Hasta dan Jesan menjalin hubungan tanpa di ketahui kedua orang tua Hasta karena sang Mama yaitu Sarah tidak merestui hibungan mereka karena status social yang mana Jesan hanya anak yatim piatu. Akan tetapi, Hasta tetap bertahan sampai tiga tahun lamanya membuat Sarah curiga dan mencari tau keberadaan Jesan hingga Sarah melakukan kekerasan pada Jesan hanya untuk menyuruhnya menjauhi Hasta.
Sarah menjodohkan Hasta dan Anjani sampai mereka menikah, tetapi pernikahan Anjani seperti di neraka baginya karena selama lima tahun mereka menikah Hasta tidak pernah sekalipun membalas cinta Anjani dan memilih kembali bersama dengan Jesan yang selama lima tahun tidak bertemu dan akhirnya mereka dipertemukan lagi. Lalu Hasta memutuskan menikah dengan cinta pertamanya.
Bagaimana kah nasib pernikahan Anjani, apakah gadis itu menerima jika suatu saat dirinya mengetahui pernikahan kedua suaminya?
happy reading😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 ( Panggilan Tuan adalah panggilan kesayangan untuk mu )
Jesan tidak terima perkataan sang kakak yang ingin pergi meninggalkan nya. Baru saja ia merasakan kebahagiaan yang mana suaminya telah kembali dan bersamanya kini ia harus kembali kehilangan keluarganya.
Hasta memeluk sang istri dari belakang berusaha menenangkannya,"Jangan sedih, kan masih ada aku bersama mu, sayang," ucap Hasta seraya mengelus lembut rambut Jesan.
"Aku tau, Tuan. Tapi aku juga ga mau ibu sama Ayah ninggalin aku juga kak Andrew. Apa mereka tidak ingin melihat anak ku lahir. Aku sudah tau kepergian mereka tapi kalau keadaannya seperti ini aku juga bingung," terang Jesan.
"Maksudmu?" tanya Hasta yang mana membuat Jesan memutar tubuh nya berhadapan dengan sang suami.
"Sebelum kita bertemu lagi memang kami berniat untuk tinggal di luar negri jika urusan perusahaan Kak Andrew sudah selesai. Tapi, sekarang aku sudah punya suami jadi ..."
Ucapannya terpotong karena Hasta menghindarinya,"Hmm ... Aku mengerti. Jadi, maksudmu karena kita bertemu lagi membuat mu tidak bisa ikut mereka. Yasudah, jika kau ingin ikut pergilah," Hasta melangkah pergi dengan perasaan yang sangat kecewa. Jesan bingung dengan respon Hasta yang menurutnya berlebihan.
Bukan maksud dirinya seperti itu. Tidak tau kah Hasta betapa berartinya keluarga Giandra yang sangat berjasa di dalam hidup Jesan. Terkadang pria yang menyandang CEO itu terlihat seperti anak kecil tidak terlihat seperti pria yang bijaksana dan berwibawa.
"Gimana sih. Kenapa malah dia yang ngambek, ish," kesal Jesan menghentakkan kakinya lalu ia berbaring di ranjang tidak ingin menyusul suaminya.
Hasta memilih ke taman samping dan duduk di sana seraya menatap ke arah kolam ikan sembari merenung.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Andrew yang tengah berdiri di samping Hasta yang sedari tadi ia tidak sedari keberadaan kakak iparnya itu.
"Anjani ... Ia datang dalam mimpiku dan membisikkan sesuatu," jawab Hasta.
"Apa? Lalu apa yang dia bisikkan padamu," tanya Andrew lagi penasaran seraya mengangkat satu alisnya ia merasa percaya tidak percaya dengan ucapan Hasta.
Hasta menggeleng tidak tau apa yang wanita itu bisikkan,"Aku keburu bangun karena napi yang lain membangunkan ku yang sudah bercucuran air mata," terang Hasta.
"Lalu , apa kau menyesal?" lirih Andrew.
"Ya, tentu saja aku sangat menyesal. Kenapa aku dari awal tidak menikahinya karena sama saja akhirnya akan seperti itu," ujar Hasta.
"Memang wanita itu menjadi bodoh jika menyangkut soal cinta," sindir Andrew.
"Tapi, Yasudah lah apapun yang ia bisikkan padamu. Jika itu sangat penting nanti nya juga kau akan tau, Hasta," lanjut Andrew dan ia pun melangkah pergi, tetapi Hasta menahan tangannya.
"Apa kau membenci ku, Ndrew," Andrew menarik sudut bibirnya.
"Kalau Iya, kenapa?" jawab Andrew.
"Maaf," hanya kata itu yang keluar dari mulut Hasta.
"Ck ... Dengar ya aku tidak munafik dengan mengatakan aku tidak membencimu Karena kepergian Anjani. Tapi, aku juga tidak ingin membenci pria yang paling adik ku cintai jadi lupakan saja. Aku memang membenci mu tapi aku bukan orang pendendam dan tidak ingin menghakimi siapapun itu sudah takdir ku. Sekarang aku hanya ingin melupakan nya agar aku bisa melanjutkan hidupku," terang Andrew melanjutkan langkahnya meninggalkan Hasta.
*
*
Malam harinya giliran Andrew berbicara pada sang adik tentang kepergiannya,"Kakak, jangan pergi," rengek Jesan memeluk erat Andrew dan Hasta hanya menahan kesal dari kejauhan melihat pemandangan yang membuat hatinya terasa panas. Pasalnya Andrew bukan kakak kandung.
"Jangan memeluk ku begini. Lihat tatapan suami mu, Jesan. Sepertinya ia akan menerkam Ku kapan saja," Jesan melihat ke arah Hasta, tetapi dia tidak peduli karena masih merasa kesal karena sikap suaminya yang seperti anak kecil.
"Biarkan dia, aku sedang kesal dengannya. Bukannya menenangkan ku malah dia berpikir aku menyesal.menikah dengannya. Kalo aku menyesal kenapa sampai berbadan dua begini! Aneh banget emang Tuan itu!" gerutu Jesan menatap tajam pada Hasta dan suaminya justru membuang pandangannya ke arah lain.
"Ya, memang suami mu itu sedang sensitif karena calon anak kalian. Bukan kau yang mengalami tapi malah Hasta," jelas Andrew.
"Kakak tau darimana, bukankah kakak belum punya istri yang sedang hamil?" tanya Jesan.
"Dari ibu. Dia pernah bilang waktu mengandung ku Ayah sama seperti apa yang di alami Hasta," Kesana mengangguk mengerti.
"Jesan, selama Kaka pergi dan tinggal di Paris kamu dan Hasta tinggal lah di sini jangan di apartemen. Di sini dekat dengan rumah sakit dan kau tidak perlu turun lift sendiri jika Hasta sedang bekerja," ucap Andrew.
"Baiklah kak. Kau jangan lupain adikmu di sini ya. Aku pasti sangat merindukan mu nanti," Jesan memeluk kembali Andrew dengan perasaan yang amat sedih.
"Yasudah, sudah malam. Waktunya Istirahat dan lihat suami menyebalkan mu itu yang sampai tertidur di sofa, " tunjuk Andrew membuat Jesan melongo melihatnya.
Andrew baru saja keluar dari kamar Jesan,"Gimana ... dia sudah tenang belum," tanya Aleta.
"Sudah, besok kita berangkat pagi-pagi sekali karena asisten ku sudah memberitahu kalau perusahaan kita yang di Paris mengalami banyak masalah Bu," terang Andrew.
Aleta hanya mengangguk dan kembali ke kamarnya untuk istrahat. Sedangkan Jesan ia menghampiri suaminya membangunkannya untuk pindah ke ranjang meneruskan tidurnya.
Namun, saat Jesan membalikan tubuhnya Hasta menarik tangannya membuat Jesan terjatuh di dalam pelukan Hasta seraya menahan tubuh sang istri karena ia sedang hamil takut membentur pada perutnya.
"Tuan ..." pekik.
"Bisakah kau tidak memanggil ku dengan sebutan itu, Jesan!" desis Hasta seraya mempererat pelukannya membuat deru napasnya sangat terasa di telinga. Jesan.
"Aku suka nama itu. Panggilan 'Tuan' adalah panggilan sayang untuk mu," jawab Jesan.
"Tapi, terasa asing di telingaku, sayang. Bisakah kau memanggilku dengan nama lain?" pinta Hasta yang terus saja menggoda Jesan.
"Tuan ... ah," desahan keluar dari mulut Jesan karena sedari tadi tangan Hasta tidak mau diam.
"Aku ingin menjenguknya, bolehkah," suara berat Hasta dan tatapan sayu nya pada Jesan membuat wanita itu yang mulai terbuai dengan sentuhan Hasta tidak bisa menolak.
Hasta mencium bibir Jesan seraya menggiringnya menuju ranjang. Dengan perlahan ia merebahkan tubuh sang istri dan langsung saja menanggalkan pakaiannya begitupun Jesan.
"Aku akan pelan-pelan melakukannya agar tidak melukai anak kita," ujar Hasta yang mana mulai melakukan aksinya.
Burung merpati yang sudah lama tidak kembali ke sarang nya itu pun mulai menemukan tempatnya berpulang, menikmati sensasi yang luar biasa yang dirasakan keduanya. Setelah sekian lama burung itu mengembara akhirnya Hasta bisa melampiaskan kerinduannya malam itu hingga puncak kenikmatan meliputi keduanya.
"Aku sangat mencintaimu, baby," bisik Hasta dengan napas yang masih memburu dan langsung saja memeluk tubuh Jesan dari belakang.
"Aku juga akan selalu mencintaimu," balas Jesan lalu keduanya menutup kedua matanya menuju mimpi indah dan rasa lelah setelah melepas rindu membuatnya tertidur sangat pulas melupakan sejenak masalah yang beberapa hari ini datang dalam hidup mereka.
*
*
Bersambung.