NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta CEO Duda

Mengejar Cinta CEO Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Diam-Diam Cinta
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6, Tara yang kesepian

Hari-hari Alya di rumah Aditya terasa semakin berat seiring berjalannya waktu. Meskipun ia berhasil menjawab berbagai pertanyaan rumit dari Tara dan memenuhi kebutuhan sehari-hari anak itu, ada satu hal yang mulai mengusik pikirannya. Alya mulai menyadari bahwa meskipun Tara hidup dalam kemewahan dan memiliki segala sesuatu yang mungkin diinginkan oleh anak seusianya—mainan, buku, bahkan teknologi canggih—ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

Tara tidak seperti anak-anak lainnya yang suka bermain dengan teman-teman sebaya atau bahkan menghabiskan waktu dengan orang tuanya. Setiap kali Alya memandangnya, ada rasa kesepian yang mendalam di mata Tara. Meskipun rumah itu dipenuhi dengan barang-barang mewah, kehadiran orang-orang sibuk di sekitarnya, dan bahkan staf yang selalu ada, Tara selalu tampak seperti anak yang terisolasi dalam dunianya sendiri.

Alya pun memutuskan untuk bertanya pada pelayan yang sudah lama bekerja di rumah itu, "Bi, boleh tanya nggak?" tanya Alya sambil mengupas telur yang akan ia buatkan makanan untuk Tara.

"Iya, ada apa? Tanya saja."

"Apa Tara tidak punya teman? Maksudku, anak tetangga yang bermain dengan Tara?"

Bibi itu menoleh dan menatap Alya dengan serius, "Tuan tidak mengijinkannya."

Alya mengerutkan keningnya, "Kenapa?"

"Tuan memang selalu protektif dengan non Tara, bahkan tuan tidak mengijinkan nona Tara untuk sekolah di sekolah reguler, nona Tara mengikuti home schooling dengan guru pilihan."

Alya mulai mengerti kenapa Tara terlihat begitu kesepian, meskipun banyak mainan di rumahnya, ia terlihat enggan untuk memainkan mainannya, semua mainan itu dibiarkan tetap tertarik rapi di tempatnya.

Alya pun mulai mengamati kebiasaan Tara yang kadang membuatnya merasa cemas. Tara sering menghabiskan waktu berjam-jam sendirian di kamarnya, bermain dengan permainan digital atau membaca buku yang sangat berat untuk anak seusianya. Ada saat-saat di mana Tara tampak begitu serius dengan kegiatan-kegiatannya, namun ada saat-saat lain ketika dia tampak melamun, seolah-olah mencari sesuatu yang tidak dapat ditemukan.

“Aku tahu Tara terlihat bahagia dengan semua yang dia punya, tapi tetap saja ada kekosongan di matanya. Dia punya segalanya, tapi bahkan bukan hanya itu yang dibutuhkan anak seusia Tara? kasihan sekali, anak sekecil Tara begitu kesepian. Apalagi Tara pasti kurang dapat perhatian dari orang tuanya. Tuan Aditya begitu sibuk dengan pekerjaan, dan Tara lebih banyak waktu sendirian. Aku harus lebih peka terhadapnya.” gumamnya dalam hati.

Alya mulai merasa bertanggung jawab untuk memberikan lebih dari sekedar jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Tara. Dia tahu bahwa kedatangannya bukan hanya untuk mengasuh, tapi juga untuk memahami perasaan anak itu yang mungkin belum bisa diungkapkan dengan kata-kata.

***

Sore ini, setelah menyelesaikan pekerjaan rumah dan menyiapkan makan malam, Alya melihat Tara duduk di teras rumah yang besar. Tara tampak merenung sambil menatap langit senja. Alya merasa ini adalah kesempatan yang tepat untuk mendekatinya.

Alya berjalan perlahan mendekat dan duduk di samping Tara, melihat ke arah Tara melihat, ke langit senja di ujung barat, "Tara, kamu lagi apa? Melihat langit senja ya?, indah ya?"

 "Iya, aku suka sekali melihat langit saat senja. Pasti dia kesepian kayak Tara, makanya memilih bersembunyi." sahut Tara tanpa menoleh sambil menganggukkan kepanya.

Alya menoleh pada Tara, ada kesedihan di setiap kata dalam ucapan Tara, kemudian ia kembali menatap langit yang di tatap oleh Tara,, "Aku juga suka senja. Kadang-kadang aku merasa senja itu seperti waktu yang penuh dengan rahasia."

Tara terdiam sejenak, kemudian berbicara dengan pelan, "Aku sering merasa sepi, Alya."

Alya terkejut mendengar kata-kata itu, menatap Tara dengan lembut, "Sepi? Kenapa, Tara? Kamu kan banyak teman, banyak mainan, dan rumah ini selalu ramai."

Tara menghela napas, tampak bingung dengan perasaannya sendiri, "Aku nggak punya teman yang bisa diajak bicara seperti aku bicara sama kamu, itulah kenapa ayah selalu melarang ku bermain dengan teman-teman. Tapi Ayah sibuk dengan pekerjaannya, Mama... Mama nggak pernah ada di sini."

Alya mencoba menenangkan Tara, "Aku paham, Tara. Kadang orang dewasa memang sibuk dengan pekerjaan mereka. Tapi itu bukan berarti kamu sendirian, kamu selalu punya orang yang peduli padamu."

Rara menunduk, sedikit tersenyum pahit* "Iya, aku tahu. Tapi kadang-kadang aku merasa kayak nggak ada yang benar-benar mendengarkan aku. Ayah hanya berbicara soal pekerjaan, dan Mama... Mama hanya sibuk dengan dirinya sendiri."

Alya memegang tangan Tara dengan lembut, "Tara, aku di sini, dan aku akan selalu mendengarkanmu. Kalau kamu ingin bicara, aku ada. Aku mungkin nggak bisa menggantikan Mama atau Ayah, tapi aku bisa jadi temanmu."

Tara melirik ke arah Alya, ragu sejenak, lalu tersenyum kecil, "Makasih, Alya. Kamu orang pertama yang mau mendengarkan aku. Ayah nggak pernah tanya apa yang aku rasakan."

“Tara... Dia hanya anak kecil yang membutuhkan perhatian lebih dari orang dewasa di sekitarnya." Mungkin dia merasa terabaikan karena kesibukan orang tuanya." batin lya sambil menatap Tara dengan senyum yang dipaksakan.

"Nggak pa pa deh, itu artinya aku datang di waktu yang tepat kan, setidaknya aku bisa menjadi seseorang yang dia percayai, yang bisa mendengarkan dan mengerti perasaannya. Ini artinya aku bisa mengambil hati Tara dengan memberikan perhatian, aku akan berusaha jadi orang yang dibutuhkan untuk Tara.” gumamnya dalam hati seolah mendapat kesempatan besar agar ia bisa bertahan di pekerjaannya mengingat beberapa baby sitter sebelumnya hanya mampir bertahan sampai dua Minggu paling lama.

***

Malam ini, setelah makan malam, seperti biasa Tara hanya makan malam sendiri karena Aditya belum pulang, ia selalu pulang saat Tara sudah tidur. Tara menghampiri menghampiri Alya yang sedang membereskan piring.

"Alya, apa kamu pikir aku aneh?" tanya Tara dengan serius membuat Alya seketika menghentikan pekerjaannya, ia mengerutkan keningnya merasa bingung.

Alya kemudian menatap Tara dengan tatapan lembut, "Kenapa kamu merasa aneh, Tara?"

"Aku selalu berbeda dari teman-temanku. Mereka punya banyak teman, mereka bisa keluar rumah, main, tapi aku... aku hanya sendiri. Ayah tidak mengijinkakku bermain di luar bersama yang lainnya ."

Alya menundukkan kepala, memikirkan jawabannya dengan hati-hati, ia tidak bisa menjawab dengan asal pertanyaan yang bersifat sensitif seperti ini, "Tara, kamu nggak aneh. Semua orang punya cara berbeda dalam menjalani hidup, dan kadang-kadang, kita harus belajar untuk menikmati kebersamaan kita dengan diri sendiri dulu. Tapi itu nggak berarti kamu harus selalu sendirian. Kamu punya aku, kamu punya Ayah, dan kalau kamu ingin, aku bisa mengajakmu bermain atau berbicara kapan saja."

Tara hanya tersenyum kecil, tampak lebih lega, "Makasih, Alya. Aku senang kamu ada di sini."

Alya pun menganggukkan kepalanya dan Tara memilih kembali meninggalkan Alya yang masih berdiri di tempatnya. Alya memandang punggung anak kecil itu yang semakin menghilang di balik dinding dapur.

“Mungkin apa yang Tara butuhkan bukanlah materi atau benda mahal, tapi perhatian dan seseorang yang bisa mengerti perasaannya. Tidak ada yang lebih berharga bagi seorang anak selain merasa dihargai dan dicintai." gumamnya lirih, merasa kasihan dengan anak itu.

"Melihat Tara yang seperti itu, rasanya ingin sekali memberikan perhatian lebih." tiba-tiba jiwa keibuannya meronta, Alya jadi teringat dengan adiknya yang juga seumuran dengan Tara.

"Aku tahu ini bukan pekerjaan yang mudah, tapi aku siap. Untuk Tara, aku akan memberikan yang terbaik yang aku bisa.” gumamnya lagi.

Alya menyadari bahwa di balik kecerdasan luar biasa yang dimiliki Tara, ada seorang anak yang sangat membutuhkan kehangatan dan perhatian—sesuatu yang selama ini kurang didapatkan dari orang-orang terdekatnya.

Bersambung

Happy reading

1
yuning
semoga Alya menerimamu
yuning
semangat Alya
yuning
ada yang mencair
yuning: hatiku say 😁
Tri Ani: tapi bukan es, apa tuhhhh😁
total 2 replies
yuning
aku ikutan menghangat
yuning
waalaikumsalam,sama sama Thor
Nursina
seru lanjutkan
Entin Fatkurina
so aweet
Tri Ani: makacihhhhhh
total 1 replies
yuning
calon istri idaman
yuning
menjadikan Alya istrimu solusinya
SRI JARWATI
Mama alya ....uuh pasti happy banget si tara , mwmiliki mama pengganti yg lpsmuh kasih sayang
SRI JARWATI
Semengat Tara , kamu memang anak yg cerdas.
SRI JARWATI
Bagus banget ceritanya, aqu suka
SRI JARWATI
Dasar manusia es , nyebelin
SRI JARWATI
Jangan menyerah alya , kamu pasti bisa mencairkan manusia dingin itu , semangat
SRI JARWATI
Terus semangat alya
SRI JARWATI
Semangat alya , kamu bisa
SRI JARWATI
Tuan CEO nya dingin banget ya , iihh serem
SRI JARWATI
Ceritanya bagus , selalu bikin penasaran dan menambah wawasan bagi yg belum berpengalaman
SRI JARWATI
Bagus banget cara merayunya /Good/
yuning
sarangheo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!