Kinanti, seorang gadis sederhana dari desa kecil, hidup dalam kesederhanaan bersama keluarganya. Dia bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup.
Kehidupannya yang biasa mulai berubah ketika rencana pernikahannya dengan Fabio, seorang pria kota, hancur berantakan.
Fabio, yang sebelumnya mencintai Kinanti, tergoda oleh mantan kekasihnya dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Pengkhianatan itu membuat Kinanti terluka dan merasa dirinya tidak berharga.
Suatu hari, ayah Kinanti menemukan sebuah cermin tua di bawah pohon besar saat sedang bekerja di ladang. Cermin itu dibawa pulang dan diletakkan di rumah mereka. Awalnya, keluarga Kinanti menganggapnya hanya sebagai benda tua biasa.Namun cermin itu ternyata bisa membuat Kinanti terlihat cantik dan menarik .
Kinanti akhirnya bertemu laki-laki yang ternyata merupakan pengusaha kaya yaitu pemilik pabrik tempat dia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Pertemuan tak Sengaja
Kinanti merasa semakin tidak nyaman dengan suasana pesta. Meski dirinya menarik perhatian banyak orang, bisikan-bisikan yang membandingkan dirinya dengan Citra masih terdengar di sana-sini. Ia berusaha membantu melayani tamu sebagai bentuk hormat kepada keluarga besar, meskipun hati kecilnya ingin segera meninggalkan tempat itu.
Saat membawa nampan berisi minuman, ia berjalan dengan hati-hati di antara kerumunan. Namun, langkahnya terhenti ketika tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seorang pria tinggi yang sedang berjalan tergesa-gesa.
"Ck! Apa-apaan ini?" seru pria itu dengan nada marah.
Kinanti mendongak dan melihat seorang laki-laki tampan dengan rahang tegas, mengenakan jas hitam mahal yang kini basah terkena minuman dari nampannya.
“Maaf, saya tidak sengaja,” ujar Kinanti sambil menunduk.
Pria itu menghela napas panjang, memandangi noda di jasnya. "Kamu tahu berapa harga jas ini? Lain kali, kalau jalan, lihat sekeliling."
Kinanti merasa tersinggung, namun ia menahan diri. “Saya benar-benar minta maaf,” katanya pelan, suaranya bergetar.
Pria itu menggeleng sambil menghela napas lagi, lalu berbalik pergi dengan ekspresi kesal. Saat berjalan menjauh, ia berhenti sejenak untuk berbicara dengan Fabio, yang tampak mengenalnya. Dari percakapan mereka, Kinanti menduga pria itu adalah salah satu teman bisnis Fabio, atau bahkan orang penting di kalangan pengusaha.
Kinanti berdiri mematung, merasa malu sekaligus marah atas kejadian itu. Ia tahu ia tidak sepenuhnya salah, tetapi cara pria itu memperlakukannya membuatnya semakin merasa kecil di tengah acara yang penuh kemewahan ini.
“Kak, ayo kita pulang saja,” bisik Kirana, yang sedari tadi memperhatikan kejadian itu dari jauh.
Kinanti mengangguk. Ia sudah tidak tahan dengan suasana pesta yang membuatnya merasa seperti orang asing di antara keluarga sendiri. Tanpa menunggu lama, mereka berdua meninggalkan hotel dengan langkah berat, meninggalkan keramaian dan gemerlap di belakang mereka.
Di perjalanan pulang, Kinanti hanya bisa merenung. Perasaan tidak nyaman terus menghantui pikirannya, dan wajah pria yang marah tadi sesekali terbayang di benaknya. Namun, ia berusaha mengabaikan semuanya. Baginya, malam itu adalah pengingat bahwa ia tidak pernah benar-benar diterima di dunia seperti itu. Kini, ia hanya ingin kembali ke rumah dan melupakan semuanya.
Pertemuan yang Berbekas di Ingatan Zayn
Meski Zayn terlihat dingin dan tegas saat kejadian itu, ada sesuatu tentang wajah Kinanti yang membuatnya teringat kembali setelah ia menjauh. Di tengah percakapan singkat dengan Fabio, pikirannya melayang pada gadis sederhana itu—wajahnya yang cantik alami, ekspresi terkejut yang begitu tulus, dan sorot matanya yang mencerminkan kejujuran sekaligus ketegangan.
Zayn, seorang pria yang biasanya tidak memperhatikan hal-hal kecil, merasa aneh karena bayangan wajah Kinanti terus terlintas di benaknya.
"Siapa gadis itu?" tanyanya tiba-tiba pada Fabio, memotong pembicaraan mereka tentang proyek bisnis.
Fabio, yang sedang sibuk menjelaskan, mengernyit bingung. "Gadis yang mana?"
"Gadis yang tadi menabrakku. Yang membawa minuman," jawab Zayn dengan nada datar, meski dalam hatinya ada rasa ingin tahu yang tak biasa.
“Oh, dia?” Fabio tertawa kecil, lalu menurunkan suaranya. “Itu Kinanti, sepupunya Citra. Dia cuma gadis desa yang tidak penting. Bahkan, aku baru saja membatalkan pertunangan dengannya.”
"Benarkah?"Zayn tidak melanjutkan ucapannya.
Zayn tidak menunjukkan reaksi apa-apa, meski ia diam-diam merasa Fabio berbicara terlalu merendahkan. Ia hanya mengangguk singkat dan tidak melanjutkan topik. Namun, dalam pikirannya, nama Kinanti sudah terukir jelas.
Setelah acara berakhir, Zayn kembali ke kamarnya di hotel, duduk di tepi ranjang sambil membuka jas yang masih basah. Ia memandang noda itu sambil menghela napas panjang.
“Gadis itu…” gumamnya pelan. Entah mengapa, ia merasa ada sesuatu yang berbeda pada Kinanti, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan meski ia tidak tahu apa itu.
Malam itu, untuk pertama kalinya, Zayn yang biasanya sibuk dengan pekerjaan dan urusan bisnis, merasa dirinya terganggu oleh pikiran tentang seorang gadis yang bahkan baru pertama kali ia temui.
Setelah memutuskan bahwa pesta sudah cukup melelahkan, Zayn meninggalkan acara lebih awal. Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju mobil mewahnya yang telah menunggu di lobi hotel. Malam itu terasa panjang baginya, meski pikirannya masih terusik oleh gadis bernama Kinanti.
Saat mobilnya perlahan keluar dari area lobi, Zayn melihat pemandangan yang membuatnya refleks memperlambat laju kendaraan. Di trotoar dekat pintu masuk, berdiri Kinanti bersama keluarganya. Mereka tampak sederhana, kontras dengan kemewahan yang memenuhi hotel malam itu. Kinanti terlihat memegang tas kecil, sementara ayahnya berdiri dengan ekspresi lelah, dan ibunya sesekali melirik ke arah jalan mencari taksi.
Wajah Kinanti tampak sayu, namun meski dalam kesederhanaannya, ada sesuatu yang memancarkan keanggunan. Mata Zayn terhenti sejenak pada sosok gadis itu, yang berdiri dengan tenang meski jelas terlihat bahwa ia tidak nyaman berada di sana.
Zayn mengerutkan dahi, merasa ada dorongan untuk berhenti. Namun, ia langsung menepis pikiran itu. "Bukan urusanku," gumamnya pelan, sambil melajukan mobilnya kembali.
Di dalam mobil, ia mencoba mengalihkan pikirannya ke hal lain, tetapi bayangan Kinanti yang berdiri di bawah lampu jalan terus terlintas. Ada sesuatu yang tidak biasa tentang gadis itu kesederhanaannya, sorot matanya yang penuh cerita, dan ketenangan yang ia tunjukkan meski jelas berada di posisi yang tidak nyaman.
“Mengapa aku memikirkannya lagi?” Zayn menggelengkan kepala, berusaha mengabaikan perasaan aneh yang mulai merayapi dirinya. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa kilasan singkat di lobi itu sudah cukup untuk membuat Kinanti meninggalkan kesan mendalam.
"Dia.. cantik juga..seperti nya polos."gumam Zayn sambil.fokus menyetir.
Kinan sudah sampai di rumahnya yang sederhana. waktu sudah larut malam Kinan beranjak ke kamar mandi yang bertutupkan pintu bilik itu. Dikamar mandi sederhana itu, Kinanti membersihkan diri dan dia bersiap sholat Isya sebelum tidur.
Saat Kinanti melakukan sholat tiba-tiba cermin itu bergetar, seperti ada yang menggerakkannya. Kinanti selesai sholat subuh dan juga melihat cermin yang tadinya lurus sedikit bergeser.
Cermin tiba-tiba bergerak. Kinanti pun membaca ayat kursi dan doa-doa untuk menenangkan cermin itu. Namun ada suara dari cermin itu.
"Haloo.. "
"Hahhh, kkkkkau bisa bicara ?"Kinanti terbelalak, awalnya dia pikir jika dia berhalusinasi .Namun suara itu keluar dari cermin tersebut.
"Iya, Kinan ini aku."suara dari cermin tersebut.
"Tttapi bagaiamana mungkin, kau hanyalah sebuah cermin..."Kinanti dengan napas tersengal-sengal, merasakan terkejut yang teramat sangat. Perlahan dia menuju pintu kamar dan keluar dari kamar. Dia menuju kamar orang tuanya.
"Pak, bu, itu, itu... cccccer-minnya bisa ...bisa ... bi-ca-ra!"
Kinan dengan raut wajah ketakutan.
"Masa sih nak, kok bisa ?"
secara logika seharusnya ada kepastian masih atw putus.
tapi anehnya masih sama2 merindukan, tp gak ada komunikasi, padahal di hp ada no kontaknya.. 😆😆😆😇😇😇