Setelah ibu mertuanya meninggal, Zara Hafizah dihadapkan pada kenyataan pahit. Suaminya, yakni Jaka telah menceraikannya secara tiba-tiba dan mengusirnya dari rumah. Zara terpaksa membesarkan anaknya yang masih berusia 6 tahun, seorang diri
kehidupan Zara semakin membaik ketika ia memutuskan hijrah dan bekerja di Ibu Kota.
Atas bantuan teman dekatnya,
Suatu hari, Zara bertemu dengan Sagara Mahendra, CEO perusahaan ternama dan duda dengan satu anak. Sagara sedang mencari sosok istri yang dapat menjaga dan mencintai putrinya seperti ibu kandungnya.
Dua orang yang saling membutuhkan tersebut, membuat kesepakatan untuk menikah secara kontrak.
Sagara membutuhkan seorang istri yang bisa menyayangi Maura putrinya dengan tulus.
Dan Zara membutuhkan suami yang ia harap bisa memberinya kehidupan yang lebih baik bagi dirinya serta Aqila putrinya.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka selanjutnya, akan kah benih-benih cinta tumbuh di antara mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maafkan Papah, Maura.
Kini hidangan yang telah di pesan oleh Sagara sudah berada di atas meja makan, tidak tanggung-tanggung, Sagara memesan makanan yang banyak sehingga meja tersebut penuh oleh makanan yang ia pesan, aroma yang menggiurkan dari makanan tersebut telah membuat Zara menelan saliva nya.
"Ayo sebaiknya kau makan terlebih dahulu, kau pastinya belum pernah kan makan makanan seperti ini? Kau harus memiliki banyak tenaga agar bisa bekerja secara maksimal di Hotel milikku !"
Entah kenapa setelah Tuan Sagara berkata seperti itu, selera makannya mendadak hilang, ia merasa telah di rendahkan oleh Sagara.
"Saya sudah kenyang, sebaiknya anda saja yang makan!"
Sagara malah tersenyum atas jawaban Zara."Sayang loh makanan semahal ini kalau tidak di makan, kau belum tentu bisa membelinya, aku sengaja memesan makanan paling mahal di hotel ini!" kali ini Sagara benar-benar telah menyinggung perasan Zara.
"Justru makanan mahal ini tidak cocok dengan lidah rakyat jelata seperti saya, kalau sudah tidak ada yang di bicarakan lagi, saya mohon pamit untuk kembali bekerja, karena jam istirahat saya sudah habis, Tuan?" ucapnya yang kemudian beranjak dari tempat duduknya. Sagara tidak bergeming, ia malah asik menikmati hidangannya.
Kemudian Sagara menoleh ke arah Zara, hanya punggungnya saja yang terlihat semakin menjauh.
"Kenapa kau begitu keras kepala sekali, sifatmu sama persis seperti Naura, akh kenapa aku jadi membandingkan mu dengan mendiang istriku?
Lalu Sagara membuka ponsel miliknya, di lihatnya foto mendiang Naura, yang selalu ia pandangi setiap saat.
"Naura, seandainya kamu masih ada di dunia ini, mungkin aku tidak akan merasa sangat kesepian seperti ini, hidupku terasa hampa tanpamu!" lalu Sagara menyudahi segala aktivitas nya, kemudian ia kembali ke perusahaan.
Setibanya di perusahaan, sagara merasa cukup kelelahan akibat pekerjaan yang setiap harinya selalu menumpuk, semenjak kematian ayahnya tiga tahun yang lalu, kini semua tugas dan tanggung jawab perusahaan telah di alihkan padanya.
Sagara malah tertidur di atas kursi kebesarannya. Jhon yang menyaksikan Tuannya tertidur dengan lelap, ia tidak berani membangunkannya, karena Jhon sangat tahu sifat Tuannya jika sampai terusik, dia pasti akan mengamuk seperti seekor singa yang mengaung. Akhirnya Jhon memutuskan untuk pergi keluar dan duduk di meja kerjanya yang berdampingan dengan sekertaris Yolanda.
"Pak, apa bapak mau di buatkan kopi? Kebetulan aku mau ke pantry?" tawarnya sambil beranjak dari tempat duduknya.
"wah kebetulan sekali Yola, kau memang sekertaris yang paling pengertian, buatkan untukku kopi hitam tanpa gula." ucapnya sambil melempar senyum ke arah Yolanda.
"Siap laksanakan pak komandan!" jawabnya sembari memberi hormat.
"Mas Saga, kau jahat! Kenapa kamu memperlakukan anak kita dengan seperti itu? Kau telah menyakitiku,? Apakah kau tidak bisa menghargai semua pengorbanan ku selama ini? Kau selalu mendambakan seorang anak, tapi setelah tuhan mengabulkan keinginanmu, kau malah menyia-nyiakan nya, kasihan Maura, dia butuh sosok seorang ibu yang tulus menyayanginya.
Kemudian muncul Maura sedang memeluk Zara.
"Papah, aku ingin Bunda Zara yang menjadi Mamah sambung ku, Papah harus mengabulkan permintaanku, kalau tidak aku lebih baik pergi untuk menyusul mamah Naura di surga!" ucap Maura yang kemudian di bawa pergi oleh Naura yang berpakaian serba putih tersebut.
"Mauraaaaa!" teriak Sagara menyadarkan dirinya dari tidur lelapnya, rupanya ia telah bermimpi buruk, nafasnya sempat tersengal, dadanya tiba-tiba menjadi sesak kemudian sekujur tubuhnya di penuhi oleh keringat sebesar biji jagung.
Mendengar Tuannya berteriak, Jhon buru-buru menerobos masuk ke dalam.
"Tuan, anda kenapa? Apakah anda baik-baik saja?" tanya Jhon mulai khawatir.
"Aku baik-baik saja Jhon, sepertinya aku kurang enak badan, aku akan pulang lebih awal, aku titip perusahaan padamu, jika ada berkas yang harus aku tandatangani, kau letakan saja di atas meja kerjaku!" perintah nya, Lalu Sagara bergegas untuk pulang ke rumahnya.
Setibanya di kediamannya, entah kenapa tiba-tiba saja Sagara merindukan sosok Maura, ia pun mencari keberadaan putrinya yang saat ini sedang menyendiri di taman belakang sambil menikmati udara di sore hari dan juga tanaman bunga anggrek putih milik mendiang ibunya.
Perlahan Saga mulai melangkahkan kedua kakinya menuju taman, di lihatnya putrinya sedang termenung, sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
"Kau sedang apa di sini?" tanyanya berbasa-basi.
Kemudian Maura menoleh, ia tidak menyangka jika Papahnya telah menyapa dirinya, raut wajahnya yang semula terlihat kusut, kini telah berubah menjadi berseri-seri
"Papah, kau menyapaku?"
Mendengar putrinya berkata seperti itu, entah kenapa Sagara semakin merasa bersalah, dirinya tersadar jika selama ini telah mengabaikan kehadiran putri kecilnya. Lalu Sagara berjongkok agar bisa sejajar dengan putrinya yang sedang duduk manis di atas kursi roda.
"Maaf, tolong maafkan Papahmu ini Maura, Papah sangat menyesal karena selama ini telah mengabaikan mu!" Sagara tidak kuasa untuk tidak menahan air matanya, rasa penyesalan dirinya kepada putri kecilnya kian menyeruak, ia benar-benar merasa sangat berdosa karena telah menyia-nyiakan maura.
"Pah, Papah tidak usah meminta maaf, Maura sudah memaafkan Papah, Maura sayang sama papah!" balasnya sambil menangis, kini air matanya telah membasahi pipinya, Sagara pun buru-buru memeluk tubuh kecil Maura dengan erat nya, untuk pertama kalinya Maura merasakan pelukan hangat dari Papah kandungnya, sebuah pelukan yang selalu ia rindukan dan dambakan selama ini
Nyonya Jelita dan juga Suster Mira ikutan terharu saat melihat Tuan Sagara memeluk Maura.
"Mulai detik ini, Papah janji tidak akan pernah menyia-nyiakan kamu lagi Nak, Papah benar-benar sangat menyesal, kau tahu Maura, tadi saat di kantor Papah bermimpi bertemu dengan Mamah Naura, Papah di marahi karena sudah mengabaikan mu, dan ini pertama kalinya Papah memimpikan Mamahmu,setelah Mamahmu meninggal enam tahun yang lalu, rasanya begitu nyata seperti di depan mata.
'Terimakasih Yaa Robb, engkau telah mengabulkan semua doaku, sehingga Papah ku akhirnya tersadar atas semua kesalahannya, dan terimakasih juga untuk Mamah Naura, yang selalu hadir menemaniku meskipun hanya sebatas mimpi!' batinnya sangat penuh dengan rasa syukur
"Pah, masalah kejadian kemarin malam, Papah tidak memecat Bunda Zara kan?" tanyanya penuh selidik.
"kenapa kamu malah membahas wanita itu? Kau sudah membuat Papahmu ini menjadi bad mood saja, Maura!" gerutunya menatap tidak suka ke arah Maura.
"Pah, aku sangat menyayangi Bunda Zara, dan juga Lala! Papah jangan pecat Bunda Zara ya, apa Papah tega lihat Lala gak jadi operasi transplantasi ginjal?"
Mendengar Maura berkata seperti itu, Saga cukup terkejut.
"Apa Maura? Transplantasi ginjal?" tanya nya tidak percaya.
"Iya Pah, Bunda Zara sedang membutuhkan banyak biaya untuk operasinya Lala, jadi Maura mohon sama Papah jangan pernah memecat Bunda Zara, janji!" pintanya sambil menaikan jari kelingkingnya, Sagara sempat kebingungan.
"Ayo Pah, mana jari kelingkingnya Papah?" pinta Maura kembali.
Akhirnya Sagara mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Maura.
Kemudian Maura tersenyum senang.
"Tenang saja Maura, Papah janji tidak akan pernah memecat Zara, dia akan tetap bekerja di perusahaan nya Papah!" ucapnya membuat Maura tersenyum bahagia.
"Terimakasih Papah, Maura sangat bahagia sekali, tapi aku akan jauh lebih bahagia jika Bunda Zara bisa menjadi Mamah sambung ku!" cakapnya dengan sengaja ingin menggoda Papahnya, padahal Maura sangat berharap itu semua bisa terjadi.
"Apa? Kau jangan minta yang aneh-aneh Maura, Papah akan marah jika kamu mengatakan hal yang barusan!" Sagara malah merasa jengkel atas permintaan dari putrinya.
'Kenapa kau begitu menyukai wanita itu, Maura? Apa kelebihan dari wanita menyebalkan itu? Cih..aku saja sangat membencinya.' umpatnya dalam hati.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
sabar saga tunggu halal 😁