Perjodohan adalah takdir,semua akan berjalan seperti air mengalir.Demikian juga dengan tokoh yang namanya Yulia.
Yulia merupakan seorang gadis belia cantik nan rupawan,ia harus menderita di jodohkan oleh orang tuanya di masa masih ABG dengan seorang pria yang sudah berumur tua atau kakek kekek.
memiliki suami yang sudah tua banyak kendala dan penderitaan, apa lagi dia di nikahi dengan cara di madu.
Akhirnya rumah tangganya harus hancur gara gara hal yang sepele yang tak masuk akal.
Akhirnya mereka hidup masing masing walaupun berakhir dengan penderitaan bagi semuanya, namun ada titik kebahagiaan setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19 RENCANA DAN TANTANGAN
Yuli masuk ke kamar mandi, dia hendak melakukan BAB, namun niatnya itu segera ia batalkan, karena ibunya memanggilnya.
"Yul Yuli sini nak, tolong bantu ibu nih"
"ada apa Bu?"
"kita akan siapkan makan untuk mbah salam".
"baik bu, tapi saya mau BAB dulu karena perut sudah sakit bagaimana boleh nggak Bu,?",
"ya bolehlah kenapa nggak masa BAB aja nggak boleh"
sementara itu Mbah Salam masih di ruangan depan, Dia sedang berbincang-bincang dengan Aep. Mas salam berkata,
"Pak Aep kalau sudah sembuh Pak mau kerja jadi sopir lagi nggak?,"
"yah mau Mbah, kan menjadi sopir itu sudah menjadi pekerjaan saya sejak kecil Mbah, jadi saya mau ke mana lagi kalau tidak bekerja sebagai sopir".
"kemarin narik angkot siapa?"
"narik angkot si Bos Mbah Saya sudah 5 tahun kerja di sana, cuman saya kadang-kadang merasa ngeluh sebab kesejahteraan kurang begitu dijamin oleh si Bos dan juga setorannya yang lumayan berat"
"oh gitu ya Pak Aep, saya rencananya mau ngambil mobil nih, cuman Saya bingung nggak ada yang mau jadi sopirnya. jika Pak Aep mau mungkin niat saya akan lanjutkan"
"kapan itu Mbah?".
"jika mau ya mungkin setelah pa aep sembuh aja, dan siap kerja"
"oh siap Mbah"
Mbah Salam membakar rokoknya kembali ia mengisap dalam-dalam rokok tersebut dan meniupkan asapnya ke udara, tidak lama kemudian datanglah Yuli menghampiri mereka lalu berkata,
"ayo kita makan malam dulu makanan sudah disiapkan di dapur!"
semuanya pun langsung bergegas ke ruang makan tanpa kecuali. Yuli dan Ibu Aminah sudah menyiapkan mereka makanan. Mbak salam berkata
"wow makanan kesukaan Mbah ini ada di sini?"
"apaan itu Mbah?
"tuh sayur gudeg nangka"
"oh gitu ya kebetulan lagi ada Mbah".
"siapa ini yang masak kopinya?"
"Yuli Mbah dia pintar masak sekarang"
jawab Ibu Aminah
"wah yang bener sejak kapan Yuli pintar masak setahu Mbah dia itu pemalas kayaknya hehehe".
Yuli mana kok mukanya dia merasa sedikit malu karena Mbah Salam tahu betul karakter Yuli yang sebenarnya.
"cicipi aja mbah makanannya, kayaknya enak banget itu mah"
"ya pasti kan yang masaknya juga tuan putri hehehe".
selang beberapa menit kemudian mereka pun makan dengan begitu nikmatnya, hampir hampir semua menu yang disajikan semuanya ludes disantap oleh mereka. maklum dalam satu hari ini mereka tidak
kemana-mana hanya diam di rumah.
setelah selesai makan malam, Mbah Salam berniat pamit untuk segera pulang, namun sebelumnya Dia memanggil Yuli terlebih dahulu,
"main ke sini ya sini dulu*
"ada apa Mbah?
'ayah punya rencana akan memberikan mobil untuk bapak, oleh sebab itu tolong pegang uang ayah ya, ini tolong pegang dulu atm-nya pin-nya ada di balik ATM itu. jika ada keperluan jangan ragu dan sungkan gesek aja ATM itu, ayah harap Neng mau menerimanya.
"ya Mbah tapi gimana ya Neng malu menerimanya kalau Neng nolak gimana?"
"kalau Neng nolak ayah tidak akan menolong Neng lagi, jangankan menolong datang pun ke sini nggak bakalan"
Yuli diam sejenak dia menjadi bingung dengan apa yang harus dilakukannya, akhirnya ia berkata
"baik Mbah jika itu kemauan Mbah mungkin saya akan memegangnya, tapi bagaimana jika saya ada keperluan mendadak"
"besok aja ATM itu jangan ragu pakai aja uangnya, mungkin jika kurang ataupun ada rejekinya Mbah akan transfer ke rekening tersebut".
"wah jangan bah ntar gimana reaksi istri Mbah"
"masalah itu jangan dipikirkan, Mbak sudah memikirkannya masak-masak, jika atm itu Mbah yang pegang kemungkinan bapak Aep tidak akan kebeli mobil dikarenakan uangnya akan selalu habis oleh Mbak dan keluarga, makanya sengaja mah titipkan di kamu ya"
"Oke deh ayah jika itu memang keinginan ayah semoga apa yang dicita-citakan dapat segera tercapai oleh kita semua amin"
"oke ayah mau pamit"
Mbah Salam mengeluarkan tangannya mengajak oleh untuk bersalaman, Yuli pun menyambutnya.
ada yang aneh dalam perasaan Yuli, dia merasa sedih ketika akan ditinggalkan oleh Mbah Salam seolah-olah batinnya tidak mengijinkan kalau Mbah Salam pergi meninggalkannya. tiba-tiba genangan air mata Yuli menetes di pipinya. melihat kejadian tersebut wassalam kemudian bertanya,
"Neng kenapa kamu menangis?, kok kayak bersedih ditinggalkan sama ayah?"
"nggak tahu neng juga ya sudah dua kali ditinggalkan selalu merasa bersedih ada apa ya"
"wah wah wah wah wah bahaya itu Neng bisa-bisa Neng tidak bisa melupakan ayah"
Yuli Diam tidak berkata apapun kemudian ia menundukkan wajahnya. Mas salam pergi meninggalkannya lalu Dia pamit kepada Ibu Aminah dan bapak Aep. sementara itu di depan rumah jafra sudah menanti dengan motornya, setelah Mbah Salam datang Mereka pun langsung pergi meninggalkan rumah Yuli tersebut.
kepergian Mbah Salam dan asistennya bagi Yuli bagaikan ditinggal oleh sang kekasih pujaannya. dia langsung pergi ke kamarnya untuk beristirahat. setelah berada di kamar Yuli langsung membaringkan diri di atas tempat tidur, dia mencoba menenangkan pikirannya namun ternyata tidak bisa, malahan pikirannya melayang ke sana kemari memikirkan apa yang telah terjadi dan memikirkan apa yang harus dilakukan ke depannya.
sementara itu Mbah salam dia harus berpikir keras memikirkan rencana kedepannya, ya harus bisa berbagi antara kepentingan keluarga dengan kepentingan yang baru akan dimulainya. pembiayaan rencana kepentingan yang baru akan dilakukannya itu jelas-jelas lebih besar biayanya daripada yang sudah dialaminya. Mbah Salam harus segera menyiapkan dana untuk membeli mobil, juga sekaligus menyiapkan dana untuk persiapan pernikahannya jika memang benar-benar Yuli sudah memintanya.
ketika di tengah perjalanan Mbah Salam bertanya kepada jafra,
"jafra gimana menurut lu jika gua ini nikah lagi pantas nggak"
"ya pantes aja Mbak, lagian istri Mbah maaf udah tua terus Mbah mau cari yang gimana"
"wah lu kurang peka jafra"
"maksudnya gimana mbah aku tidak tahu apa yang dilakukan Mbah di sana?".
"maksudnya begini, Yuli anaknya Pak ntar gua akan lamar menjadi istri gua, kira-kira lu setuju nggak?"
"ya bagi saya sih Mbah nggak keberatan setuju setuju saja".
"ya iya lu mah lagian lu mah cuman pegawai gua jadi setuju nggak setuju juga ya harus setuju".
jafra diam sesaat setelah beberapa detik kemudian dia bertanya lagi,
"nah kira-kira gimana menurut Mbah reaksi dari istri dan anak Mbah?"
"nah itu yang gua pikirkan, lu bisa kan menjaga rahasia ini?"
"bisa mbak tenang aja yang penting ada jangkrik"
"maksudnya gimana jangkrik?"
"jangkrik itu yang penting ada fulusnya ya buat uang tutup mulut"
"oh gitu tenang aja, pokoknya masalah gituan tenang aja gua masih banyak uang gua di luar hahaha"..
"Oke gua percaya sama Mbah,".
tak lama kemudian mereka pun sampai di tujuan. situasi di rumah Mbah Salam sudah sepi dikarenakan waktu sudah hampir larut malam. setelah Mbah Salam turun dari motornya kemudian jafra pun memasukkan motor tersebut ke garasi yang berada di belakang rumah Mbah Salam. emang harus diakui rumah emas salam lumayan luas, tempat parkir yang luas agar terbang yang tinggi dan juga rumah yang berukuran lumayan luas dan 2 lantai. Mbah Salam langsung masuk ke ke dalam rumah setelah pintunya dibukakan oleh seorang penjaga sedangkan jafra langsung menuju ke kamarnya yang ada di depan rumah. rumah tersebut diperuntukkan sebagai Mas bagi orang-orang yang bekerja di tempat tersebut.