Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Tiga hari kemudian, di sekolah waktu istirahat, ke empatnya berkumpul di gazebo yang berada di taman samping sekolah dan menikmati bekal mereka, tiba tiba,
“Kak Alex, kak Rio, Sarah, ada yang mau gue bicarakan nih,” ujar Lina.
“Apa tuh ?” tanya Alex.
“Ngomong aja kale,” tambah Sarah.
“Hmm,” gumam Rio yang sedang makan.
“Gini, ada yang aneh sama gue, sensasi ini pertama kali gue rasakan waktu kak Rio lewat depan kelas gue, makanya gue langsung nyamperin kak Rio dan Sarah di kelas sebelah. Setelah itu, selama tiga harian ini kan kita bareng mulu, apalagi tiga hari ini gue nginep di tempat Sarah, jadi kalau kita saling berjauhan, gue bisa ngerasa kalian ada di mana,” ujar Lina.
“Hmm begitu ya, pantes waktu itu lo nyamperin kita,” balas Rio.
“Berarti lo bisa mendeteksi orang orang kayak kita dan karena beberapa hari ini lo bareng kita, kemampuan itu semakin terasah,” balas Alex.
“Mantep Lina,” balas Sarah.
“Justru itu inti permasalahan nya, kita kan ada di sini semua, tapi gue ngerasa ada dua orang lagi, satu di taman belakang tempat hewan dan satunya di atap,” ujar Lina.
“Tunggu, lo bilang lo ngedeteksi yang lain selain kita bertiga ?” tanya Alex.
“Itu dia yang gue bingung kak, biasanya kalau lagi di kelas, gue ngerasain Sarah di kelas sebelah, kak Rio di kelas yang ada di lantai satu dan kak Alex di kelas 12 yang ada di lantai empat, tapi sekarang kan kita ngumpul di sini, gue ngerasain ada dua lagi, tadi pagi juga gue bingung tiba tiba ada lima,” jawab Lina.
“Hmm...mungkin karena dia demigod kali ya jadi bisa ngerasain kayak gitu,” ujar Alex.
“Berarti selain kita ber empat di sini, ada dua lagi yang sejenis kita, benar ?” tanya Rio.
“Wow nambah temen lagi, mau kita samperin aja ?” tanya Sarah.
“Ntar dulu, kita ga tau mereka gimana, jangan lupa, pertemuan gue dan Alex aja bikin rusuh di lantai 3,” ujar Rio.
“Bener, harus hati hati, jangan asal maen samperin trus bilang ‘lo bukan orang ya;’, kayak salah satu di antara kita yang maen samperin langsung nanya,” balas Alex.
“Lo nyindir gue ya kak,” balas Lina.
“Hehe dikit, gue cuman mau kasih tahu, kayak gitu bahaya,” balas Alex.
“Iya gue ngerti, abisnya bingung musti gimana mancing topiknya, langsung aja tanya, kalau salah paling tengsin doang,” balas Lina.
“Yang paling deket dimana Lin ?” tanya Sarah.
“Tinggal lurus ke taman belakang, dia di dalam dan kayaknya diem aja, kalau yang di atas banyak gerak, oh iya...tadi pagi, di kelas Sarah ada dua orang, salah satunya Sarah,” jawab Lina.
“Berarti salah satu dari dua orang itu anak kelas 10,” ujar Rio.
“Masa sih ? sekelas gue ?” tanya Sarah.
“Iya, makanya gue bingung tadi pagi dan jadi penasaran banget,” jawab Lina.
“Ya udah, mau liat yang deket dulu ?” tanya Alex.
“Yuk, kita liat aja dulu, kalau nyakar, ya tinggal aja,” jawab Sarah.
“Lo kira kita mau nangkep kucing,” balas Lina.
“Ok, ayo,” balas Rio.
Ke empatnya berdiri dan berjalan ke taman belakang, begitu sampai taman belakang yang khusus untuk memelihara beberapa jenis binatang, ke empatnya mengintip ke dalam taman, “hmm...humm...hmmm,” dari kejauhan sayup sayup mereka mendengar suara senandung yang cukup merdu, dengan perlahan ke empatnya mendekat ke arah suara dan mengintip melalui semak semak. Ternyata yang bersenandung adalah seorang gadis yang sangat cantik seperti orang asing, memakai kacamata, berambut panjang agak kekuningan dan di ikat di belakang, bertubuh jenjang kurang lebih setinggi Sarah dan terlihat sedang membaca buku novel sambil bersenandung.
Tapi yang membuat ke empatnya heran, banyak sekali burung burung liar berbagai jenis hinggap di sekitarnya sehingga sekitar tempat duduk nya terlihat penuh, selain itu seluruh binatang di kandang juga diam melihat sang gadis, semuanya terlihat seperti sedang menyimak dan mendengarkan senandung yang di lantunkan sang gadis. Alex yang melihat gadis itu mundur ke belakang,
“Sori, gue cabut ya,” ujar Alex.
“Oi ntar dulu, lo kenal bule itu ?” tanya Rio.
“Oh kenal ya,” tambah Sarah.
“Cerita dulu baru pergi kak,” tambah Lina.
“Ok ok, balik dulu ke tempat tadi,” ujar Alex.
Tiba tiba ada bayangan menutupi ke empatnya, tentu saja ke empatnya yang jongkok di belakang semak semak langsung menoleh, ternyata gadis yang awalnya sedang membaca itu sedang melihat mereka.
“Alex ?” tanya sang gadis.
“Oh...hm...halo...Tania,” jawab Alex.
Gadis itu melompat dan masuk ke semak semak dengan wajah ceria, kemudian “buaak,” dia langsung memeluk Alex sampai Alex jatuh, wajah Alex terlihat kaget, namun tersirat sedikit rasa kecewa. Rio, Sarah dan Lina menayadari nya,
“Aku kangen kamu Lex, kok kamu disini, kapan kamu ada di sini, waktu kelas 10 kok tidak ada ?” ujar Tania.
“Huh...i...iya...hahaha, apa kabar, aku...baru pindah tahun ini ke sini,” balas Alex.
Tania memeluk Alex yang terjatuh dan membenamkan kepalanya di dada Alex, “ehem,” Rio, Sarah dan Lina berpura pura batuk. Tania mengangkat kepalanya dan menoleh, dia menatap Rio, Sarah dan Lina, kemudian menoleh melihat wajah Alex,
“Mereka siapa Lex ?” tanya Tania.
“Teman teman baru ku, maaf Tania....bisa tolong bangun dulu ?” tanya Alex.
“Oh iya, maaf,” balas Tania yang langsung bangun.
Alex bangun dan duduk bersila, dia menghela nafas dan menoleh melihat Tania, kemudian menoleh melihat Rio, Sarah dan Lina yang terlihat sekali menunggu penjelasan dari Alex.
“Guys, kenalkan, ini Tania, temen masa kecil gue dan pacar pertama gue....tapi sekarang sudah mantan karena gue di putusin waktu kelas 8,” ujar Alex.
“Maaf Lex, waktu itu aku....terpaksa....maaf, aku pergi dulu,”
Tania berdiri dan belari meninggalkan semuanya di ikuti beberapa burung keluar dari taman, Sarah dan Lina melihat jelas air mata berlinang dari wajah Tania.
“Kak Alex, kenapa ngomong begitu coba,” teriak Lina.
“Iya nih, ga peka banget sih, walau mantan tapi ga gitu juga kale, ga liat dia meluk kak Alex dan seneng pas baru ketemu lagi,” teriak Sarah.
“Sori...perasaan gue campur aduk,” ujar Alex menunduk sedih.
“Emang gimana sih ceritanya ?” tanya Rio.
“Empat tahun lalu, pas pandemi merajalela di dunia, gue ama dia jarang ketemuan karena kita lagi di lock down kan, tiba tiba suatu hari, dia kirim pesan yang isinya dia ingin mengakhiri hubungan kita dan setelah itu dia tidak bisa di kontak lagi dengan cara apapun. Nah awal tahun, waktu bokap gue nyuruh gue pindah kesini buat ngawasin Sofi karena dia baru tahu insiden Johan, ga sengaja gue ngeliat Tania ada di sini, itu makanya gue ngumpet di lab komputer yang ada di lantai 3 setiap hari dari awal gue pindah dan ketemu kalian,” ujar Alex.
Mendengar cerita Alex, Sarah dan Lina langsung berpikir, sementara Rio menepuk nepuk pundak Alex yang terlihat sedih. Tiba tiba Sarah menoleh melihat Lina,
“Lo yakin dia yang lo rasain tadi ?” tanya Sarah.
“Yakin, gue masih bisa ngerasain dia sampai sekarang, lagian kalian lihat sendiri kan, dia aneh, tapi bukan karena bule, banyak burung burung yang ngikutin dia dan bengong ngeliatin dia, trus di dalam kandang juga, semua kelinci, tupai, ayam dan beruk pada bengong ngeliatin dia,” jawab Lina.
“Sori nih Lin, gue kenal Tania dari kecil, dia itu orang asing yang ketinggalan di negara kita atau memang sengaja di tinggal di negara kita dan gue tahu betul dia orang biasa tidak seperti kita karena dia tinggal di rumah kerabatnya yang ada di sebelah rumah gue, dia ga kayak kita,” ujar Alex.
“Tapi sampai sekarang aja gue masih bisa ngerasain dia kak,” ujar Lina.
“Lex, lo yakin lo di putusin waktu lo kelas 8 ? kalau seandainya iya, apa lo ga mau cari tau sebab nya ? gue rasa kuncinya itu, tanya dulu alasan kenapa lo di putusin,” tambah Rio.
“Kalau lo pada mau coba ngomong ama dia silahkan aja, tapi tolong untuk yang satu ini gue skip, perasaan gue masih berantakan, hati gue ga kuat apalagi kalau Sofi sampe tahu gue ketemu Tania, bisa ribet, Sofi tau Tania ada di sekolah ini, dia yang kasih tau gue,” ujar Alex.
“Ok kalau gitu, biar gue ama Lina yang ketemu kak Tania, kak Alex ama Rio urus yang di atap,” ujar Sarah.
“Setuju, biar kita berdua yang ajak dia ngobrol, biasanya cewe ama cewe gampang terbukanya,” ujar Lina.
“Ok, ayo Lex, kita ke atas aja,” ujar Rio berdiri.
“Iya, ayo, sori ya,” balas Alex.
“Santai aja, kita kan teman,” balas Sarah.
Akhirnya Sarah dan Lina mencari Tania, sementara Rio dan Alex berjalan masuk ke gedung sekolah dan naik menuju atap.