SEASON 2 NOT CONSIDERED
Melewati masa kritis karena tragedi yang menimpanya, membuat seorang Elina trauma pada penyebab rasa sakitnya. Hingga dia kehilangan seluruh ingatan yang dimilikinya.
Morgan, dia adalah luka bagi Elina.
Pernah hampir kehilangan, membuat Morgan sadar untuk tak lagi menyia-nyiakan. Dan membuatnya sadar akan rasa yang rupanya tertanam kuat dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
"Ma" panggil Morgan kemudian memeluk mamanya dengan erat. Bukan bahagia saja karena akhirnya bisa melepas rindu bersama sang mama. Tapi juga bahagia karena mamanya datang bak malaikat penolong untuk hubungannya bersama Elina.
"Gak sama Elina?" tanya mama, karena biasanya Morgan akan selalu menjemputnya dengan Elina serta.
Morgan menggeleng dengan lesu, yang akhirnya membuat mama paham.
"Kalian lagi bertengkar?" tanya mama lagi.
"Nanti Morgan jelasin, Ma. Kita pulang dulu oke, biar Mama bisa segera istirahat." Ucap Morgan yang memang tahu kalau mamanya pasti kelelahan setelah perjalanan.
Akhirnya Morgan membawa mama pulang ke rumahnya. Membiarkan sang mama istirahat, sementara ia melanjutkan mengawasi Elina lagi dari jarak jauh.
Elina masih sibuk bersama kedua sahabatnya, tak lupa pria itu juga ikut serta di sana. Tapi mengapa seolah pria itu lebih berani sekarang. Morgan mengetatkan rahangnya, melihat tangan pria itu bertengger nyaman di pundah Elina.
"Sia*" umpatnya dengan kesal.
Morgan memilih berhenti untuk mengawasi lagi, hatinya justru semakin membara jika harus terus melihat hal itu. Karena sudah ada malaikat penolongnya, jadi lebih baik ia merilekskan diri sejenak supaya dapat berpikir dengan jernih nantinya.
Sore harinya, Morgan menghampiri sang mama yang sedang berkutat di dapur.
"Jadi kalian udah putus?" tanya mama terkejut bukan main.
Morgan baru saja menceritakan hubungannya dengan Elina yang sudah berakhir. Tentu saja hal itu memantik kemarahan mama, karena jelas Morgan yang bersalah di sini.
Morgan mengangguk lesu. Kemudian melanjutkan ceritanya terkait kecelakaan yang menimpa Elina beberapa waktu lalu, dan kondisi Elina yang amnesia.
"Morgan! Kamu gak kabarin Mama, kalau El mengalami semua itu. Astaga Morgan, Mama frustasi ngadepin kamu" omel Mama yang memilih pergi meninggalkan Morgan untuk menjernihkan pikirannya.
...***...
"Apa kepulangan Mama yang begitu kamu inginkan, karena semua ini?" tanya mama tepat sasaran.
Tampaknya mama sudah mampu mengendalikan emosinya yang jelas terkejut dengan fakta yang baru ia dengar.
"Iya Ma, Morgan sadar Morgan salah. Karena itu Morgan butuh bantuan Mama untuk memperbaiki semua kesalahan yang udah aku lakukan, Ma" jelas Morgan dengan penyesalan yang mendalam.
Mama menghela nafasnya dengan pelan. Melihat Morgan yang seperti itu, ia merasa tak tega. Sekalipun Morgan salah, namun Morgan terlihat begitu menyesali kesalahannya.
"Mama harus ke rumah El, astaga menantu Mama malang sekali." Ujar mama dengan sendu. "Apa yang kamu mau Mama lakukan?" tanya mama menatap Morgan.
"Orangtua El ngelarang Morgan buat ketemu sama El, Ma. Morgan hanya butuh akses itu untuk nemuin El dengan mudah. Selebihnya Morgan akan berusaha sendiri, memperbaiki kesalahan yang sudah Morgan perbuat." Jelas Morgan dengan penuh keyakinan.
Mama terdiam sejenak, menghembuskan nafas kasar. Wajar orangtua Elina melakukan itu. Karena apa yang Morgan lakukan memang sudah keterlaluan.
"Nanti kamu ikut Mama ke rumah El, dan minta maaf sama kedua orangtuanya." Jelas mama dengan nada tegasnya.
Morgan mengangguk, menurut saja apa yang mamanya perintahkan. Karena ia memang benar bersalah dan seharusnya meminta maaf sejak awal. Sayangnya Morgan tak sempat melakukan itu, karena terlalu fokus meraih Elina kembali.
"Kamu masih sayang El?" tanya mama lagi.
Morgan mengangguk mantap, tentu saja. Ia mencintai dan menyayangi Elina dengan seluruh hatinya.
"Kalau kamu memang mencintainya, jangan bebani dia dengan rasa sakit, Gan. Biarkan Elina bahagia, walaupun itu menyakitkan untukmu." Jelas mama menatap Morgan dengan tegas.
Morgan hanya mengangguk dengan patuh, meskipun tak begitu paham kemana arah pembicaraan mamanya.
...***...
"Jeng, kapan pulang?" ujar Mama Reta menyambut hangat kedatangan Mama Morgan.
"Kemarin, Jeng. Maaf ya gak tau kalau El mengalami musibah. Morgan gak mau buat saya khawatir, jadi saya baru tau, Jeng." Jelas Mama Varia dengan rasa bersalah.
"Iya gak papa, Jeng. Sekarang El juga udah baik-baik aja. Meskipun harus mengalami amnesia." Ujar Mama Reta berusaha mengulas senyumannya.
"Jeng, sebelumnya saya mau minta maaf terkait kesalahan yang sudah putra saya perbuat ..." Mama Varia menjelaskan semua rasa bersalahnya atas apa yang Morgan lakukan.
Dan diikuti Morgan yang juga meminta maaf dengan rasa bersalahnya yang membelenggu.
Mama Reta tak mungkin menyimpan kebencian untuk orang lain, karena sejatinya semua perbuatan manusia ada diluar kendalinya. Lagipula menumpuk kebencian hanya akan membuat hatinya kotor dan hidupnya tak nyaman.
"Saya tak membenci siapapun, Jeng. Begitupun dengan Morgan. Hanya saja kalau untuk kembali bersama Elina, saya belum bisa menerima Morgan kembali. Apalagi Elina tak mengingat apapun terkait kesalahan Morgan. Takutnya nanti sewaktu-waktu akan menjadi bom yang akan membuat Elina trauma jika terus berdekatan dengan pemicu rasa sakit hatinya." Jelas Mama Reta berusaha untuk memberi pengertian.
Mama Varia dan Morgan mengangguk paham. Wajar jika orangtua akan protektif pada anak-anaknya.
"Tante, tapi tolong izinkan saya untuk bertemu Elina. Saya hanya ingin memperbaiki kesalahan saya." Mohon Morgan dengan mengiba.
Mama Reta terlihat berpikir sejenak. "Ya, saya gak akan menghalangi. Asalkan Elina juga bersedia menemui kamu." Ujar Mama Reta. Morgan mengangguk mengerti.
Kemudian Mama Varia dan Morgan bangkit untuk melangkahkan kakinya menemui Elina. Ada Viola, Bianca dan Rozer yang turut serta menyambut kedatangan mereka. Dan Elina tampak bingung, sebelum akhirnya dijelaskan oleh Mama Reta siapa Mama Varia.
"El, maafin Morgan ya" ujar Mama Varia sembari memeluk Elina. Ia merasa tak tega melihat keadaan Elina yang tak mengingat dirinya.
Morgan menatap sendu kearah mamanya dan Elina yang tengah berpelukan. Kalau bukan karena ulahnya, semua kesedihan ini tak akan terjadi. Penyesalan kembali memenuhi relung batinnya.
"El gak papa, Tante. El udah maafin semuanya" ujar Elina dengan tulus.
Hal itu justru membuat Mama Varia dan Morgan semakin merasa bersalah, betapa tulus Elina. Sekalipun mengalami amnesia, namun ketulusannya tak memudar. Masih Elina yang sama.
Setelahnya mereka bergabung, berbincang bersama. Mama Varia tak berhenti merangkul Elina, selain karena merasa bersalah kenyataannya Mama Varia memang rindu dengan calon menantunya itu. Karena sudah lama tak bertemu.
"Rozer teman kuliah kamu juga, sayang?" tanya Mama Varia penasaran, karena ia hanya tahu nama-nama mereka saja.
"Bukan Ma, dia anak teman Mama dari luar negeri." Jawab Elina. Mama Varia memang meminta Elina untuk memanggilnya mama.
"Sepertinya dia naksir kamu? kamu suka?" tanya Mama Varia lagi.
Elina hanya tersenyum tipis, salah tingkah sekaligus bingung mau menjawab bagaimana.
Dan rupanya segala ekspresi Elina dan pembicaraannya di dengar dan dilihat jelas oleh Morgan. Membuat Morgan kesal, karena rasanya dadanya bergemuruh.
"Sepertinya baik anaknya" gumam Mama Varia menilai.
Elina mengangguk membenarkan, sembari tersenyum tipis menatap Rozer. Membuat Morgan semakin mendidih, kebakaran.
Next .......