Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon adalah keempat CEO yang suka menghambur - hamburkan uang demi mendapatkan kesenangan duniawi.
Bagi mereka uang bisa membuat mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan seorang wanita sekalipun akan bertekuk lutut di hadapan mereka berempat demi mendapatkan beberapa lembar uang.
Sampai suatu hari Maxwell yang bertemu dengan mantan calon istrinya, Daniel yang bertemu dengan dokter hewan, Edric yang bertemu dengan dokter yang bekerja di salah satu rumah sakitnya, dan Vernon yang bertemu dengan adik Maxwell yang seorang pramugari.
Harga diri keempat CEO merasa di rendahkan saat keempat wanita tersebut menolak secara terang terangan perasaan mereka.
Mau tidak mau Maxwell, Daniel, Edric dan Vernon melakukan rencana licik agar wanita incaran mereka masuk ke dalam kehidupan mereka berempat.
Tanpa tahu jika keempat wanita tersebut memang sengaja mendekati dan menargetkan mereka sejak awal, dan membuat keempat CEO tersebut menjadi budak cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si_orion, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 9
Daniel terlalu kelelahan hari ini setelah pulang dari luar kota dia langsung menghadiri pesta perayaan hari jadi Cade's Corporations.
Bahkan dia belum sempat untuk pulang ke rumah. Akhirnya dia memutuskan untuk menyewa satu kamar hotel disana. Padahal sahabatnya sudah menawarkan wanita padanya, tapi malam ini Daniel benar - benar hanya ingin beristirahat dan tidur sampai pagi tiba.
Ting
Lift terbuka, tapi pemandangan yang Daniel dapatkan langsung tertuju pada dokter hewan cantik incarannya. Veronica Alvina.
Daniel melihat Veronica tengah menggandeng seorang pria, setelahnya pria itu masuk ke dalam kamar hotel sendirian, sementara Veronica berbalik berjalan menuju lift.
Pandangan mereka bertemu. Veronica langsung menunduk ringan memberi salam pada atasannya. “ selamat malam tuan Daniel."
Shit! Padahal tadi Daniel tak bernafsu dan ingin segera tidur. Tapı sialnya Veronica malah menunduk dan mempertontonkan belahannya di hadapan Daniel.
"Oh dr. Veronica, sedang apa kau disinı?" tanya Daniel menetralkan ekspresinya.
"Saya baru saja mengantar Ayah saya ke kamarnya. Anda menginap disını?" tanya Veronica basa basi.
Daniel mengangguk. "Ya, dan kau?"
"Saya akan pulang. Kalau begitu saya permisi." pamit Veronica kembali membungkuk ringan sebelum melangkah.
"Tunggu dr. Veronica. A-ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan perihal persiapan lahiran Woozi nanti. selagi aku ada waktu sekarang, bisakah kita membicarakannya malam ini?" alibi Daniel, tapı memang nyatanya Veronica diberikan tanggung jawab untuk menangani lahiran Woozi nanti.
Veronica terdiam, haruskah malam ini? Sekarang? Disini? Kenapa tidak besok saja di penangkaran? Aish, Veronica kan ingin segera pulang, ingin segera mandi dan luluran, lalu tidur.
"Y-ya, saya rasa bisa." mulut Veronica tak seiras dengan hatinya.
Hati Daniel tersenyum menang. "Baiklah, mari kita bicarakan di kamarku."
"E-eh kenapa tidak di restoran hotel saja, atau mungkin-"
"Ini sudah larut malam, aku tak ingin membuat dokterku, maksudku dokter anak - anakku sakit akibat angin malam." potong Daniel.
Veronica kembali mengangguk ragu dan melangkah mengikuti Daniel di belakang. Mereka kemudian masuk ke dalam unit kamar yang sudah Daniel pesan.
Pria itu menyuruh Veronica untuk duduk di sofa sedangkan dia menelepon asistennya untuk membawakan mereka minuman ataupun makanan.
"Kau ingin makan sesuatu, Veronica?" tanya Daniel dengan gaya informal membuat Veronica kaget.
"Y-ya? Tidak, maksudku tidak usah, tuan Daniel." jawab Veronica kaku.
Daniel mengangguk dan kembali berbicara dengan asistennya di telepon, sambil sesekali mencuri pandang pada bagian atas gaun Veronica yang memiliki potongan rendah sehingga menunjukkan belahan gadis itu.
"Jangan terlalu formal, kita sedang berada di luar lingkungan kerja. Santai saja." ucap Daniel setelah memutuskan teleponnya, pria itu lantas melepas jas dan duduk di depan Veronica.
Veronica jadi gugup ketika Daniel menatapnya intens seperti itu. Veronica merasa seperti sedang melakukan interview kerja dihadapan bos besar.
"J-jadi apa yang ingin Anda tanyakan?" tanya Veronica mencairkan suasana.
"Bagaimana kondisi satwa di penangkaran?" tanya Daniel sambil mengambil satu batang rokok dan menyulut ujungnya dengan korek api.
"Kondisi mereka cukup baik sejauh ini, Hoshi dan Woozi mulai dipisahkan dan mulai disiapkan kandang serta persiapan lainnya untuk kelahiran Woozi. Thunder dan Zola mulai memasuki masa kawin. Burung merak mereka juga mulai bertelur. Untuk yang lainnya mungkin belum ada laporan perkembangannya." tutur Veronica.
Daniel mengangguk, dia menepukkan rokoknya pada asbak sebelum menghisapnya kembali.
Obrolan mereka berlanjut seputaran kondisi penangkaran milik Daniel, atau lebih tepatnya Daniel yang mendengarkan penjelasan Veronica.
Daniel hanya menjadikan kondisi penangkarannya sebagai alibi untuk membawa Veronica ke kamarnya, sebab dia sudah mengetahui kondisi penangkarannya dari Ben yang merupakan kepala penangkarannya disana.
Obrolan mereka terjeda ketika asisten Daniel datang membawakan beberapa kaleng soda serta dua botol wine.
Daniel menuangkan menuangkan winenya ke dalam dua gelas, satu untuknya dan satu untuk Veronica. Namun Veronica menolaknya dan lebih memilih soda kaleng.
"Kau tak suka alkohol?" tanya Daniel sebelum menyesap winenya.
"Aku tidak terlalu suka dengan jenis minuman beralkohol. Kadar toleransiku rendah terhadap alkohol." jawab Veronica.
Daniel mengangguk sambil menyeringai menatap Veronica yang tengah meneguk soda dalam kaleng itu. Asistennya benar-benar pintar.
"Jadi, ceritakan tentangmu Nona Veronica." ucap Daniel yang bersandar pada sandaran sofa tapi tatapannya tetap terpaku pada Veronica.
"T-tentangku?" tanya Veronica, dia menyipitkan matanya ketika pandangannya memburam. Kepalanya terasa pening sekarang, padahal dia hanya meminum soda tadi.
"Ya."
"Aku? Namaku Veronica Alvina, nama Ayahku George, nama Ibuku Naomi. Aku anak tunggal, dan aku bercita - cita ingin menjadi dokter hewan sejak SHS. Kau tahu, alasanku menjadi dokter hewan adalah karena aku tergila - gila pada seseorang." racau Veronica, benar kata gadis itu, dia memiliki kadar toleransi yang rendah terhadap alkohol. Padahal asistennya hanya menyuntikkan sedikit alkohol ke dalam soda kaleng itu.
"Siapa?" tanya Daniel penasaran.
Veronica terkekeh, tubuhnya sudah bersandar di sandaran sofa. "Rahasia." jawabnya.
"Kau tak takut pada hewan buas?"
Veronica meneguk lagi soda kaleng itu. "Padahal aku hanya minum soda, tapi kenapa kepalaku pening." gumam Veronica.
"Apa yang kau takuti?" tanya Daniel lagi.
"Tidak ada." jawab Veronica menggerakkan telunjuknya ke kanan dan kiri.
Veronica mulai meracau, bertingkah aneh, bahkan menurunkan salah satu tali dressnya. "Kenapa disini panas sekali? Apakah tak ada AC?" gumam Veronica sambil mengibas-ngibaskan rok dressnya, membuat Daniel bisa melihat dalaman gadis itu.
Daniel berdesis, dia sudah tak sanggup lagi untuk menahan. "Oke, aku tak bisa menahannya lagi. Kau yang memancingku, Nona."
***
Di pagi hari, Veronica terbangun dengan tubuh yang terasa remuk. Dia mengerjapkan matanya menatap sekitar. Ini bukan kamarnya, dimana ini?
"Morning, dear."
Kepala Veronica menengok ke arah kırı dan mendapatı Daniel yang tengah duduk bersandar di kepala ranjang sambil merokok dan mengotak-atık ponselnya.
Wait! Daniel telanjang dada?
Veronica langsung menunduk dan membuka selimutnya. Tubuhnya tidak terbalut apapun kecuali selimut yang menyelimutinya dan di bagian pusatnya terasa sakit. Apa itu artinya mereka berhubungan semalam? Daniel mengambil keperawanannya semalam? Astaga.
"A-apa yang kau lakukan? K-kau memperkosaku?!" teriak Veronica menarik selimut menutupi dadanya.
"Memperkosa? Kau bahkan bermain di atasku, semalam." jawab Daniel santai.
"I-ini sungguh tidak lucu! Aku akan melaporkanmu! Dasar bajingan!" teriak Veronica mulai menangis.
"Laporkan saja, sayang, dan setelah itu video panas kita akan tersebar." jawab Daniel lagi dengan santai.
Veronica mendongak. "M-maksudmu apa?"
Daniel menunjukkan layar ponselnya pada Veronica. Di ponsel itu sedang memutar sebuah video panas dimana Veronica sedang bergerak liar diatas Daniel.
Veronica menganga tak percaya. Dia bukan gadis murahan yang bergerak liar seperti itu diatas pria lain. Dia bahkan tak pernah menonton video mesum, dia bahkan tak tahu bagaimana caranya bercinta. Tapi bagaimana bisa dia memimpin permainan semalam?
"Kau pasti memasukkan sesuatu ke dalam kaleng soda itu semalam!" tuduh Veronica yang mulai berani menunjuk Daniel.
Daniel mengangguk. "Ya, tapi lebih tepatnya asistenku yang melakukannya."
"KAU GILA! KAU BENAR-BENAR GILA! PRIA MESUM, BAJINGAN BRENGSEK, KAU SUDAH MENGAMBIL KEPERAWANANKU. KAU MENGHANCURKAN HIDUPKU!" teriak Veronica melempari Daniel dengan bantal.
"Aku hanya mengambil keperawananmu, bukan menghancurkan hidupmu." ucap Daniel.
"BAJINGAN SIALAN!" teriak Veronica menangis.
Daniel mendekat pada Veronica lalu membelai pipinya sensual. "Setelah inı, kau tak akan pernah bisa lepas dariku, dokter."