NovelToon NovelToon
Simpanan Tuan Anjelo

Simpanan Tuan Anjelo

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak
Popularitas:47k
Nilai: 5
Nama Author: Ama Apr

Zeona Ancala berusaha membebaskan Kakaknya dari jeratan dunia hina. Sekuat tenaga dia melakukan segala cara, namun tidak semudah membalikan telapak tangan.

Karena si pemilik tempat bordir bukanlah wanita sembarangan. Dia punya bekingan yang kuat. Yang akhirnya membuat Zeona putus asa.

Di tengah rasa putus asanya, Zeona tak sengaja bertemu dengan CEO kaya raya dan punya kekuasaan yang tidak disangka.

"Saya bersedia membantumu membebaskan Kakakmu dari rumah bordir milik Miss Helena, tapi bantuan saya tidaklah gratis, Zeona Ancala. Ada harga yang harus kamu bayar," ujar Anjelo Raizel Holand seraya melemparkan smirk pada Zeona.

Zeona menelan ludah kasar, " M-maksud T-Tuan ... Saya harus membayarnya?"

"No!" Anjelo menggelengkan kepalanya. "Saya tidak butuh uang kamu!" Anjelo merunduk. Mensejajarkan kepalanya tepat di telinga Zeona.

Seketika tubuh Zeona menegang, mendengar apa yang dibisikan Anjelo kepadanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ama Apr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35

"Anjel! Semalam kamu tidur di mana? Dan Si Nela ke mana, kenapa dia tidak ada di kamarnya?!" Vivian langsung memberondong Anjelo dengan beberapa pertanyaan sekaligus. Guna menyembunyikan rencana busuknya. Dia harus berakting seolah dirinya tidak tahu menahu soal apa yang dilakukan Nela tadi malam pada Anjelo.

"Aku tidur di apart. Peduli set*n dengan pembantu tidak bermoral itu!" bentak Anjelo. Emosinya kembali membuncah.

Vivian sampai terlonjak di tempatnya sebab melihat perubahan wajah Anjelo yang mengerikan. Serupa dengan singa yang direbut hewan buruannya. Untung dia bergerak cepat. Menyuruh Nela untuk keluar dari rumah. Kalau tidak, rencana busuknya pasti akan terbongkar.

"Apa yang kamu bicarakan, Anjel?! Kenapa kamu terlihat begitu marah? Kenapa kamu menyebut Nela dengan sebutan pembantu tak bermoral?" tanya Vivian pura-pura tidak tahu.

Anjelo membuang napas kasar. "Semalam, dia memasukkan obat perangs**g ke minumanku!"

"A-APA?!" Senatural mungkin, Vivian memasang wajah kaget. "Ke-napa bisa seperti itu? Apa tujuan dia?"

"Mana aku tahu!" Bentakan Anjel membahana. "Kau yang terlalu asal-asalan mencari pembantu. Untung saja tadi malam, aku bisa mengontrol diri. Kalau tidak ... bayangkan saja sendiri apa yang akan terjadi!" Usai mengatakan hal itu, Anjelo berlalu masuk ke kamar mandi.

"Huuh! Syukurlah. Anjel tidak curiga dan memperpanjang masalah ini. Untung aku gerak cepat!" monolog Vivian sambil mengelus dada.

*****

"Kak, ayo sarapan dulu!" Zalina yang sedang memakai baju menolehkan kepala pada Zeona yang berdiri di ambang pintu kamar.

"Iya Zeo. Sebentar, Kakak pakai baju dulu," sahutnya memberi tahu.

Dengan setia, Zeona menunggu kakaknya. Meraih tangan kurus Zalina dan menuntunnya. "Kakak harus sarapan yang banyak, hari ini 'kan jadwalnya Kakak ke rumah sakit," beri tahu Zeona mengingatkan.

"Iya Zeo. Kakak tahu. Tapi sejujurnya, Kakak malas melakukan kemo lagi. Lihatlah ini!" Pandangan Zeona teralihkan. Dari memandangi wajah kakaknya menjadi memandangi rambut. "Rambut Kakak mulai rontok, Zeo," ucap Zalina dengan bibir bergetar. "Mungkin sebentar lagi, Kakakmu ini akan botak." Memejamkan mata seraya mengusap rambut. Helaian demi helaian rambut hitam itu berjatuhan, bersamaan dengan air mata yang juga ikut luruh.

"Kakak ..." Zeona menggigit bibir bawahnya berusaha menahan air matanya yang juga ingin menerobos keluar. "Jangan bicara seperti itu! Pokoknya Kakak harus terus melakukan pengobatan. Kakak jangan mengkhawatirkan soal rambut yang rontok, karena kata Dokter Denis, jika sudah sembuh nanti, rambut Kakak akan tumbuh lagi. Bagi aku, mau Kakak botak ataupun tidak ... Kakak tetap cantik. Aku sayang Kakak!" Air mata itu akhirnya tumpah juga.

Hampir setiap pagi, kakak beradik itu selalu menangis bersama. Meratapi nasib mereka yang belum kunjung meraih bahagia.

"Untungnya hari ini aku nggak ada kuliah pagi. Jadi bisa nganterin Kakak ke rumah sakit. Syukur! Syukur!" Zeona bermonolog sambil menunggu kakaknya yang sedang melakukan kemoterapi di ruangan khusus. Memainkan ponsel untuk mengusir rasa jenuh.

"ZEONA!" Seketika gadis berkaos putih itu mengangkat wajah. Mengalihkan tatapan dari layar ponsel ke sumber suara.

"Kak Meta!" Yang dipanggil namanya mengulas senyum ceria. "Kak Meta apa kabar?" sapa Zeona seraya berdiri dari duduknya.

"Kabarku baik, Zeo." Meta merangkul Zeona dan cipika cipiki. "Kamu sakit? Jangan bilang kalau Mas Anjel bikin kamu demam lagi," bisik Meta terkikik.

"Ish, Kak Meta apaan sih! Aku nggak sakit!" tampik Zeona dengan cepat. Mengingat kejadian malam pertama itu membuat Zeona malu. "Aku lagi nungguin Kakakku." Zeona menjelaskan.

Angguk-angguk Meta mendengarnya. "Kakak kamu sakit apa?" Penasaran karena Zeona berdiam diri di dekat ruang khusus kemoterapi.  Pikiran Meta langsung tertuju pada penyakit kanker.

"Sakit kanker rahim, Kak."

Membola mata Meta mendengarnya. Bibir mungilnya sedikit terbuka. "Ya Tuhan ... Zeo, aku turut prihatin." Selanjutnya, Meta memeluk tubuh Zeona. "Yang sabar ya, Zeo. Semoga Kakakmu cepat sembuh." Dugaan Meta tidak meleset.

"Aaamiin. Makasih atas doanya, Kak," ujar Zeona setelah pelukan mereka terurai.

"Sama-sama. Semangat ya Zeo. Bilang juga pada Kakakmu untuk tidak putus asa!" Meta menepuk-nepuk pundak Zeona. Hatinya mendadak teriris. Teringat akan almarhum Ibunya yang juga mengidap kanker, tapi bukan kanker rahim melainkan kanker darah.

"Siap Kak!" Zeona mengangkat jempolnya. "Kak Meta tugas di sini?"

"Iya Zeo. Aku baru dua bulan yang lalu dipindahkan ke rumah sakit ini. Eh, udah dulu ya, ngobrolnya. Aku harus kembali ke ruanganku lagi. Kapan-kapan kita sambung lagi!" ujar Meta berpamitan.

"Iya, Kak!" Zeona membungkukkan setengah badan lalu membalas lambaian tangan Meta.

Tak lama setelah kepergian Meta, Dokter Denis keluar ruangan. Dia memberitahukan kalau proses kemoterapi untuk sesi hari ini sudah selesai. Zeona pun menemui Kakaknya.

Zalina terbaring lemah di atas hospital bed dengan sebelah tangan yang terpasang infus.

"Kak, sebentar lagi aku harus berangkat kuliah. Kakak baik-baik ya, di sini. Aku udah nitipin Kakak Sama Suster Ira. Nanti, pas udah selesai kuliah ... aku ke sini lagi," beri tahu Zeona yang dibalas anggukan lemah oleh Zalina.

"Hati-hati Zeo. Semoga kuliahnya lancar." Zalina mengusap kepala Zeona. "Semangat calon arsitek!" Dalam senyuman itu, tersembunyi sebuah kesedihan yang mendalam dan juga tanda tanya besar buntut kejadian semalam. Zalina masih bertanya-tanya, apa yang disembunyikan Zeona dari dirinya. Bayang masa lalu berkelebatan. Saat dirinya melayani Tuan Rodrigo, seorang pengusaha asal Brazil yang selalu setia menyewa dirinya.

"Zalina ... apakah kamu suka dengan wangi parfum yang saya pakai saat ini?" tanya Rodrigo sambil melakukan pemanasan guna memantik darah panas di antara mereka.

"Suka sekali, Tuan. Wanginya sangat menenangkan."

"Hm, pastinya. Karena parfum ini harganya sangat mahal dan limited edition. Kamu mau tahu berapa harga satu botolnya?"

"Berapa Tuan?" 

"Hampir tiga puluh juta!" 

Zalina menggelengkan kepala. Wangi parfum yang semalam menempel di baju Zeona, sama persis dengan yang selalu dipakai Rodrigo. 

"Zeo, Kakak berharap kamu tak terjerumus pada pergaulan yang salah ..." lirihnya sambil memejamkan mata. Kecurigaannya tak dapat dibantahkan. Jelas sekali jika adiknya itu berbohong. "Mana mungkin rekan kerjamu bisa membeli parfum semahal itu?" 

*****

Vivian berdecap lidah. Dia menyingkirkan tangan Raka yang bermain-main di dadanya. 

"Ada apa Sayang?" Raka merasa heran, karena Vivian malah membenahi kemeja merah muda yang dipakainya. 

"Kita lanjutkan nanti sore saja, Sweety! Papi nyuruh aku ke kantornya. Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan," beri tahunya yang membuat Raka menganggukkan kepala. 

"Baik Sayang. Pergilah atau perlu aku antar?" tawar Raka sambil merapikan rambut Vivian yang sedikit acak-acakan akibat perbuatannya. 

"Nggak usah, Sayang. Aku 'kan bawa mobil. Kamu lanjutin aja kerjanya ya?" Vivian melabuhkan ciuman mesra di bibir Raka. 

Untuk beberapa menit, mereka berdua saling berpagutan. Seolah ini adalah kemesraan terakhir. 

"Hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya," pesan Raka sembari mengusap saliva yang ada di ujung bibir Vivian. 

"Iya. Kamu juga yang semangat kerjanya. Jaga mata dan hati. Jangan jelalatan kalau ada pembeli yang datang. Aku nggak suka!" Vivian mengerucutkan bibirnya dengan manja. 

"Iya Sayang. Iya. Hanya kamulah wanita yang ada di hatiku!" 

Keduanya kembali berpelukan. Raka mengantar Vivian sampai ke parkiran showroom. Melambaikan tangan sembari melempar senyum. 

"Bu Boss tumben nggak lama di sini nya?" bisik salah satu pegawai lelaki. 

"Iya. Biasanya sampe malam di ruangannya Pak Raka. Kira-kira mereka ngapain aja ya?" balas yang satunya lagi. 

"Ngapain ya? Gua juga kagak tahu!" Percakapan itu terhenti karena Raka melirik ke arah mereka. 

"Papi mau ngomong apa sih? Ganggu kegiatan aku aja!" Vivian bersungut-sungut saat bertemu tatap dengan ayahnya. Dia menjatuhkan bokong dengan sangat kasar. Melipat kedua tangan di atas perut. 

Yudis melepas kacamatanya. Berdiri dari kursi kebesarannya dan menghampiri Vivian yang duduk di sofa. "Maksudmu kegiatan bertukar saliva dengan Raka?!"

Vivian tergemap di tempatnya. Jantungnya terasa berhenti berdetak. 

1
Wanda Ani
kak cerita nya seru bgt sukaaaaa
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
Desli Gunde
next
Ama Apr: Besok ya Kk
total 1 replies
Desli Gunde
bagus
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
Su Santi
sedih
Ama Apr: Makasih Kk
total 1 replies
Su Santi
air mataku tak berhenti bacanya
Ama Apr: 🥺 makasih Kk sudah ikut merasa sedih atas kepergian Zalina
total 1 replies
Badri A54
lanjut torr aduhh baperr
Ama Apr: Makasih Kk
Besok ya🥰
total 1 replies
partini
holang kayah kehabisan baterai mau keluar negri lagi
lanjut Thor
Ama Apr: Hahaha
ada udang dibalik bakwan Kak🤣
Siap, besok ya
total 1 replies
partini
dag Dig dug nih Thor lanjut pls
Ama Apr: Besok ya Kak🥰
total 1 replies
partini
jangan di bikin lompat 5 th kedepan ya Thor dah banyak cerita seperti itu
Ama Apr: Haha, tidak Kak
Nggak kepikiran ke arah sana kok😅
total 1 replies
partini
ceritanya bikin makin penasaran
Ama Apr: Makasih Kk
total 1 replies
partini
lampir datang lanjut Thor
Ama Apr: Besok ya Kak
total 1 replies
partini
lanjut ,cuma video bertemu Kurang YESS deh toh
Ama Apr: Haha, besok dilanjut lagi Kak yg gurih gurih nyonyy nya🤣
partini: kurang gurih😁😁😁
total 3 replies
ikamel
bagus ceritanya
Ama Apr: Terima kasih Kak🥰
total 1 replies
Wanda Ani
lamjut kakaka
Ama Apr: Besok ya Kak🥰
total 1 replies
partini
👍👍👍
partini
makin menarik
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
اختی وحی
jngn dibikin muter² thor, emaknya malah dibikin bodoh
Ama Apr: Nanti juga dia sadar sendir. Biasalah Bu Indi masih syok kan dia sayang banget sama Vivian
total 1 replies
Wanda Ani
ayo kak lanjut lagi yg buanyak hehehe
seru
aku zuka
Ama Apr: Siap Kk🥰
Makasih
total 1 replies
partini
ga sabar nunggu besok
Ama Apr: Makasih Kk🥰
total 1 replies
partini
penasaran lanjut Thor 👍👍
Ama Apr: Siap, besok ya Kak/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!