Kamila gadis yatim piatu mencintai Adzando sahabatnya dalam diam, hingga suatu malam keduanya terlibat dalam sebuah insiden.
Adzando seorang artis muda berbakat.
Tampan, kaya, dan populer. Itulah kata-kata yang tepat disematkan untuknya.
"Apapun yang kamu dengar dan kamu lihat, tolong percayalah padaku. Aku pasti akan bertanggung jawab dengan apa yang aku lakukan. Kumohon bersabarlah."
Karena skandal yang menimpanya, Adzando harus kehilangan karier yang ia bangun dengan susah payah, juga cintanya yang pergi meninggalkannya.
"Maafkan aku, Do. Aku harus pergi. Kamu terlalu tinggi untuk aku gapai."
"Mila... Kamu di mana? Aku tidak akan berhenti mencarimu, aku pasti akan menemukanmu!"
Kerinduan yang sangat mendalam di antara keduanya, membuat mereka berharap bahwa suatu hari nanti bisa bertemu kembali dan bersatu.
Bagaimana perjalanan cinta mereka?
Mari baca kisahnya hanya di sini ↙️
"Merindu Jodoh"
Kisah ini hanya kehaluan author semata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
...*...
Malam hari Nino mendatangi ke unit apartemen Zando, dengan membawa tentengan satu tote bag berisi makanan untuk sahabatnya.
Dia menekan kode akses, dan begitu pintu terbuka dia langsung masuk ke dalam, lalu meletakkan tote bag yang bawanya ke atas meja makan.
Nino membawa langkah kakinya menuju ruangan studio mini. Akan tetapi, tidak menemukan sahabatnya. Akhirnya dia kembali ke dapur, lalu menata makanan yang dibawanya di atas meja makan.
Zando keluar dari kamarnya dengan bertelanjang dada sembari memegang kaos di tangannya. Rupanya dia baru saja selesai mandi.
"Kapan kamu datang?" tanya Zando.
"Sepuluh menit yang lalu," jawab Nino. "Ayo, makan!" ajaknya kemudian.
Zando memakai kaosnya terlebih dahulu, setelah itu menuju meja makan dan selanjutnya mereka makan bersama. Selesai makan keduanya masuk ruang studio mini. Zando menyerahkan flashdisk rekaman lagunya pada Nino.
"Itu lagu yang buat tadi. Coba kamu dengar, ada yang kurang mungkin atau bahkan salah," ucap Zando.
Nino menerimanya lalu menyambungkan ke laptop dan mendengarkannya dengan seksama. Selesai dia dengar, tanpa sepengetahuan sahabatnya, Nino mengunggah lagu tersebut ke akun media sosial.
"Bagaimana menurutmu lagunya?" tanya Zando.
"Oke, bagus banget malah. Aku berharap semoga lagu ini bakalan sukses dan disukai oleh semua kalangan," sahut Nino.
"Aamiin ..." Zando meng-aminkan ucapan Nino, lalu terdiam seraya menatap layar laptop yang masih menyala menayangkan lirik lagunya.
Dia juga sangat berharap, agar lagunya itu bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Dan lewat lagu itu pula, curahan isi hatinya bisa tersampaikan terutama pada Kamila, wanita yang diam-diam telah menggetarkan hatinya sejak pandangan pertama di masa SMA dulu.
"Lalu apa kita jadi ke studio rekaman?" tanya Zando kemudian.
"Sepertinya kita tidak perlu terburu-buru datang ke sana. Kita lihat respon warganet dulu. Tadi aku sudah mengunggah lagumu ke media sosial,"
"Haahhh, kapan?"
"Baru saja, kalau respon mereka bagus, akan ada banyak studio musik yang menawarkan diri, untuk merekam lagumu," jelas Nino.
Zando berdiri dari duduknya lalu merangkul Nino. "Terimakasih ya, No. Aku malah tidak kepikiran untuk itu." Zando berkata dengan tulus.
"Pikiranmu hanya ada Kamila, mana bisa berpikir yang lain?" sindir Nino.
Zando menghela napasnya dalam-dalam, sehingga menarik perhatian Nino yang duduk di seberangnya.
"Kenapa? Ada yang kamu pikirkan?" tanya Nino sambil menatap ke arah Zando.
"Dua minggu lagi Hakan akan menikah. Kamu pasti kaget dengan siapa dia akan menikah," jawab Zando.
"Baguslah, teman kita sudah ada yang sold out satu. Terus masalahnya di mana? Apa kita kenal dengan calon istrinya?"
"Kenal banget sih, tidak. Tapi yang aku tahu, calon istrinya adalah teman Kamila."
"Apa ...? Yang benar saja kamu, Do? Memangnya siapa?"
Zando lantas membuka layar ponselnya, lalu masuk ke aplikasi chating berwarna hijau, dan memperlihatkan kartu undangan yang dikirim oleh Hakan padanya.
"Kamu dapat undangannya? Kok aku tidak di undang?" Nino mengambil ponsel Zando, untuk melihatnya dari dekat.
"Riyanti,...? Aku lupa siapa dia. Soalnya tidak pernah satu kelas dengannya."
"Dia itu satu kampung sama Kamila. Dan kata Hakan mereka satu sekolah dari SMP."
"Ya sudah, kalau kamu mau datang ke sana, nanti aku temani."
"Oh ya, No. Menurutmu apa aku bergabung saja dengan BJ Entertainment? Setelah aku baca proposalnya, banyak pointo yang menarik terutama tentang bagi hasil yang transparan dan saling menguntungkan."
"Kalau menurutku sih, nanti dulu. Kita lihat dulu respon unggahan lagumu. Jangan terburu-buru untuk bergabung dengan agensi manapun, aku tidak ingin kamu menyesal nantinya."
"Papa dan Mama, malah menyuruhku mendirikan agensi sendiri. Tapi aku masih ragu dengan kemampuanku."
"Aku rasa itu ide yang bagus, dan perlu dipertimbangkan. Dengan begitu kamu bisa fokus pada kariermu, kerja pun kamu juga bebas menentukan tanpa mendapat tekanan dari pihak lain."
"Menurutmu begitu, ya?
Tring tring tring tring .....
Bunyi notifikasi dari ponsel mengalihkan perhatian keduanya. Lantas Nino memeriksa ponsel miliknya, kemudian membukanya. Seketika matanya terbelalak.
"MasyaAllah,... cepat buka akun tok-tok mu, Do! Lihat apa yang terjadi!" Nino berteriak girang sambil loncat-loncat.
Zando segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Nino. Dia pun sama seperti sahabatnya, bahkan tak mampu berkata-kata. Lidahnya begitu kelu. Tidak percaya akan mendapatkan pencapaian seperti itu.
Lagu yang diunggah oleh Nino, belum ada hitungan jam sudah berhasil mendapatkan jutaan viewers, dan juga kebanjiran komentar positif. Zando benar-benar speechless dengan semua ini. Selanjutnya dia langsung sujud syukur diikuti oleh Nino.
.
.
.
.
.
Sementara itu di sebuah dusun kecil, tampak seorang gadis berlari-lari menuju ke sebuah rumah yang tidak jauh dari kediamannya. Dia adalah Fika. Secara tidak sengaja gadis belia itu menemukan akun tok-tok yang menayangkan lagu beserta liriknya yang sangat menyentuh hati. Dan setelah dia tap profilnya, ternyata itu akun milik management Zando. Maka dia pun berinisiatif memberitahukan hal itu pada Kamila kakak angkatnya.
"Kak Milky....Kak Milky!" teriak Fika dari luar.
"Woalaaah, Fika ...Fika! Kamu itu lho, mbok ya pelan-pelan kalau ngomong! Bocah kok sukanya teriak-teriakan, ada apa, to?" Ibu Rahayu keluar dari dalam rumahnya, ketika mendengar suara teriakan Fika.
"Hehehe ... a-anu Budhe, kak Milky-nya mana?" tanya Fika.
Ibu Rahayu menghela napas kasar sambil menyebikkan bibirnya, lalu menjawab, "Kakakmu lagi istirahat, jangan diganggu!"
"Yaaah ..." Fika menekuk mukanya kecewa. "Padahal ada yang ingin Fika tunjukkan sama Kak Milky." Fika mengerucutkan bibirnya.
"Memangnya apa to, yang mau kamu tunjukkan sama Kak Mila? Apa budhe boleh tahu?" tanya Ibu Rahayu.
"Iiih ... memangnya Budhe tahu, lagu anak jaman sekarang? Lagu-lagu ala-ala kpop gitu?"
"Wealaaah, jangan menghina kamu! Begini-begini budhe itu suka lagu-lagu jaman sekarang, loh! Coba lihat, sini!"
Mau tak mau Fika menyodorkan ponselnya pada Ibu Rahayu. Wanita paruh baya itu tampak serius menonton tayangan di ponsel Fika.
"Fika, memangnya ada hubungan apa to, video itu sama Nak Mila? Sampai kamu ingin menunjukkan padanya?" tanya Ibu Rahayu penasaran, seraya mengembalikan ponsel pada pemiliknya.
Fika bingung harus bagaimana. Dia takut jika jujur, Kak Milky-nya akan marah. Tapi kalau tidak jujur pasti mendapat omelan Budhenya.
"Fik ... Fika! Kamu dengar budhe tidak, sih?"
"Eeeh ... i-iya Budhe." Fika mendekat pada Ibu Rahayu, lalu membisikkan sesuatu di telinga wanita paruh baya itu.
Ibu Rahayu seketika tercengang, tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Kamu serius, Fika? Kamu tidak bohong, kan?"
"Astaghfirullah, Budhe! Masa iya Fika bohong, Kak Milky sendiri yang bilang!"
"Ada apa ini?" Kamila tiba-tiba muncul dari dalam rumah, membuat Ibu Rahayu dan Fika sontak menoleh ke arahnya.
"Duuuh,... senangnya lihat Ibu dan Fika kompak begini." Kamila tersenyum, lantas mendudukkan dirinya di samping Ibu Rahayu.
Melihat Kamila, Fika teringat tujuannya semula datang ke rumah itu. "Kak Milky, lihat ini, deh! Fika punya video viral." Fika menyodorkan ponselnya pada Kamila dan langsung diterima oleh wanita yang sedang hamil muda itu.
Kamila menyaksikannya dalam diam, lalu membekap mulutnya. Tampak setetes demi setetes airmata jatuh di atas layar ponsel milik Fika itu.
Ibu Rahayu menggeser duduknya, lalu merengkuh bahu anak angkatnya itu dan membawanya dalam pelukan.
"Tolong jawab dengan jujur pertanyaan ibu ya, Nak Mila," ucap Ibu Rahayu. Kamila menegakkan tubuhnya, lantas menatap ibu angkatnya itu.
"Apa benar dia adalah ayah dari bayi yang Nak Mila kandung?"
Kamila masih terdiam, dia menghela napas panjang, lalu menganggukkan kepalanya. "Iya benar, Bu. Dialah orangnya," jujur Kamila.
"Astaghfirullah al'adzim!"
...*...
.
.
.
.
.
mischa di gulung aja langsung /Facepalm/