Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.
Jane menghampiri Hendrik, yang masih berdiri menatap pintu, yang baru saja tertutup membawa pergi wanita, yang menurut Hendrik tidak tahu malu itu.
Jane menyentuh tangan Hendrik, yang masih terkepal erat, menunjukkan kalau ia begitu emosi.
Sentuhan tangan Jane, membuat Hendrik tersadar dari pandangan nya yang menggelap, akibat emosi yang meluap terhadap anak buahnya.
Ia rasa, perlu untuk mengganti bawahannya, karena tidak kompeten dalam bekerja.
Mengatasi seorang wanita saja, mereka tidak bisa kerjakan. Sampai bisa mengganggu privasinya.
Ia paling benci jika ada seseorang, yang mengganggu masalah pribadinya, dan bahkan sampai berteriak mencampuri privasinya.
Jane menarik tangan Hendrik untuk kembali duduk, karena jam istirahat masih tersisa lima menit lagi.
Jane merasakan amarah Hendrik, yang belum sepenuhnya reda, terlihat dari tubuhnya yang tegang dan kening yang berkerut.
Ia berdiri di depan Hendrik, lalu perlahan jemarinya memijat pelipis Hendrik, untuk meredakan amarah suaminya itu.
Hendrik tidak bergerak di tempatnya, karena tindakan Jane yang tidak terduga.
Hendrik tidak menyangka, pijatan jemari Jane pada pelipisnya terasa manjur.
Hendrik merasa rileks kembali, dan menghela nafas dengan panjang, membuat ia kembali tenang.
"Bagaimana perasaanmu, apakah sudah merasa baikkan?" tanya Jane lembut.
Setelah mereka sedari tadi saling bicara, dan sudah saling menggenggam tangan, Jane merasa, kalau ia tidak canggung lagi pada suaminya itu.
"Iya, aku sudah merasa rileks!" jawab Hendrik menganggukkan kepalanya.
"Bukankah wanita tadi, yang datang ke acara Pemberkatan pernikahan kita? teriakannya tadi....?"
"Dia wanita tidak waras, wanita yang tidak setia! aku tidak pernah menanggapi nya, walau sekarang ia sudah menjanda" kata Hendrik pelan, akhirnya nada suaranya kembali normal.
Jane memajukan tubuhnya, lalu menangkup wajah Hendrik dengan kedua tangannya.
Memeluk wajah suaminya, itu dalam telapak tangannya yang kecil, lalu dengan cepat mengecup bibir Hendrik.
Mungkin karena suaminya itu, tidak sempat mengecup bibirnya, makanya tadi ia jadi kesal dan emosi.
"Sudah" bisik Jane tepat di depan wajah Hendrik, sembari tersenyum manis.
Hendrik membeku di tempatnya, ia tidak tahu mau bereaksi apa, dengan ciuman Jane yang spontan.
Mereka saling menatap, sementara Jane terus memasang senyuman manisnya.
"Jangan lagi tegang, sebentar lagi sudah mulai bertarung lagi" ucap Jane, lalu mengelus ke dua alis Hendrik, untuk menenangkan pikiran Hendrik.
"Terimakasih" ucap Hendrik pelan, ia tidak menyangka, Jane bisa menemukan titik, untuk meredakan dirinya yang terkejut.
"Tuan, sudah waktunya kembali ke arena!" sahut Asisten Hendrik, dari pintu yang baru terbuka.
"Ayo!" Jane meraih tangan Hendrik.
Dengan patuh Hendrik bangkit dari duduknya, lalu menggenggam tangan Jane.
Mereka pun kembali ke arena boxing.
Kali ini, Hendrik melawan penantang lainnya lagi. Dua penantang baru, yang dari hasil penyelidikan Asisten nya, masih ada ikatan persaudaraan, dengan David, suami wanita yang tadi masuk ke ruang istirahat Hendrik.
Jane kembali ke tempat duduknya, dan melihat Hendrik kembali naik ke atas ring.
Lawan ketiga Hendrik tidak lama kemudian, keluar dari sebuah pintu terbuka, dan naik ke atas ring.
"Nona!"
Tiba-tiba Jane merasakan seseorang menyentuh bahunya, dan ia menoleh melihat ke arah seseorang tersebut.
"Ada seseorang yang mencari anda!" ujar pria itu kepada Jane.
"Mencariku...?" kening Jane berkerut, ia tidak mengenal siapa pun di aula boxing tersebut.
"Dia menunggu anda di dekat toilet!" sahut pria itu lagi, lalu pergi dari sana.
Jane jadi tidak fokus lagi, untuk melihat Hendrik melawan penantangnya.
Jane penasaran, dengan seseorang yang mencarinya, membuat pikirannya bercabang.
Ia pun bangkit dari duduknya, ingin melihat sebentar, siapa sebenarnya yang mencari dirinya.
Jane pun meninggalkan bangkunya, dan pergi mencari lokasi toilet.
Bersambung....