Novel ini mengisahkan perjalanan cinta yang penuh dinamika, yang diselimuti perselisihan dan kompromi, hingga akhirnya menemukan makna sesungguhnya tentang saling melengkapi.
Diantara lika-liku pekerjaan, mimpi, dan ego masing-masing, mereka harus belajar mengesampingkan perbedaan demi cinta yang semakin kuat. Namun, mampukah mereka bertahan ketika kenyataan menuntut mereka memilih antara ambisi atau cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arin Ariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ujian Terbesar
Di tahun ketiga pernikahan mereka, Ariana dan Alfatra mulai merasakan perubahan besar dalam hidup mereka. Meski bisnis kafe yang mereka bangun mulai menunjukkan hasil, tantangan dalam karir dan keluarga mulai menguji komitmen mereka.
Kafe kecil yang mereka buka ternyata menjadi sumber konflik baru. Ariana, yang bertanggung jawab mengelola dari jarak jauh, merasa kewalahan mengatur operasional sekaligus menjalani pekerjaan kantornya. Di sisi lain, Alfatra mulai merasa bahwa kafe tersebut mengalihkan fokus mereka dari prioritas pribadi sebagai pasangan.
"Kenapa laporan keuangan bulan ini belum selesai, Ari?" tanya Alfatra suatu malam.
"Aku sibuk, Alfa! Kamu tahu aku punya pekerjaan lain yang juga membutuhkan perhatian," jawab Ariana dengan nada kesal.
Percakapan itu berakhir dengan ketegangan, tetapi keduanya tahu bahwa masalah ini tidak bisa diabaikan. Setelah diskusi panjang, mereka memutuskan untuk menyewa seorang manajer untuk membantu mengelola kafe agar mereka bisa fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hubungan mereka.
Di tengah kekacauan itu, Ariana mendapati dirinya hamil. Kabar ini datang sebagai kejutan, karena mereka belum merencanakannya. Meski ada kebahagiaan, Ariana juga diliputi kecemasan besar.
"Alfa, aku tidak tahu apakah aku siap untuk ini," kata Ariana sambil menggenggam hasil tes kehamilan.
Alfatra memeluk Ariana erat. "Kita akan menghadapi ini bersama, Ari. Aku tahu ini di luar rencana, tapi mungkin ini cara semesta memberi kita sesuatu yang lebih besar."
Namun, kehamilan ini membawa tantangan baru. Ariana mulai merasa terbebani oleh ekspektasi yang datang dari keluarga dan pekerjaannya. Tekanan untuk menjadi "istri sempurna" sekaligus mempertahankan karirnya membuatnya merasa terjebak.
Seiring waktu, perbedaan cara mereka menghadapi tekanan mulai memuncak. Alfatra merasa bahwa Ariana terlalu keras pada dirinya sendiri, sementara Ariana merasa Alfatra tidak sepenuhnya memahami perjuangannya.
"Kenapa kamu selalu bilang aku harus 'santai'? Ini bukan sesuatu yang bisa aku abaikan begitu saja, Alfa!" teriak Ariana suatu malam.
"Aku hanya ingin kamu tidak merasa terbebani, Ari. Kita bisa melewati ini, tapi kamu harus percaya padaku," jawab Alfatra dengan suara yang mulai meninggi.
Pertengkaran itu menjadi salah satu yang terbesar dalam hubungan mereka. Untuk pertama kalinya, keduanya merasa ada jarak yang sulit dijembatani.
Setelah beberapa hari berjarak, mereka akhirnya duduk bersama untuk berbicara dari hati ke hati.
"Aku merasa takut, Alfa. Takut gagal menjadi istri, ibu, dan wanita yang bisa membanggakanmu," kata Ariana, air matanya mengalir.
"Ari, kamu tidak harus menjadi sempurna. Aku mencintai kamu apa adanya. Aku hanya ingin kita melewati ini bersama, tanpa saling menyalahkan," jawab Alfatra dengan nada penuh penyesalan.
Percakapan itu menjadi momen penting yang mengingatkan mereka pada komitmen awal mereka: untuk saling mendukung dan mencintai, apa pun yang terjadi.
Beberapa bulan kemudian, Ariana melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat. Kehadiran bayi itu menjadi titik balik dalam hubungan mereka. Meski lelah dengan tanggung jawab baru sebagai orang tua, mereka merasakan kebahagiaan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.
"Dia adalah bukti bahwa kita bisa melewati apa pun, Ari," kata Alfatra sambil menatap bayi mereka yang tertidur lelap.
Ariana tersenyum, merasa bahwa semua perjuangan mereka tidak sia-sia. "Ya, dan dia juga pengingat bahwa cinta kita lebih kuat dari segala rintangan."
Kehidupan baru sebagai orang tua membawa kebahagiaan sekaligus tantangan bagi Ariana dan Alfatra. Dengan bayi mereka, Kirana, di tengah kehidupan sehari-hari, mereka mulai belajar menghadapi kenyataan baru—bahwa peran sebagai orang tua membutuhkan pengorbanan, kerja sama, dan kesabaran yang jauh lebih besar.