Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 : Viona?
Kondisi rumah sedang tidak baik-baik saja. Agam marah besar karena sudah satu jam berlalu Emilia masih belum ada kabarnya. Bi Maya ternyata tidak tau Emilia ke mana.
Telepon dari Panji masuk.
"Kebetulan sekali. Sebaiknya ku suruh Panji mencari keberadaan Emilia," ucap Agam, dia kemudian menjawab panggilan Panji.
"Tuan, Saya berhasil menemukan rekaman cctv club di ruang VVIP. Rekaman cctv itu sempat di hapus tapi sudah Saya pulihkan. Sudah Saya kirim ke email Anda. Sebaiknya Anda lihat karena ada hubungannya dengan Kakak Nyonya Emilia, Pak Alex," kata Panji.
"Nanti ku lihat. Emilia sampai sekarang belum pulang sekolah, cari keberadaannya!" titah Agam.
"Baik, Tuan," jawab Panji.
Agam kemudian menutup panggilan.
"Rekaman CCTV?" pikir Agam. Dia penasaran. Kemudian membuka email-nya untuk memastikan rekaman seperti apa yang Panji temukan. Walau pun Panji belum berhasil menemukan pembunuh Viona, setidaknya sedikit demi sedikit penyebab kematian Viona akan terkuak.
Agam memutar rekaman itu. Terlihat di ruang VVIP club, beberapa pengawal tengah menyeret Viona yang mabuk berat masuk ke ruangan VVIP. Alex sudah berada di sana menunggu kedatangan Viona.
"Alex brengsek, apa dia sengaja membuat Viona mabuk?" Agam geram.
Viona mereka rebahkan di sofa, kemudian para pengawal itu pergi, meninggalkan Alex dan Viona berdua. Alex terlihat seperti pria mesum, dia membelai wajah Viona penuh nafsu, seolah sudah lama mendambakan sentuhan wanita di hadapannya.
Agam melihat wajah Viona dengan teliti. Agam yang memiliki mata jeli bisa dengan jelas melihat kalau wajah Viona memang benar mirip dengan wajah istrinya. Hanya saja rambut mereka berbeda. Viona berambut pendek sebahu dengan poni, dan berpakaian dress di bawah lutut, walau sedang berada di club.
Alex menciumi bibir Viona penuh hasrat. Ciuman itu membuat Viona sadar. Melihat Alex ingin memperkosa dirinya, Viona tidak tinggal diam. Dia berontak sekuat tenaga, bahkan sempat memukul kepala Alex dengan botol miras. Saat Alex sibuk dengan darah yang mengalir di kepalanya, Viona dengan cepat langsung keluar dari ruangan itu. Kemudian Alex juga dengan cepat menyusulnya. Rekaman berakhir di situ.
"Kurang ajar, apa kelanjutannya? Apa rekaman cctv di hari itu sudah di hapus semua? Sengaja di hilangkan? Aku harus mendapatkannya," ucap Agam yang semakin geram pada perbuatan Alex.
"Jika Viona masih hidup, pasti Alex sudah ku penjarakan dengan tuduhan percobaan pemerkosaan," lanjutnya lagi. Agam mengepalkan tangannya kuat, seolah merasakan kemarahan menggantikan Viona.
***
Di mall, Emilia dan Adinda banyak berbelanja pakaian dan aksesoris. Emilia senang, untuk pertama kalinya dirinya berbelanja tanpa pusing memikirkan uang. Tinggal gesek saja kartu hitam milik Emilia asli. Emilia dan Adinda juga mencoba satu persatu pakaian yang mereka beli.
"Tara ..." Emilia keluar dari ruang ganti pakaian. Dia mengenakan blazer lengan panjang warna krem dipadukan baju dalaman hitam yang di masukan ke dalam celana. Juga mengenakan celana high-waist berwarna hitam, yang memiliki panjang ⅞ dengan model pensil. Celana ini memiliki hiasan pita atau tali yang diikat di bagian pinggang.
"Wow cantik," puji Adinda.
"Terima kasih, Kamu juga cantik," puji Emilia balik. Adinda juga terlihat cantik mengenakan rok levis pendek 10 cm di atas lutut, berwarna putih, di padukan dengan kaos bergaris hitam putih yang di masukan ke dalam rok. Penampilan di lengkapi dengan blazer abu-abu.
Mereka berdua sama-sama memakai sepatu kets berwarna putih. Pakaian sekolah yang mereka kenakan tadi, mereka simpan dalam tas.
"Kita beli apa lagi ya?" tanya Emilia pada Adinda. Sudah satu jam mereka berbelanja.
"Kita pulang saja, Aku juga sudah capek, besok lagi Kita jalan-jalan, kan besok hari Minggu."
"Tidak bisa, Kak Agam ingin membawaku ke taman hiburan besok," tolak Emilia.
"Taman hiburan? Yang benar? Kamu kan tidak suka ke sana?"
"Sekarang Aku suka."
"Emilia, kok Aku merasa perubahan sikap Kamu semakin jelas? Pertama tiba-tiba pintar, kedua tiba-tiba ramah pada Roy, ketiga tiba-tiba kadar bucinnya berkurang, keempat penampilannya berubah natural, kelima jadi suka ke taman hiburan, aneh."
"Adinda, Kita harus bersikap dewasa. Dulu Aku seperti itu karena belum dewasa. Jangan di pikirkan lagi. Kalau mau pulang, ayo Kita pulang."
Keduanya pun memutuskan pulang. Adinda mengantar Emilia lebih dulu.
***
Berdasarkan laporan Panji, di lihat dari laporan transaksi pembelian menggunakan kartu kredit yang di berikan Agam, Emilia tadi ke salon dan shopping di mall bersama Adinda. Mendengar itu, Agam tidak ingin mengganggu dan hanya menunggu istrinya pulang sendiri. Tapi satu hal yang harus Agam perjelas nanti saat istrinya pulang, istrinya harus minta izin padanya lebih dulu jika ingin pergi bersama temannya.
Mobil Adinda tiba di halaman rumah Agam dan Emilia. Agam sudah berada di sana sejak tadi.
"Mampus, suami Kamu sepertinya sudah lama berdiri di situ?" ucap Adinda.
"Tenang, akan ku hadapi dia," jawab Emilia.
"Semoga berhasil. Walaupun Aku tau kalau Kak Agam orangnya lebih dingin dari es, lebih panas dari api, dan lebih galak dari harimau," jawab Adinda lagi.
Emilia menarik nafasnya dalam-dalam lalu membuangnya. Dia siap dengan kemarahan Agam.
Kemudian dia keluar dari mobil.
"Kak Agam," ucap Emilia.
Agam mematung melihat penampilan baru Emilia. Kenapa seperti melihat orang lain. Penampilannya sekarang persis penampilan Viona yang dia lihat tadi di rekaman CCTV.
"Viona?" ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Agam. Mendengar namanya di sebut, Viona terdiam di tempat penuh keheranan.