" Ku mohon menikahlah dengan Tuan Sadam, rahimmu bisa menyelamatkan hidupku!" pinta Danu memohon kepada Istrinya, yakni Mahira.
Karena hutang Suaminya, Mahira rela membayarnya dengan rahim miliknya, ia pasrah Saat Suaminya menjatuhkan talak padanya dan memintanya untuk segera menikah dengan bosnya sendiri.
Apalagi Danu telah mendapatkan ancaman akan masuk bui jika syarat yang ia ajukan tidak di penuhi.
Tuan Sadam Narendra Hito adalah sosok seorang pengusaha kaya raya yang telah memberikan pinjaman tersebut. Dan ia juga yang mengajukan syarat seperti itu.
Akan kah Mahira bisa mengandung benih dari pria yang tidak di cintainya?
Di lain sisi, rupanya Danu telah bermain api selama dirinya menikah dengan Mahira. akankah kebusukannya terbongkar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terus memikirkan mu
Kali ini Sadam memberikan peringatan keras kepada Hanum untuk tidak mengatakan apa yang telah terjadi hari ini kepada Mahira, dan Sadam meminta Hanum untuk tidak pernah menanyakan apapun kepada Mahira tentang pernikahannya itu.
"Ingat Hanum, aku bisa menghancurkan mu beserta keluargamu kapanpun aku mau jika seandainya kau ikut campur dengan urusanku, aku tidak peduli jika kau adalah sepupu dari istriku, faham kamu!" ucap Sadam mencoba memperingatkan Hanum.
Hanum pun cukup syok saat mendapatkan ancaman seperti itu, itu artinya ia harus tutup mulut dan tidak boleh ikut campur masalah rumah tangga Mahira dan juga Sadam, dan mau tidak mau Hanum terpaksa bungkam. Rencananya setelah pulang dari kantor, ia ingin menanyakan masalah ini kepada Mahira, namun terpaksa akhirnya ia urungkan.
Setelah kepergian Hanum, Sadam merasa cukup lega karena menurutnya satu persatu masalah yang muncul sudah berhasil ia atasi.
"Apa ada masalah, Tuan?" tanya Hans yang mendadak masuk ke dalam ruangan Tuannya setelah kepergian Hanum.
Dengan terpaksa Sadam pun menceritakan kejadian barusan kepada Hans, dan Hans pun kaget tidak percaya.
"Apa tuan? sepupunya Nyonya Mahira? Kenapa dunia ini begitu sempit hingga bisa terjadi kebetulan seperti ini!" tutur Hans.
"Entahlah Hans, aku pun tidak habis fikir. Tapi setidaknya masalahku sudah bisa aku atasi, masalah si anak magang itu, dia hanya cukup aku ancam saja dan itu cukup efektif untuk membuatnya bungkam."
Menjelang jam pulang kantor, Sadam memutuskan untuk pulang ke rumahnya dimana ada Alisa yang sudah menunggu kehadirannya, mungkin untuk sementara waktu Sadam tidak akan menemui Mahira, karena ia tidak ingin sampai membuat Alisa curiga, meskipun di dalam lubuk hatinya ia mulai merindukan akan sosok Mahira, Sadam pun tidak bisa memungkiri semua itu.
Sedangkan Hanum sendiri, ia bergegas mencari kos-kosan bersama dengan Sonia, tadinya Mahira ingin membantu mereka, namun entah kenapa secara tiba-tiba Hanum menolaknya.
"Beneran Num kalau kamu sudah dapat kosan?"
"Beneran kak Hira,aku gak bisa lama ya kak, soalnya temanku sudah menungguku di halte sebrang apartemen ini!" tukas Hanum sembari merapihkan perlengkapan miliknya.
"Yasudah Num, kalau begitu kamu hati-hati ya, jika butuh sesuatu kau segera hubungi aku dan jangan pernah merasa sungkan!" ucap Mahira tersenyum lembut.
Hanum pun membalas senyuman lembut Mahira dengan senyuman tipisnya.
' jujur, sebenarnya aku kecewa dengan kak Hira, kenapa kakak mau-maunya menjadi istri simpanannya Tuan Sadam? Apakah karena Harta, kak Hira sampai tega bercerai dengan Kak Danu? Kalaupun ia, kau begitu egois dan juga matre kak.' ucap Hanum di dalam hati.
Mahira sendiri merasa ada yang berbeda dengan Hanum, dari raut wajahnya saja sudah terlihat jika Hanum menyembunyikan sesuatu darinya. Akan tetapi Mahira tidak berani menanyakannya karena Hanum sangat terburu-buru.
Menjelang malam.
Lagi dan lagi Sadam meras gelisah sampai ia tidak bisa memejamkan kedua bola matanya, semakin ia memejamkan nya, maka bayangan wajah Mahira selalu saja muncul seolah telah menghantui dirinya. Sadam pun berusaha untuk bisa menahan semua itu, padahal saat ini Alisa sudah tertidur pulas di dalam pelukannya.
'Ya tuhan, kenapa dengan diriku ini? Kenapa di setiap malam dan menjelang tidur, aku selalu teringat wanita itu? Apakah mungkin aku mulai jatuh hati padanya? Aarrkkhhh, kenapa bisa menjadi seperti ini?' batinnya tidak percaya.
Kini Sadam pun memaksakan diri agar kedua bola matanya bisa terpejam.
Rumah Danu
"Syifaaaaa! Kau ini gak becus banget di suruh pijat, seperti belum makan seminggu saja kau!" bentak Reva begitu kesalnya.
Tubuh Syifa mendadak gemetar karena takut.
'bunda, tolong aku! Aku ingin tinggal sama bunda!' teriak Syifa dalam hati.
"Kau itu sudah makan atau belum sih? Suruh memijat pundakku saja malah loyo seperti itu!"
Syifa hanya bisa menggeleng dengan kedua bola matanya yang sudah bercucuran air mata.
"oh iya, aku lupa! Kau dari tadi siang belum makan kan? Ha..ha..ha! Makanlah cepat ke sana, dasar bocah tidak ada guna!" sungut Reva sangat puas.
Kemudian Syifa melangkahkan kedua kakinya menuju meja makan, ketika tutup saji ia buka, rupanya sudah kosong di dalamnya tidak ada sisa makanan sedikitpun, dan yang tersisa hanya ada nasi putih yang sudah dingin.
Syifa pun buru-buru mengambil piring dan meletakan nasi putih itu di atas piring nya, tubuhnya masih saja gemetar.
Kemudian Reva menyusul Syifa ke ruang makan, sambil berkacak pinggang, Reva malah tersenyum puas melihat anak tirinya makan hanya dengan nasi putih saja.
"Gimana, enak gak makan sama nasi doang hah?"
Karena takut, Syifa hanya bisa mengangguk dengan perasaan yang sangat pedih.
"Kebetulan hari ini Ayahmu tidak pulang karena ada urusan pekerjaan, aku bisa lebih leluasa untuk menyiksamu, kapan sih kamu itu pergi dari rumah ini hah? kau dan ibumu adalah wanita yang sangat aku benci! Awas ya kalau kamu sampai mengadukan semua ini keada papahmu, aku tidak akan segan-segan mencekik mu sampai tidak bisa bernafas." ancam Reva sambil memeragakan adegan dirinya mencekik lehernya sendiri.
Melihat hal itu, Syifa pun semakin ketakutan, tubuhnya sampai beringsut, selera makannya pun seketika mendadak hilang, rasanya mulut nya terasa pahit untuk menelan nasi putih yang masih tersisa setengah piring itu.
"Opsss, aku lupa! Kau itu kan bisu, mana mungkin kau bisa mengadukan semua ini kepada Ayahmu itu, ha..ha..ha! Malang sekali nasibmu bocah!" kata Reva yang kemudian melengos pergi dan masuk ke dalam kamarnya.
"ya Allah, semoga bunda secepatnya membawaku bersamanya, aku sudah tidak tahan tinggal di sini bersama Ayah, Yaa Allah tolonglah kabulkan permintaan Syifa, Aamiin!" doa Syifa penuh harap yang kemudian di akhiri dengan mengusap wajahnya oleh kedua tangannya.
Apartemen
Semalaman Mahira tidak bisa tidur, ia terus saja teringat Syifa, dan bermimpi Syifa telah menangis sampai sesenggukan dan meminta tolong padanya, seketika Mahira menangis, dadanya terasa sesak dan juga perih, ia pun berharap semoga dirinya bisa secepatnya hamil, agar Syifa bisa tinggal bersamanya.
Mahira sendiri pun tiba-tiba saja merindukan sosok suaminya, yakni Sadam.
Ia pun tidak habis fikir akan mengalami hal seperti ini, Mahira terus saja menepis fikiran nya tentang Sadam, ia tidak ingin sampai menaruh hati terhadap pria yang samasekali tidak pernah mencintainya dan hanya menjadikannya sebagai alat untuk melahirkan benih darinya.
Mahira pun buru-buru melaksanakan solat Tahajud, Mahira yakin doanya di sepertiga malam pasti akan segera dikabulkan oleh sang pencipta alam semesta.
Keesokan harinya.
Sadam bersiap-siap menuju kantor namun sebelumnya ia meminta ijin kepada Alisa jika dua hari ia tidak akan pulang dengan alasan urusan kantor, padahal saat ini Sadam sangat merindukan sosok Mahira, ia pun terpaksa berbohong.
"iya Mas, gak apa-apa kok, urusan pekerjaanmu harus lebih di utamakan, karena itu semua demi masa depan kita kan?" jawab Alisa tersipu malu karena Sadam terus menatapnya.
Sadam pun mengecup pucuk kepala Alisa." terima kasih atas pengertiannya Sayang, kau itu istriku yang paling cantik dan menarik, aku janji setelah pekerjaan ini selesai, kita akan liburan dan sekaligus honeymoon!" Sadam mencoba merayu dan membujuk Alisa agar semakin percaya padanya.
Alisa pun membalasnya dengan memeluk erat tubuh Suaminya.
"Jangan pernah mengecewakan aku Mas, karena aku percaya padamu."
"Iya Sayang!" jawab Sadam tersenyum puas.
Kini dirinya bergegas pergi menuju kantor.
Suasana jalanan yang sudah mulai ramai oleh kendaraan baik roda dua maupun empat, kini telah memenuhi jalan raya, bahkan jalan trotoar pun terkena imbasnya, banyak kendaraan roda dua mencoba menyalip kendaraan lain, suasana seperti ini sudah tidak aneh lagi di temui di ibu kota.
Kali ini Sadam datang terlambat karena hampir satu jam lebih terjebak macet.
"Kebetulan Tuan sudah datang!" ucap Hans sembari membungkuk dan mengekori Tuannya dari belakang.
"Memangnya ada apa Hans?"
"Ada Tuan Besar sudah menunggu di ruangannya Tuan!"
Mendengar hal itu, Sadam merasa cukup kesal, pastinya ia akan mendapatkan wejangan kembali oleh Papahnya, padahal dirinya sudah sangat muak,apalagi Papahnya yang selalu menuntut seorang cucu darinya.
Sambil menghela nafasnya sejenak, Sadam mencoba relaks agar dirinya tidak tegang.
Dengan langkah cepatnya, ia bergegas pergi menuju ruang kerjanya.
Saat pintu di buka, Sadam sudah di sambut hangat dan di sapa oleh Papahnya, Sadam pun merasa heran dengan sikap Papahnya kali ini, biasanya setiap bertemu selalu memasang wajah masam.
"Selamat pagi putraku, akhirnya kita bertemu lagi di sini!" sapa Tuan Hito.
"Selamat pagi juga Pah!" sahut Sadam masih dengan wajah bingungnya.
"Hans, bisa kah kau keluar sebentar, aku ingin berbicara empat mata dengan putraku!" pinta Tuan Hito.
"Baik Tuan Besar!" sahut Hans sembari membungkuk dan kemudian pergi dari ruang kerja Tuan Sadam.
Sadam pun masih berdiri mematung atas sikap Papahnya yang menurutnya begitu aneh.
"Hey, putraku! Mau sampai kapan kau berdiam diri di situ, ayo duduk di sebelahku!" ucap Tuan Hito yang sudah duduk terlebih dahulu di kursi sofa.
Sadam pun bergegas duduk di samping Papahnya.
"Pah, kok tumben sih datang ke kantor tanpa memberitahu Sadam terlebih dahulu?"
Tuan Hito malah mengulum senyumnya saat Sadam berkata seperti itu, malah membuat Sadam semakin keheranan.
'Hallo papah, ada apa dengan dirimu pagi ini? Apakah papah salah meminum obat?' batin Sadam semakin bingung.
Lalu Tuan Hito mengeluarkan sebuah amplop dari saku jas miliknya, dan mengasongkan amplop tersebut kepada putranya.
"Apa ini Pah?" tanya Sadam malah membolak balikan amplop tersebut
"Jangan kebanyakan tanya, ayo cepat kau buka.
Akhirnya Sadam pun membuka isi amplop tersebut, betapa terkejutnya Sadam saat mengetahui isi dari amplop tersebut.
' Apa-apaan ini! Kenapa banyak sekali foto Mahira di dalam amplop ini?' ucap Sadam dalam hati
Apa maksud Papah memberikan foto-foto ini kepadaku?" tanya Sadam tiba-tiba saja menjadi panik.
"Dia istrimu kan, istri simpananmu!" sahut Tuan Hito begitu entengnya.
Deg
Seketika Sadam langsung terdiam dengan wajahnya yang mendadak menjadi pucat.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁