Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.
Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.
Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.
Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
**
Pagi-pagi Nada sudah sibuk dengan perlengkapan melukisnya. Tak lama ponselnya berdering, tertera nama Jeno di sana.
"Aduh apaan sih, Jen?"
"Lo di mana buruan nanti telat lho!"
"Iya-iya ini gue mau berangkat kok, bentar gue masukin dulu peralatannya ke tas."
"Ya udah buruan, gue enggak mau sampai Lo telat. Atau gue jemput aja?"
"Enggak usah, udah Lo tunggu di sekolah aja."
"Oke."
Sambungan telpon pun dimatikan oleh Nada. Dia segera mengambil tas dan membawanya keluar dari kamar, namun saat dia membuka gagang pintu tidak dapat dibuka dan itu membuat Nada gelisah.
"Lho ini kenapa enggak bisa dibuka?" beberapa kali Nada membukanya tetap saja tidak bisa.
"Mah buka pintunya!" teriak Nada sambil menggedor pintu kamar.
Dan di luar kamar Nada ada Naomi yang ternyata dalang dari semuanya. Dia mengunci pintu kamar Nada supaya gadis itu tidak dapat mengikuti lomba. Pada saat Nada dan Jeno menelpon, Naomi menguping dan terlintas pikiran jahat di sana.
"Rasain," ucap Naomi dengan suara perlahan sambil menyunggingkan bibirnya. Kuncinya dia gantung di pintu kamar Nada. Lalu bergegas turun menghampiri kedua orang tuanya.
"Mah, Pah, ayok berangkat. Naomi ada kegiatan osis pagi ini."
"Iya boleh, ayok berangkat!" jawab Abimanyu.
Nadia terhenti sambil menatap suami dan anaknya.
"Nada mana?"
"Emm itu, Nada kayanya masih di dalam kamar. Biarin lah, lagian dia juga pasti berangkat naik angkutan umum kan?"
Nadia mengangguk. "Oh ya udah ayok kita berangkat."
Naomi menyunggingkan senyumannya dan, mereka pun bergegas meninggalkan pekarangan rumah, dan membiarkan Nada berada di kamarnya.
Nada berlari keluar dari balkon kamar. "Sial, mereka ninggalin gue. Tapi, gue juga enggak pernah bareng mereka sih, ngapain Lo kesal sih Nad."
Nada menatap jam yang melingkar di tangannya, beberapa puluh menit lagi Nada harus sampai di sekolah lawan.
"Aduh gimana ini?" Nada berpikir berulang kali untuk segera keluar dari kamarnya. Dia melihat dari atas balkon kamar ke bawah.
"Buset lumayan tinggi juga. Masa iya gue loncat?"
Nada menggaruk kepalanya sambil menendang angin, dia pasrah jika diteruskan untuk meloncat dipastikan kakinya akan terkilir hebat.
Nada duduk di lantai sambil berharap ada keajaiban yang akan menantinya pagi ini.
"Ngapain masih diam di situ?"
Nada yang sedang memejamkan mata langsung menoleh mendengar suara seorang pria.
"Lo ngapain di sini, Kenzo?"
Kenzo menghampiri Nada, membuka pintu kamar sangat lebar.
"Kok bisa pintunya dibuka?" tanya Nada heran .
"Lo maish mau di sini, atau ikut lomba hmm?"
Nada mengerutkan keningnya. "Astaga! Ya gue hari ini ada lomba."
Nada mengambil tas gendongnya, lalu berlari sambil menarik lengan Kenzo yang dia saja masih beran kenapa bisa Kenzo masuk ke dalam rumahnya.
Tanpa banyak bocara, mereka berdua pun bergegas menuju sekolah lawan di mana Nada akan mengikuti lomba.
Dengan kecepatan penuh Nada dan Kenzo berhasil tepat waktu masuk ke dalam lingkungan sekolah.
"Gue masuk dulu ya, Lo mau balik ya balik aja oke," ucap Nada dengan gerakan cepat. Kenzo hanya diam menatap kepergian Nada berlari di koridor kelas.
**
"Aduh, si Nada mana sih?"tanya Jeno celingukan, dan dia melihat Naomi berjalan dengan wajah berseri.
Jeno menghampiri Naomi untuk menanyakan keberadaan Nada sahabatnya.
" Heh nenek lampir, Nada mana?"
Naomi menaikkan sebelah alisnya. "Lo nanyain Nada ke gue, enggak salah?"
"Udah jawab aja ribet amat. Mana Nada? Lo sama dia satu rumah jangan bilang Lo enggak tahu."
Naomi terkekeh. "Nah itu jawabannya gue enggak tahu dan enggak mau tahu. Kalau Lo mau tahu di mana dia cari aja sendiri."
Naomi menabrak bahu Jeno dan meninggalkan Jeno dengan raut wajah kesal. Bel masuk berbunyi dan itu membuat Jeno kesulitan untuk menemui Nada.
"Aduh si Nada mana sih?" Jeno mengacak rambutnya frustasi, pasalnya jika Nada terlambat mengikuti lomba melukis dipastikan gadis itu akan didiskualifikasi.
Tak lama tim osis Kenzo dan beberapa temannya berjalan di koridor untuk merazia siswa yang terlambat datang ke sekolah.
"Woy masuk! Ngapain Lo diam di luar?" tanya Bagas.
Jeno berdecak tak lama dia mendapatkan ide. "Aha, gue punya ide."
Bagas dan yang lainnya mengerutkan kening saat Jeno menjentikkan jari.
"Kenzo gue minta bantuan Lo ya, kayanya Lo orang yang tepat buat temuin Nada."
"Eh, eh. Bentar. Lo siapa nyuruh Kenzo buat nyari Nada? Berani banget Lo," timpal Bagas sambil menoyor kening Jeno.
"Diam Lo! Gue ngomong sama Kenzo, bukan sama kapur Bagas!"
"Kapur bagas? Kapur bagus kali," balas Anggara.
"Emang kapur bagus apaan?" tanya Bagas.
"Itu kapur pembasmi serangga, kaya semut gitu lho!"
"Sialan berarti gue semacam obat serangga gitu?"
Anggara terkekeh sambil menganggukkan kepalanya. "Yaps betul sekali."
"Bangsul Lo Jeno!" hardik Bagas.
Jeno tertawa renyah, dan kembali menatap Kenzo.
"Nada ke mana?" tanya Kenzo.
"Nah, akhirnya dijawab juga. Dia kayanya masih di rumah, kalau enggak dia jalan kaki ke sekolah, biasanya udah sampai tapi jam segini dia belum dateng. Tadinya gue yang mau susul, cuma pasti enggak diijinin sama satpam dan guru BK, jadi Lo bisa bantu kan? Lo ketua osis dan punya wewenang di sini. Masalahnya Nada mau ada lomba melukis dan itu impian dia saat ini bisa juara, gue mohon."
Kenzo tak banyak bicara, dia berjalan dengan cepat meninggalkan temannya di koridor kelas.
"Woy Kenzo, Lo mau ke mana?" teriak Bagas sambil melangkah.
Kiki langsung memegangi bahu Bagas. "Jangan dikejar, biarin."
Bagas menghela napas sambil menganggukkan kepala, mereka melanjutkan kegiatannya berkeliling mencari siswa yang terlambat masuk kelas.
Dan itulah kejadian di mana Kenzo bisa membantu Nada keluar dari rumahnya dan berhasil sampai di sekolah tepat waktu.
**
Dua jam terlewati dengan mudah, akhirnya Nada selesai dan tinggal menunggu hasil akhirnya, dia akan menang atau tidak. Siswa yang mengikuti lomba melukis hanya ada sepuluh orang dari berbagai sekolah.
Nada kekiar dari kekas sambil merengangkan ototnya yang terasa tegang.
"Aduh gue lupa, belim bilang makasih sama Kenzo. Dia masih ada di sekolah ini enggak ya?" Nada pun berjalan menuju parkiran untuk menemui Kenzo.
Dengan jalannya yang serba cepat akhirnya dia menabrak seseornag karena kecerobohannya.
"Aduh sakit," ucap Nada sambil memegangi pantatnya yang sekali jatuh mengenai lantai.
"Sorry gue enggak sengaja," jawab seornag pria.
Nada mengangguk. "Gue juga salah, sorry juga ya sama kecerobohan gue."
"Nada?" panggilnya.
Nada yang tidak fokus dengan siswa di depannya itu langsung menenggak dan menyipitkan mata.
"Lho Alex? Lo ngapain di sini?"
Alex terkekeh sambil membantu Nada untuk berdiri. "Lah, gue sekolah di sini. Harusnya gue yang tanya ngapain Lo ada di sekolah gue?"
Nada mengerutkan keningnya. "Oh, Lo anak SMA Semesta? Gue di sini ikutan lomba hehe."
Alex mengangguk. "Lomba melukis? Udah selesai?"
Nada tersenyum. "Iya, alhamdulilah udah tinggal menunggu keputusannya aja. Kayanya satu jaman lagi."
"Oh, kalau gitu kita tunggu di kantin aja mau?"
"Hah? Ah enggak usah, gue bisa nunggu di parkiran kok."
"Ngapain di parkiran kaya anak ilang aja. Ayo gue traktir, adek gue senang banget dapet kado dari Lo."
Nada mengerutkan kening. "Lah, kok dari gue. Kan itu dari Lo."
"Tapi yang cari kadonya kan Lo, gue cuma ngasih doang."
"Dih kok gitu."
Alex tertawa. "Lucu banget sih. Udah ayok!"
Alex menggenggam lalu menarik lengan Nada perlahan, namun Kenzo datang dan menghempas lengan Alex.
Nada dan Alex sama-sama terkejut dengan kehadiran Kenzo di hadapan mereka.
Beberapa siswi saling berbisik, karena mereka melihat Kenzo berada di sekolah mereka. Kenzo begitu populer di kalangan sekolah lain termasuk sekolah SMA Semesta.