Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24. Membawa Gadis ke rumah
Tak terasa hari telah berlalu, sudah dua hari ini Black tidak melihat Kinara. Entah bagaimana kondisinya saat ini. Apakah ia masih berduka atas kepergian sang kakak atau kini ia telah bangkit demi membalas dendam.
Ting ! Terdengar suara ponsel yang ada didalam saku celananya. Black meraih benda pipih itu dan melihat siapa yang menghubunginya.
Terlihat nama Kinara disana. Sebuah senyuman tercetak di wajah tampannya.
"Akhirnya kau menghubungi ku juga Nona." batin Black.
Dengan cepat Black menerima panggilan itu.
"Black bisakah kau jemput aku hari ini ? Aku ingin mengunjungi ibumu sebelum kembali ke kota J. Apakah kau ada waktu ?." tanya Kinara tanpa basa-basi.
"Baiklah Nona, saya akan bersiap. Sebentar lagi saya akan sampai." jawab Black.
Senyuman itu semakin terlihat jelas. Layaknya seorang pemuda yang sedang jatuh cinta kepada seorang gadis. Dan gadis itu, akan ia perkenalkan kepada keluarganya.
"Apa mungkin seperti ini rasanya jika ingin mengenalkan seorang kekasih kepada ibu ?." tanya Black.
"Ah sudahlah, aku hanya ingin nona Kinara tidak merasa hidup seorang diri. Aku hanya ingin ia merasakan kasih sayang dari seorang ibu yang selama ini tidak ia dapatkan." ucap Black sambil berjalan mencari keberadaan sang ibu.
Black berjalan menuju ke taman belakang rumah. Biasanya sang ibunakan menghabiskan sebagian besar waktunya ditaman itu.
Merawat bunga-bunga kesayangannya dan juga mengenang suami yang telah pergi meninggalkan dirinya bersama sang putra.
Terlihat sangat ibu sedang duduk disebuah kursi yang ada ditaman itu dengan menatap bunga-bunga yang sedang bermekaran.
"Ibu aku akan pergi untuk menjemput kekasihnya dan akan aku perkenalkan ia kepada ibuku yang cantik ini."
"Apakah ibu ingin bersiap atau ibu akan tetap disini untuk menunggu waktu berlalu ?." tanya Black sambil memeluk tubuh sang ibu dari belakang.
"Apakah ibu tidak salah mendengar ?." tanya sang ibu dengan tak percaya.
"Apakah ibu meragukan Pitra ibu sendiri ?. Atau sebegitu jelek wajah putra mu ini sehingga ibu tidak yakin ada gadis cantik yang mencintai putra mu?." jawab Black tanpa mau melepaskan pelukannya.
Wanita itu tersenyum sambil mengusap rambut sang putra. Dikecupnya pipi sang putra dengan penuh kasih.
"Mengapa ibu masih saja suka mencium ku ?." protes lelaki tampan itu dengan manja.
"Kenapa apakah ciuman gadis itu lebih menyenangkan ?." goda sang ibu.
Hal itu membuat Black terkekeh. Ia sendiri tidak tau bagaimana rasanya dicium oleh seorang gadis. Hanya sang ibu wanita satu-satunya yang pernah mencium pipinya.
"Baiklah, cepat bawa gadis itu secepatnya. Aku ingin melihat seperti apa gadis yang membuat putra ku menolak untuk aku cium." ucap sang ibu.
Setelah puas menggoda putranya Maharani berlalu masuk kedalam rumah. Sementara Black hanya bisa menghela nafasnya.
Entah bagaimana reaksi sang ibu jika tau hubungan yang sebenarnya antara ia dan Kinara. Dan entah seperti apa reaksi Kinara nanti saat tau bahwa Black telah membohongi dirinya.
Black segera keluar untuk menjemput Kinara yang saat ini sudah menunggu kehadirannya. Bukan tanpa alasan Kinara melakukan hal itu, Selama tinggal diluar negeri hanya Black yang menjadi teman sejak masa kecilnya.
Mereka begitu dekat, sering bertemu disaat weekend dan sering menghabiskan waktu di taman bermain.
Hingga akhirnya ia harus fokus pada pelajarannya agar ia bisa segera kembali ke kota asalnya.
"Apakah nona sudah siap ?." tanya Black yang kini sudah ada dihadapannya.
"Baiklah, ayo kita berangkat." jawab Kinara sambil melangkah keluar menuju mobil yang ada dihalaman.
Dengan sigap Black membukakan pintu untuk Kinara. Setelah memastikan Kinara duduk dengan nyaman barulah Black berjalan dan masuk dibalik kemudi.
Black melajukan mobilnya menuju tempat dimana sang ibu kini sedang menunggu.
"Nona, maaf sebelumnya jika nanti ibu mengira anda adalah kekasih saya. Sejauh ini saya belum pernah membawa seorang gadis kerumah." ucap Black dengan canggung.
"Tidak masalah, aku tau kau hanya ingin menyakinkan ibumu bahwa kau tidak ingin melanjutkan perjodohan itu." jawab Kinara santai.
"Terimakasih nona." jawab Black sambil fokus melajukan mobilnya.
Sementara Kinara hanya menggelengkan kepalanya melihat nasib yang menimpa Sahab sekaligus anak buahnya itu.
Di jaman yang modern ini, ternyata masih ada orang tua yang menjodohkan anak-anak mereka tanpa menunggu persetujuan dari anaknya. Dan lebih parahnya mereka dijodohkan sejak masih dalam kandungan.
"Apakah setelah ini kau yakin akan pergi ke kota J ?." tanya Kinara.
"Tentu nona, selain saya ingin bertemu dengan sahabat ibu, saya juga ingin menemani nona untuk membalas perbuatan mereka yang telah menyakiti nona Kinan." jawab Black dengan penuh keyakinan.
Kinara tersenyum mendengar ucapan Black. Ia tidak ingin menolak keinginan sahabatnya itu, meskipun ia mampu untuk membalas mereka dengan tangannya sendiri.
Tetapi mungkin akan lebih mudah jika ada seseorang yang sangat ia percaya untuk membantu melancarkan aksinya.
Dengan kemampuan Black ia yakin dapat dengan cepat untuk mencari sasaran untuk membalas semuanya yang telah Kinan alami.
Black sepuluh kali lipat bisa ia andalkan dari pada seorang Boy. Ah, Kinara meluapkan bagaimana kondisi Boy saat ini.
Dan bagaimana jika ia bertemu kembali dengan Kinara, apakah ia akan semakin membencinya atau sebaliknya ia akan ketakutan saat bertemu lagi.
"Nona kita sudah sampai." ucap Black membuyarkan lamunannya.
Kinara turun dari mobil, dan berjalan menuju sebuah rumah sederhana yang sangat rapi. Terlihat sangat pemilik rumah adalah orang yang mencintai kebersihan.
"Ternyata rumah orang tua mu disini ?. Apakah kau tidak mengajak bibi untuk tinggal bersama di rumah mu ?." tanya Kinara sambil memperhatikan rumah dihadapannya.
"Beliau tidak mau, karena rumah ini menyimpan banyak kenangan bersama suami tercinta." jawab Black.
Ada sebuah kebahagiaan dari suaranya. Hal itu dapat Kinara rasakan. Mungkin saja kehidupan Black jauh lebih bahagia pada saat itu meskipun tidak bergelimang harta.
Tapi kehidupannya penuh dengan kasih sayang yang tulus dari kedua orangtuanya. Hal itu pasti jauh lebih baik dari pada yang ia alami selama ini.
"Silakan nona, saya akan memanggil ibu agar bisa bertemu dengan anda." ucap Black sambil berlalu meninggalkan Kinara di ruang tamu.
Kinara menatap sebuah foto keluarga yang terpasang di dinding. Begitu lengkap kebahagiaan mereka.
Senyuman merah begitu manis. Membuat Kinara merasa iri. Sementara ia tidak pernah mempunyai keluarga bahagia seperti itu.
"Kau sudah datang nak ?. Perkenalkan saya Maharani ibu dari Dave." ucap seorang wanita sambil mendekati Kinara yang masih berdiri menatap foto keluarga itu.
Kinara berbalik dan tersenyum melihat seorang wanita yang sangat cantik diusianya saat ini.
"Kau ...," ucap Maharani sambil terhuyung kebelakang. Ia sangat terkejut saat melihat wajah gadis yang dibawa oleh putranya.