Dijual oleh ibu tiri ke pada seorang duda kaya berumur 40 tahun tidak serta merta membuat Citara bahagia.
Kekejaman pria beranak dua itu menjadikan Citara sebagai pelampiasan hasratnya.
Sampai sebuah fakta mengejutkan diketahui oleh Citara. Jika, pria yang dinikahinya bukan pria biasa.
Sisi gelap dari pria itu membuat Citara menjulukinya dengan sebutan Monster Salju. Pemarah, dingin, misterius dan mengerikan.
Akankah Citara mampu meluluhkah hati ayah dan anak itu? Simak kisahnya hanya di "Pelampiasan Hasrat Suami Kejam "
Author : Kacan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHSK 29
Kaki mulus itu semakin mendekati si pria yang tengah menyandarkan diri di bathtub, jantung Citara berdebar tidak karuan, sesungguhnya Citara merasa tidak berani. Namun, dirinya tidak bisa mundur.
Tatapan tajam dari mata Varen seakan menelan-jangi tubuh Citara yang masih terlindungi oleh pakaian rumahan.
Pelan tapi pasti, Citara sudah berada di sisi Monster Salju. Kepalanya tertunduk dalam, Citara nyaris tidak bergerak.
Padahal tadinya ia sudah bertekad untuk menikmati. Namun, nyatanya tidak semudah saat ia mengucapkannya.
“Ke marilah!” titah Varen seraya menggerakkan mata.
Citara yang sedari tadi menunduk tentu tidak mengetahui ke mana arah mata Varen menunjuk, sehingga dengan enggan wanita itu mengangkat kepalanya.
“Ya?” tanya Citara bingung.
Varen menggeram kesal, bahkan tangan kekar pria itu sampai mencengkram pinggiran bathtub. Ia benar-benar mudah terpancing jika itu berkaitan dengan Citara.
“Buka seluruh pakaianmu dan naik ke sini.” Arah mata Varen menunjuk ke bawah.
Citara mengikuti ke mana arah mata Varen menuju, dan detik itu pula Citara kesulitan menelan salivanya sendiri.
Tenggorokan wanita itu terasa tercekat. Citara tidak dapat membayangkan jika dirinya harus duduk di atas pangkuan si Monster Salju disaat Monster Salju itu tidak mengenakan apa pun.
“I-iya, Tuan.”
Sialnya Citara mengiyakan perintah dari suami berhati dinginnya itu, tidak tahukah Citara jika saat ini otak Varen sudah merencanakan hal-hal yang tidak biasa, dan bisa saja Citara pingsan saat itu juga karena ulah Varen.
Varen menajamkan penglihatannya, ia memperhatikan gerakan tangan Citara yang terlihat begitu lambat di matanya.
“Sial!” umpat Varen.
Pria itu sudah sangat tidak sabar melihat gerakan Citara yang lamban seperti siput, jadilah ia berdiri dan langsung merobek paksa apa yang dikenakan oleh Citara.
Gerakan tangan Citara berhenti seketika. Mata wanita itu membola, mulutnya nyaris terbuka lebar.
Diperlakukan seperti itu secara mendadak tentu membuat Citara terkejut bukan main. Tapi, bukankah Varen sudah beberapa kali merobek apa yang dirinya kenakan?
Belum hilang rasa keterkejutan yang melandanya, kini Citara semakin dibuat tidak percaya ketika tangan kekar itu mengangkatnya secara tiba-tiba, lalu mendudukkannya di atas pangkuan Monster Salju.
Deg! Deg!
Mendadak tubuh Citara merinding, ia dengan jelas bisa merasakan apa yang didudukinya saat ini. Ada sebuah benda yang mengganjal di bawahnya, dan ya, itu sangat tidak nyaman bagi Citara, berbeda dengan Varen yang menggeram seperti monster kelaparan.
“Unghh, a-apa yang tuan lakukan?” Citara menahan suara indahnya saat Varen dengan sengaja menekan pinggulnya.
“Diam!” bentak Varen.
Tubuh Citara tersentak kaget, suara pria itu nyaris memekakkan telinganya.
Citara tidak lagi bertanya, ia tidak berani bersuara kecuali mende-sah, menge-rang, dan mele-nguh seperti yang Varen inginkan.
Setiap sentuhan yang Varen berikan tidak ada lembut-lembutnya, berulang kali pria itu menghentakkan pinggulnya dengan kasar.
Karena itu Citara sampai berpegangan kuat pada pinggiran bathtub agar tubuhnya tidak terdorong ke depan.
Busa-busa yang memenuhi bathtub sudah tumpah tak beraturan akibat ulah si Monster Salju.
Stamina yang pria itu miliki mampu membuat Citara kewalahan untuk mengimbanginya.
Napas keduanya terengah dalam aktivitas penuh gelora has-rat yang membara. Berulang kali Citara mengeluarkan suara desa-han yang semakin memantik semangat Varen dalam memacu.
“Ah shittt!” rancau Varen untuk yang kesekian kalinya.
Citara semakin mengeratkan pegangan tangannya pada pinggiran bathtub saat mengetahui Varen akan segera mendapatkan pelepasannya.
Pria itu dengan beringas menekan pinggang Citara lebih dalam sampai senjatanya menghujam semakin dalam.
Mata Citara terpejam saat merasakan sesuatu yang hangat masuk ke dalam miliknya, detik berikutnya ia terkulai lemas di atas pangkuan Varen seraya bersandar di dada bidang pria itu.
***
Dua hari telah berlalu setelah kejadian di kamar mandi yang begitu panas, kini Citara menjalani hari-harinya seperti biasa. Yaitu, berada di dalam mansion mewah milik si Monster Salju.
Di kamar yang didominasi dengan warna putih dan dilengkapi ornamen-ornamen bergaya modern.
Citara merebahkan diri di atas ranjang empuk dengan tangan terbentang lebar, mata wanita itu mengerjap pelan seraya mengusap perutnya yang terasa begitu penuh setelah sarapan pagi.
Deg!
Seketika mata beririskan hitam itu membelalak lebar kala sekelebat kekhawatiran merundung perasaannya.
“Ya tuhan, bagaimana ini?” Sontak Citara beranjak dari posisi berbaringnya menjadi duduk.
Wajah Citara terlihat begitu tegang, bibirnya juga sedikit bergetar. Ada hal yang begitu mengganggu perasaan dan pikirannya.
“Dia sering sekali menjamah tubuhku, bagaimana jika aku hamil?” gumam Citara lirih.
Dengan perlahan Citara menarik napas lalu menghembuskannya, hal itu dilakukan Citara berulang kali sampai hatinya sedikit tenang.
“Semua akan baik-baik saja.” Citara mengepalkan kedua tangan dengan usaha meyakinkan diri. “Ya, semua akan baik-baik saja, bukankah Monster itu sudah berumur 40 tahun. Jadi … aku tidak mungkin hamil, ‘kan?”
Perasaan Citara cukup lega sekarang, wanita berumur 20 tahun itu meyakini pikiran tentang dirinya yang tidak akan hamil karena merasa umur Varen tidak lagi muda.
Namun, baru sebentar kekhawatiran itu surut, tiba-tiba perutnya terasa seperti diaduk-aduk.
Rasa yang bergejolak di dalam perutnya membuat wanita berlesung pipi itu buru-buru beranjak, lalu berlari menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.
Begitu sampai di depan wastafel, Citara langsung mengeluarkan isi perutnya. "Hoek hoek."
Mata Citara menatap nanar pada makanan yang keluar dari mulutnya.
Ia menyalakan keran air, membiarkan muntahannya hilang tersapu ke dalam lubang kecil yang ada di wastafel.
Setelahnya ia segera membasuh mulutnya dari sisa-sisa noda.
"Ahh, kenapa kepalaku jadi ikut pusing?" Citara memijat kepalanya yang berdenyut nyeri.
Tubuh wanita berlesung pipi itu terasa lemas dan tak bertenaga setelah rasa mual menghantam dirinya.
"Apa aku hamil?" gumam Citara lirih.
Citara mengusap perutnya yang datar dengan perasaan campur aduk. Takut, tidak siap, dan enggan untuk mengandung benih si Monster Salju.
"Bagaimana ini?" Kepala Citara semakin terasa berat karena beban yang diembannya saat ini.
Dunia terasa berputar, Citara berpegangan pada pinggiran wastafel saat dirinya kesusahan untuk berdiri tegak.
Benda-benda di sekitarnya seperti gelombang yang bergoyang, ia meringis saat rasa sakit semakin mendera kepalanya.
"Ahhsst."
Denyut di kepala yang semakin menjadi-jadi membuat Citara memutuskan untuk kembali ke ranjangnya.
Saat salah satu kaki hendak melangkah pandangan Citara mendadak kabur, dan detik berikutnya keadaan sekitar berubah gelap.
Tubuh Citara limbung, wanita dengan lesung pipi itu jatuh pingsan di atas lantai kamar mandi yang dingin.
Bersambung ….
Citara kenapa tuh? Apakah Citara benar-benar hamil anak si Monster Salju?
Halo bunda-bunda dan akak-akak cantik sekalian, maaf Othor baru muncul lagi. Selama bulan ramadhan Othor updatenya malam ya.
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Salam sayang dan hangat dari Othor untuk para readers yang syantik dan guanteng.
udh skian purnama telah di lewati, gk muncul2 jga bnus chapterny