke kantor, bahkan sejak subuh. Tapi Bella, mungkin sekarang masih tertidur dan parahnya ia yang mengerjakannya sendiri dengan penuh drama.
Dentingan ponsel yang menandakan ada pesan masuk, menyita perhatian Ramon dari jalanan didepannya. Ia pun menyambar ponselnya yang ada didekat kemudi dengan cepat, dan ternyata itu pesan dari Bella.
[Mas, jangan lupa kirimkan makanan untukku ke rumah] Isi pesan Bella.
Ramon menghela nafas panjang sembari menyimpan kembali ponselnya tanpa membalas pesan Bella. Baru sehari tanpa Elmira, dunianya serasa jungkir balik. Jika biasanya Elmira yang akan mengantarkan makan siang ke kantor. Tapi sekarang ia yang akan mengirim makanan ke rumah untuk Bella.
.
.
.
Di Perusahaan Farzan...
"Pagi Mbak Mira, kemana aja kok baru masuk lagi?" Tanya petugas resepsionis ketika Elmira baru saja tiba.
"Pagi juga. Kemarin aku sedikit ada urusan jadi tidak masuk kantor." Elmira terpaksa harus berbohong. Ia bukan tipe orang yang suka menceritakan masalahnya kepada orang lain. "Apa Pak Farzan sudah datang?" Tanyanya.
"Belum," jawab petugas resepsionis itu. Namun, sesaat kemudian ia meralat ucapannya. "Eh, Pak Farzan sudah datang tuh." Ucapnya sembari menunjuk kearah sang bos yang baru saja tiba.
Elmira pun lekas menghampiri bosnya itu.
"Pagi, Pak?" Sapa Elmira sambil tersenyum.
"Pagi juga El," Farzan membalas dengan tersenyum lebar. Hatinya seketika berbunga-bunga, pagi-pagi sudah disapa oleh wanita yang dicintainya. Mau tau rasanya? Seperti ketiban bunga dari surga. Apalagi melihat senyum Elmira, mungkin ia akan terkena diabetes karena saking manisnya. 🤭
"Kok kamu udah masuk kerja sih? Kamu kan belum pulih benar, harusnya istirahat aja gak usah masuk kerja dulu."
"Gak apa-apa, Pak. Aku udah baikan kok, lagian bosen aja di rumah kalau gak ada kegiatan." Kata Elmira. Ia terdiam memikirkan kalimat yang tepat untuk menanyakan tentang bu Sri yang dikirim oleh bosnya itu untuk bekerja dirumahnya.
"Ada apa, El?"
Elmira menggeleng, " Em Pak, ada yang ingin aku tanyakan?"
"Mau tanya apa, El?"
"Kenapa Bapak mengirim Bu Sri untuk bekerja di rumahku? Seharusnya itu tidak perlu, Pak."
Farzan memutar bola matanya, ia harus memberi alasan yang tepat agar Elmira tidak menolak bantuannya kali ini.
"Menurutku harus ada seseorang yang menemanimu, El. Kamu baru keluar dari rumah sakit, dan keadaanmu juga belum sepenuhnya pulih. Aku hanya khawatir jika terjadi sesuatu padamu, tapi tidak ada siapapun yang menemanimu."
Elmira tampak mengangguk pelan. Meski alasan yang diberikan bosannya terlalu berlebihan, tapi ia tetap harus menghargainya. Di dunia ini jarang sekali ia bisa menemui orang sebaik itu. Namun, tetap saja ia harus sadar diri. Antara bahawan dan atasan tidak semestinya sedekat itu.
"Terimakasih atas perhatiannya, Pak. Aku tidak akan bisa membalas kebaikan Bapak." Ucap Elmira.
"Sama-sama, El. Tidak perlu sungkan begitu. Aku hanya menjalankan kewajibanku untuk menolong sesama."
'Tapi lebih dari itu, El. Aku melakukan ini semua karena aku sangat mencintaimu.' Lanjutnya dalam hati.
Elmira menanggapinya dengan senyuman.
"Apa kau yakin ingin bekerja hari ini?" Tanya Farzan.
"Iya, Pak." Jawab Elmira mantap.
"Baiklah, kalau begitu nanti siang kita akan menghadiri pertemuan dengan beberapa klien dari beberapa perusahaan." Ujar Farzan, pria itu mulai mengayun langkah menuju ruangannya.
Disampingnya Elmira ikut melangkah sembari menyimak apa yang diucapkannya.
"Sebenarnya, pertemuannya pagi ini. Tapi saat diperjalanan tadi aku mendapat informasi bahwa pertemuannya di tunda hingga siang, karena salah satu klien tidak bisa hadir tepat waktu."