kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 9. sakit hatinya Shafa
"Tuhan mengapa begitu sakit."batin seseorang yang saat ini tengah menahan rasa sesak di dadanya.
Melihat laki laki yang dia cintai mengucapkan akad nikah dan naik ke pelaminan dengan adiknya sendiri, sungguh sakit yang sangat amat luar biasa.
Cinta yang telah lama dia pendam,laki laki yang selalu dia sebutkan di sepertiga malam kini terebut sirna oleh adiknya sendiri.
Ingin rasanya Shafa pergi meninggalkan acara ini,ia ingin meluapkan semua kesedihan nya. Ia ingin berteriak,menangis sekencang-kencangnya untuk melampiaskan rasa yang sudah beberapa hari ini menyesakan dada.
Dan hari ini adalah puncak nya,dimana dia amat sangat merasakan perih di lubuk hati yang paling dalam nya.
"Kak jangan meratapi kepergian adikmu gitu dong,percaya Maureen pasti bakal bahagia kok sama pak Aidan."ucap Kanaya yang berada di samping Shafa.
Shafa pun tersenyum dan mengangguk. "Ayo kita ke atas,kita foto-foto sama pengantin."ucap Gibran mengajak Kanaya dan Shafa.
Gibran adalah sahabat dekat Aidan.
"Ahh tidak kalian saja."tolak Shafa.
"Etss jangan gitu dong,kita harus foto foto. Tadi kan Kaka udah foto foto keluarga sekarang giliran sama kita yok."Kanaya pun langsung menarik tangan Shafa untuk naik ke atas pelaminan.
"Wihh bro selamat yah atas pernikahan nya,semoga sakinah mawadah warahmah. Jangan lupa ponakan nya di tunggu."ucap Gibran berjabat tangan dan memeluk Aidan dengan gaya laki laki nya.
"Thanks."
"Selamat yah pak,gak nyangka saya bapak bisa nikah sama sahabat saya yang notabene nya suka bikin kesel bapak. Semoga sakinah mawadah warahmah yah pak,saya titip temen saya. Kalau dia nakal kurung aja di kamar pak."
"Hish mana ada gue nakal."timpal Maureen tak terima.
"Ck gak nyadar sama kelakuan sendiri yang di luar nurul yah Lo."
"Sudah jangan berdebat."sela Gibran.
"Shafa kamu gak mau ucapin selamat sama aku?"tanya Aidan, melihat Shafa yang terus saja diam.
Sedari tadi pun Aidan mencari dimana laki laki yang menjadi calon Shafa,namun dia tak melihatnya. Apakah dia tak datang?
Shafa pun tersenyum,walau terpaksa. "Hehehe maaf, selamat yah sekarang kamu jadi adik ipar aku. Hehehe,titip adik aku yah,sayangi dan cintai dia dengan sepenuh hati kamu. Jangan kamu sakiti fisik maupun hatinya,aku percayakan itu sama kamu,aku yakin kamu bisa membimbing dia menjadi wanita yang sholehah,bisa mencintai dia dengan sepenuh hati,dan bisa menjadi kepala rumah tangga yang baik untuk keluarga kecil kamu nanti."ucap Shafa sembari menahan sesak di dadanya.
Matanya sudah berembun ingin menangis. "Aaaa Kaka aku terharu."Maureen merentangkan tangannya,lalu mereka berdua pun saling berpelukan.
"Jadi istri yang baik yah dek." Maureen pun mengangguk.
"Pasti saya akan menjaga adik kamu,bertahun tahun kita berteman saya baru tau kamu mempunyai adik secantik Maureen. Kalau saya tau dari dulu mungkin saya sudah menikahi nya sejak dulu, insyaallah saya tak akan menyakiti dia."ucap Aidan menarik pinggang Maureen agar lebih dekat dengannya,lalu....
Cup
Aidan mengecup kening Maureen, membuat sang empu kaget dan wajah nya memerah.
Bohong!! Semua yang di katakan oleh Aidan bohong. Itu hanya omong kosong belaka, karena tanpa dirinya sadari pun dia sudah menyakiti Maureen dengan masih menyimpan rasa pada Shafa.
Melihat Aidan yang bersikap romantis pada Maureen membuat hati Shafa terasa nyeri kembali.
"Udah udah nanti kalau mau romantisan lanjut di kamar aja,hargain para kaum jomblo yang ada di sini."ucap Gibran.
"Heh sirik Lo, makanya nikah."
"Iya nanti."
"Nanti tuh kapan?"
"Kalau gak hari Jumat,ya Sabtu,kalau enggak ya Minggu, itupun kalau gak hujan."
"Yeee makanya yang di urusin tuh jangan kerja doang,nyari cewek lab biar ada yang ngurusin."
"Heem nanti ceweknya baru di tinggal nikah."
"Hah maksudnya?"
"Udah nanti tau tau undangan nyampe di lo aja."ucap Gibran.
"Udah ah tuh banyak yang ngantri mau kesini."ucap Kanaya.
Sebelum turun dari atas pelaminan Kanaya berbisik pada Maureen. "Nanti jangan lupa kado dari gue buka terus Lo pakai yah."
"Lo ngasih kado gue apaan?"tanya Maureen.
"Ada deh."
Setelah turun dari atas pelaminan,Shafa berjalan ke arah tempat yang sepi. Air matanya sudah menetes tanpa di suruh,sekuat apapun Shafa menahan namun rasa sakitnya lebih besar hingga air matanya mengalir ke pipi.
Setelah mendapatkan tempat sepi,Shafa langsung terisak menangis dalam diam nya.
Tiba tiba ada seseorang yang mengulurkan sapu tangan pada nya,Shafa pun mendongak. Terlihat lah Gibran.
"Jangan menangis,dia memang bukan jodohmu."ucap Gibran.
Shafa pun menerima sapu tangan itu dan menghapus air matanya. "Apa maksud kamu?"tanya Shafa.
"Lo pikir gue bodoh? Berdiri di atas dua orang yang saling mencintai dalam diam? Gue tau udah dari dulu Lo cinta sama Aidan. Meskipun Lo tutup tutupi dari semua orang,tapi gue bukan Orang yang mudah di tipu."ucap Gibran.
"Kita bertiga udah lama bersahabat yakali gue gak nyadarin Lo suka sama Aidan."ucap Gibran.
"Aku akan menghapus rasa ini,tolong kamu rahasiakan. Jangan sampai ada siapapun yang tau."ucap Shafa.
Gibran pun menganggukan kepalanya. "Ikut gue."Gibran memegang tangan Shafa.
"Mau kemana?"tanya Shafa.
"Gue tau lo butuh tempat untuk melampiaskan semuanya,jangan di tahan. Ada gue,pundak gue siap untuk menjadi tempat bersandar sekaligus tempat Lo meluapkan semuanya."
"Tapi acaranya."
"Ini bukan acara Lo,ini acara adik Lo. Orang juga gak akan nyadar Lo gak ada,jangan terus di tahan nanti dada Lo sakit."
Shafa pun mengikuti Gibran,yang entah akan membawa nya kemana. Tapi Shafa percaya Gibran akan membawanya ke tempat diaman dia bisa nyaman melampiaskan semuanya.
Setiap Shafa menangis entah kenapa selalu ada Gibran di sisinya,dan Gibran bisa menghilangkan rasa sakitnya walaupun hanya sebentar.
Gibran lah yang selalu ada di saat Shafa merasa sedih dan kesusahan. Ya meskipun tak jarang Aidan pun melakukan hal yang sama,namun tak sesering Gibran. Yang entah kenapa selalu saja bisa menebak apa yang dirasakan dan di inginkan oleh Shafa.
Seperti sekarang ini, Gibran mampu mengalihkan rasa sakit Shafa. Setelah tadi sempat Gibran bawa Shafa ke danau yang sepi,dan disana Shafa bisa meluapkan semuanya. Menangis berteriak semuanya Shafa luapkan di hadapan Gibran.
setelah puas menangis meraung tanpa takut ada orang yang terganggu, Gibran pun membawa Shafa ke beberapa tempat. Dan yah,misi agar Shafa tersenyum dan tertawa pun berhasil.
Ya, mungkin sekarang Shafa bisa tersenyum dan tertawa bersama Gibran. Namun nanti setelah pulang,dapat dipastikan Shafa akan menangis di kamarnya.