Anindya Alyssa seorang wanita manis yang memiliki warna kulit putih bersih, bekerja sebagai waiters di salah satu hotel yang cukup terkenal di kotanya. Hidup sebatang kara membuat harapannya untuk menjadi sekretaris profesional pupus begitu saja karena keterbatasan biaya untuk pendidikan nya.
Namun takdir seakan mempermainkan nya, pekerjaan sebagai waitres lenyap begitu saja akibat kejadian satu malam yang bukan hanya menghancurkan pekerjaan, tetapi juga masa depannya.
Arsenio Lucifer seorang pria tampan yang merupakan ceo sekaligus pemilik dari perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur. Terkenal akan hasil produksi yang selalu berada di urutan teratas di pasaran, membuat sosok Lucifer disegani dalam dunia bisnis. Selain kehebatan perusahaan nya, ia juga terkenal akan ketampanan dan juga sifat gonta-ganti pasangan setiap hari bahkan setiap 6 jam sekali.
Namun kejadian satu malam membuat sifatnya yang biasa disebut 'cassanova' berubah seketika. Penolakan malam itu justru membuat hati seorang Lucifer takluk dalam pesona seorang waiters biasa.
Lalu bagaimana kisah Assa dan Lucifer?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Keesokan harinya, Anin sudah rapi dengan kemeja berwana navy dan rok span yang beruntung bisa kering setelah semalaman ia jemur. Anin segere pergi setelah paman dan bibinya sama-sama berangkat bekerja, sementara Dela masih tidur karena masuk sekolah siang hari.
Anin menaiki kendaraan umum untuk bisa sampai ke kantor yang alamatnya tertera di kartu nama Zay, untung saja semalam ia menyisakan uang 10 ribu untuk ongkosnya sehingga ia bisa pergi, jika saja tidak ia tak tahu akan pergi dengan apa.
Hanya butuh waktu 45 menit dengan dua kali naik kendaraan, akhirnya Anin sampai di kantor yang ia tuju. Anin menatap bangunan tinggi nan megah di hadapannya dengan kagum, gedung itu memiliki puluhan lantai sehingga terlihat hampir menyentuh langit. Dengan langkah yang dibarengi sebuah harapan, Anin masuk ke dalam gedung berarsitektur modern itu. Terlihat sedang terjadi aktivitas kantor dari beberapa karyawan yang mondar-mandir membawa berkas di tangan mereka.
Anin melangkah mendekati meja resepsionis untuk sekedar bertanya dimana ruangan orang yang harus ia temui.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita dengan penampilan yang begitu cantik.
"Pagi, bisakah saya menemui Pak Zay?" tanya Anin tak kalah sopan.
"Apa sudah buat janji sebelumnya dengan beliau?" tanya wanita itu lagi.
Anin mengangguk, untung saja ia sempat menelpon Zay semalam dan meminta persetujuan bahwa ia akan datang hari ini agar bisa cepat bekerja.
"Baik, tunggu sebentar ya Nona." Ujar wanita itu.
"Baik."
Anin melihat wanita ber name tag Sifa itu tengah menelpon, mungkin ia sedang memastikan tentang janji, posisi Zay cukup penting di perusahaan sehingga tak bisa sembarang orang bisa menemuinya tanpa janji ataupun keperluan tertentu.
"Nona, silahkan naik ke lantai 4 menggunakan lift itu ya." Ujar Sifa menunjuk lift yang berada di sebelah kanan Anin.
Anin mengangguk. "Terima kasih." Ucap Anin lalu pergi ke arah lift yang ditunjuk.
Sesampainya di lantai 4, Anin keluar dengan kepala yang celingak-celinguk karena banyak sekali ruangan di lantai itu.
"Yang mana ruangannya?" gumam Anin sangat pelan.
"Anin." Panggil seseorang di belakang Anin.
Anin menoleh. "Pak Zay, selamat pagi." Sapa Anin dengan sopan.
"Ayo ke ruangan ku, aku akan beritahu posisi apa yang cocok untukmu." Ajak Zay berjalan mendahului Anin di susul oleh gadis itu.
Anin terpukau dengan ruangan Zay yang terlihat begitu rapi dan juga nyaman, deretan buku berjejer di belakang kursi pria itu, sofa di sudut ruangan dan juga beberapa bingkai foto abstrak yang ikut menghiasi ruangan itu.
"Duduklah Anin." Ujar Zay menunjuk kursi di depannya.
Anin lalu duduk di depan Zay, melihat apa yang sedang dilakukan pria itu pada berkas berwana merah di tangannya.
"Aku sudah mempelajari lamaran yang kau kirim via online semalam, dan aku sudah mendapat posisi yang pas untukmu." Ucap Zay membuat wajah Anin berbinar.
"Tapi sebelumnya aku minta maaf, aku tidak bisa menempatkan mu di posisi yang tinggi ataupun di kantor ini." Tambah Zay seraya meletakkan berkas di tangannya.
"Jadi maksudnya bagaimana?" tanya Anin dengan wajah polosnya.
"Perusahaan ini memiliki beberapa cabang usaha, salah satunya adalah hotel. Aku akan mengirim mu bekerja di sana sebagai seorang waiters, apakah kau mau?" tanya Zay serius.
Anin mengangguk dengan cepat, ia cukup sadar diri akan pendidikannya yang rendah bahkan bekerja di sebuah hotel sudah cukup bagus untuknya yang hanya lulusan SMK saja.
"Iya aku mau." Jawab Anin antuasias.
"Baiklah, aku akan hubungi temanku disana agar kau bisa bekerja besok." Ucap Zay lagi.
"Terima kasih banyak, Pak. Anda sudah sangat membantu saya." Ucap Anin dengan formal.
Zay terkekeh. "Tidak perlu bersikap formal, kau dan aku akan menjadi seorang teman. Jangan lupa padaku ketika kau sudah mendapat gaji pertama disana." Celetuk Zay yang membuat Anin tersenyum dengan lebar.
Anin merasa beruntung karena bertemu dengan Zay, pria baik yang memberikan kehidupan padanya. Pekerjaan ini akan ia jaga dengan baik demi kepercayaan Zay juga, bahkan pria itu sudah menganggapnya sebagai teman, ia tidak mungkin mengecewakan nya.
"Aku akan mengingatnya." Ujar Anin membuat Zau terkekeh lalu menganggukkan kepalanya.
***
Lcf hotel's atau orang biasa menyebutnya Lucy berbintang, hotel berbintang lima di kawasan Jakarta, hotel yang terkenal dengan kemewahan dan pelayanan VIP yang diberikan membuat rate hotel itu selalu menjadi paling atas di antara hotel lainnya.
Kini Anin telah resmi bekerja disana, dengan berpakaian rok diatas lutut dan atasan kemeja wanita yang berwarna hitam lalu tak lupa rambut yang disanggul mirip seorang pramugari.
"Anin, berikan ini ke lantai 8 kamar nomor 114 ya." Ucap senior Anin seraya memberikan beberapa makanan yang telah tertata rapi di trolley.
"Baik, Kak." Balas Anin mengangguk patuh lalu mendorong trolley itu menuju sebuah lift untuk bisa sampai ke pemiliknya.
Sesampainya di lantai 8, Anin mencari dimana kamar yang harus di tuju, saat menemukannya ia dikejutkan oleh suara kencang yang terdengar dari dalam kamar itu.
Anin menghela nafas, seperti yang diajarkan oleh nya, ia harus bersikap profesional dan tidak boleh ikut campur selama tamu disana tidak terluka.
Anin menekan bel kamar, ia memasang senyum ramah ketika pintu terbuka yang memperlihatkan seorang wanita dengan penampilan acak-acakan, bibir bengkak dan leher yang penuh tanda merah.
"Selamat malam Nona, ini pesanan anda." Ucap Anin dengan sopan.
"Terima kasih, dan ini untukmu." Wanita itu memberikan selembar uang sebagai tip.
"Tidak Nona terima kasih, kami dilarang menerima tip dari tamu." Tolak Anin masih dengan senyuman yang sama.
"Tidak apa, simpan untuk uang jajan mu." Katanya memaksa lalu membawa trolley itu masuk dan kembali menutup pintu kamarnya.
Anin kembali ke tempatnya, kini tugasnya melayani para tamu yang duduk di restoran. Desas desus ia dengar bahwa pemilik hotel akan datang untuk menginap setelah setahun pergi ke luar negeri untuk mengurus bisnis disana.
"Anin, hari ini bos akan datang dan kamu sebagai pegawai baru tunjukkan sikap yang baik." Bisik Ratna, senior sekaligus kepala pelayan di hotel lcf hotel's.
"Iya, Kak. Aku akan berusaha untuk memberikan yang terbaik." Balas Anin mengangguk patuh.
"Kak, bos sudah datang." Ucap Hardi, salah satu waiter pria yang sama dengan Anin.
"Oke, ayo kita berikan sambutan yang terbaik." Ajak Ratna pada semua waiter maupun waiters.
Semua pegawai berkumpul di ground floor hotel, mereka sudah membentuk seulas senyum ramah dan hormat.
Tak selang beberapa lama, seorang pria dengan perawakan tinggi dan tubuh kekar datang dengan begitu gagahnya, di belakang pria itu terdapat dua orang berpakaian serba hitam yang Anin tebak adalah bodyguard bos nya.
Anin melihat wajah bos nya yang begitu tampan dan bersih itu dengan kekaguman, rahang tegas pria itu dan tak lupa dengan hidung yang begitu mancung hingga kacamata hitam yang digunakan olehnya tak akan bisa jatuh.
"Astaga, dewa Yunani." Batin Anin.
"Selamat datang, Tuan." Ucap Pak Bara selaku manager hotel.
"Kirimkan laporan hotel ini selama satu tahun terakhir." Ucapnya dengan suara yang begitu tegas.
"Baik, Tuan." Balas Pak Bara mengangguk dengan cepat.
"Kami sudah menyiapkan kamar untuk anda, mari saya antar." Tawar Pak Bara namun terhenti ketika sebuah tangan terangkat.
"Berikan kuncinya, saya bisa sendiri." Tolak pria itu lalu berjalan melewati beberapa pegawai tanpa ia lirik sedikitpun setelah mendapatkan kunci kamar VVIP khusus untuknya.
Anin masih terpaku di tempatnya karena suara bos nya yang begitu tegas, ia tersadar ketika Ratna menyenggol bahunya.
"Cepat, siapkan makanan dan bawa menuju bos kita." Ucap Ratna memberi perintah.
"Ahh iya, baiklah." Timpal Anin lalu pergi untuk melakukan pekerjaan nya.
To be continued
trus menyesal kah 🤔🤔🤔🤔
Hai bang kemarin kemarin kemana
rasain apalagi Assa mu lagi dideketin pemuda desa
gimana madam meena dengan pilihanmu itu ,, Clara aja pergi bukannya ngurus arsen yang katanya cinta....
gimana madam menyesal juga telah usir anindya
kalo itu ternjadi malah itu dimanfaatkan oleh Clara dan madam meena...
semoga aja ayahnya arsen diam diam bantu cari anin tanpa sepengetahuan madam meena dan Clara apalagi arsen
lagunya bang Haji roma🤭🤭🤭🤭