Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Siapa papanya?" tanya William yang begitu penasaran pada kehidupan Claudya, padahal William tidak mengenal Claudya hanya saja William merasa kalau dia pernah bertemu dengan Claudya sebelumnya.
Claudya bungkam, untuk masalah yang satu ini dia memang tidak bisa menjawab, Claudya takut kalau pihak William memandangnya rendah karena Claudya dahulu pernah menghabiskan waktu bersama pria asing dan Claudya hamil tanpa tau pria yang sudah menghamilinya itu.
"Tuan William, kami sudah persiapkan hotel dan semua kebutuhan anda, kalau misal ada masalah apa pun jangan lupa untuk menghubungi saya," ujar Zidan.
"Terima kasih," timbal William.
Pertemuan itu diakhiri dengan sebuah jabatan tangan karena William menyetujui untuk bekerja sama dengan Zidan.
Zidan dan Claudya langsung pulang karena William dan Karisa juga sudah pulang ke hotel yang sudah disiapkan untuk mereka.
Zidan menatap Claudya yang sejak tadi hanya bungkam saja.
"Clau, kenapa?" tanya Zidan menatap pada Claudya yang sejak tadi hanya melamun.
"Zidan, kalau misalkan aku bilang pada mereka kalau Agnia tidak punya Ayah, apa mereka akan menatap aku rendah? Atau mereka akan menghina aku seperti teman-teman aku? Atau lebih parahnya mereka akan menjauhi aku seperti orang tua aku," ujar Claudya sedih.
"Sudahlah jangan sedih, ada aku disini yang akan menjaga kamu. Kalau orang lain tanya kamu bisa bilang kalau Agni adalah anak aku," papar Zidan.
Claudya tersenyum tapi sayangnya hal itu tidak membuat Claudya merasa terhibur, justru Claudya malah semakin terjebak pada perasaan dimana dirinya semakin merasa bersalah karena Agnia tumbuh besar tanpa seorang Ayah, bahkan Claudya juga sedih karena orang tuanya yang sudah lima tahun ini mengabaikannya.
Padahal Claudya sangat butuh mereka untuk Claudya jadikan sebagai tempat Claudya curhat dan mengambil keputusan, tapi sayang semua orang malah meninggalkan Claudya, hanya Zidan dan Rian saja yang selalu ada saat Claudya membutuhkan teman.
Mereka sampai di rumah Claudya, malam ini Zidan akan menginap di sana karena akan menemani Claudya dan Agnia, selama lima tahun ini tidak ada tetangga atau siapa pun yang perduli pada Claudya yang sering memasukan pria kedalam rumahnya.
Mereka seolah hidup masing-masing, walaupun Claudya mendengar banyak orang yang menggosipkan tapi tetap tidak ada yang berani menggerebeknya, karena mereka tidak terlalu perduli pada Claudya bahkan Indri saja kurang suka pada Claudya.
"Kak Rian, ada di sini?" tanya Claudya yang saat ini menatap Rian.
Rian menganggukan kepalanya.
"Aku datang karena akan menginap di rumah mu, Claudya aku kasihan karena kamu sendiri." Rian menunjukan beberapa makanan yang dia bawa untuk Agnia.
"Tidak perlu karena sekarang aku akan menginap disini!" Zidan berucap dengan ucapan kesal.
"Kalau kau boleh kenapa aku tidak?" tanya Rian tersenyum tipis memandang Zidan yang selalu menunjukkan wajah tak suka padanya, padahal Rian tidak mempunyai niat apa pun untuk menginap di sana, Rian hanya sayang pada Claudya layaknya Claudya adalah adiknya sendiri.
"Paman Rian, ayo masuk biar aku tunjukkan kamar untuk paman," ujar Agnia yang langsung menuntun Rian untuk masuk.
Zidan memutar bola matanya malas, bahkan Zidan juga terlihat sangat cemburu karena Agnia sangat dekat dengan Rian.
**
William merebahkan tubuhnya di atas ranjang hotel, William dibuat kesal karena sejak tadi ponselnya berdering padahal saat ini dia ingin istirahat.
William mengambil ponselnya setelah beberapa kali ponselnya berdering, William melihat siapa orang yang baru saja menghubunginya itu.
"Nomor yang tidak dikenal," gumam William.
Namun, mata William membulat saat melihat kalau orang itu mengirimkan pesan sebuah foto padanya, Foto itu adalah foto William dan seorang wanita saat di bar, William sangat ingin tau rupa wanita itu karena setelah 5 tahun ini William hanya samar-samar mengingat wajah wanita itu.
"Dari mana dia tau foto ini? Padahal dahulu saat aku datang ke sana katanya cctv-nya rusak, atau jangan-jangan orang itu berbohong?" gumam William bertanya-tanya.
William menghubungi orang itu tapi sayangnya tidak ada jawaban dari orang itu, William semakin penasaran dengan foto itu, tapi sepertinya orang itu memang mau mempermainkan William.
"Sial!" gerutu William.
William tidak menyerah dia langsung menghubungi orang itu lagi tapi saat telponnya tersambung.
{{📞📞
"Kau siapa? Dimana kamu tau foto itu?" tanya William berharap orang itu akan memberitahu tentang foto itu.
William sangat berharap untuk bertemu dengan wanita itu, tapi sayangnya William tidak bisa mencapai gadis malam itu.
"Hahaha, kau menginginkan foto itu? Bagaimana kalau aku sebar videonya? Wah, kamu pasti akan sangat bahagia," ucap seorang pria yang suaranya sangat asing bagi William.
"Siapa kau? Aku ingin video itu!" geram William.
"Ck, kamu terlalu terburu-buru, Tuan William. Kenapa tidak bersenang-senang terlebih dahulu denganku?" tanya Pria itu terkekeh kecil.
"Jangan macam-macam padaku! Aku tidak suka orang seperti mu!" geram William yang semakin marah sampai-sampai tangannya sudah terkepal kuat.
Tidak ada jawaban lagi dari orang itu, William menatap layar ponselnya tapi panggilannya masih terhubung, hanya saja orang itu tidak mau bicara.
"Jawab aku!" bentak William.
Tuttt 📞📞}}
Bugh!
Bughh!
William meninju tembok hotel itu, saking kesalnya William tidak merasakan sakit pada tangannya, William menghubungi orang itu lagi tapi seketika nomor itu sudah tidak aktif.
William memberikan pesan pada Indra karena merasa kalau Indra bisa membantunya sekarang.
{Datanglah ke kamarku!} pesan William.
William mendudukkan tubuhnya dipinggir ranjang, William kembali melihat foto itu, memperbesar layak supaya terlihat jelas foto wanita itu. Namun, semakin William perbesar foto itu malah terlihat semakin buram.
"Astaga, aku ingin sekali bertemu dengan wanita ini. Argh! Kalau saja aku bisa mungkin aku akan cari dia dan aku jadikan dia istriku!" gerutu William.
Tok
Tok
Indra masuk setelah pintu diketuk, Indra mendekat pada William.
"Ada apa Tuan? Apa anda ada masalah?" tanya Indra yang menatap pada kamar tuannya yang ternyata tidak ada Karisa disana.
"Tolong lacak nomor ini," pinta William.
"Baik tuan, tapi dimana Nona Karisa?" tanya Indra.
William memutar bola matanya malas.
"Dia aku sewakan kamar lain, malas sekali sekamar dengannya." William berucap dengan sedikit kesal.
"Oh, aku pikir kalian tidur satu kamar, baiklah tuan aku akan lacak nomor ini." Indra langsung mengambil ponselnya dan mulai melacak nomor itu.
Indra adalah seorang pelacak yang cukup hebat, hingga William sangat percaya untuk menjadikan Indra sebagai asistennya. Bukan hanya pintar melacak, Indra juga pandai dalam melakukan pekerjaan dan sangat teliti dalam masalah apa pun. Hal itu membuat William puas dengan kinerja Indra dan William juga sanggup membayar Indra dengan bayaran yang mahal.
"Tuan, nomor telepon ini sudah tidak aktif, mungkin orang itu sudah membakarnya." Indra berucap karena dia tidak menemukan apa pun.
"Memangnya ada apa, Tuan?" tanya Indra.
William mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto saat malam itu kepada Indra.
"Orang itu mengirimkan ini, aku mau melihat siapa wanita ini." William berucap dengan begitu penasaran.
"Tuan, bukannya ini foto saat anda di Bar, kata penjaga disana cctv malam itu rusak. Apa mereka membohongi kita?" tanya Indra menatap William yang sejak tadi berpikir seperti itu juga.
Indra ingat kalau tuannya itu memberikan sebuah black card pada wanita malam yang sudah menemaninya itu.
"Tuan, bukannya anda memberikan black card? Anda bisa melacak lewat itu," ujar Indra.
William prustasi dia langsung mengambil air dan meminum air itu sampai tandas, William memberikan rekening koran pada Indra. Setelah menerima rekening koran itu Indra langsung melihatnya dengan teliti.
"Wanita itu mengambil uang lima tahun yang lalu?" gumam Indra.
Disana tertulis kalau wanita itu mengambil uang sebesar seratus juta, tapi setelah transaksi itu tidak ada lagi transaksi lainnya selain kiriman uang dari William tiap bulannya.
"Banyak sekali uang anda tuan, wanita ini bukan wanita matre sepertinya." Indra memuji wanita itu karena Indra berpikir kalau wanita itu bodoh, mengabaikan uang sebesar itu.
"Aku akan coba lacak tempat ini, Tuan. Semoga saja kita bisa mencarinya," ujar Indra.
Terakhir kali William melacak lokasi black card miliknya itu tapi posisinya ada di kota Jakarta, sampai saat ini William berharap untuk melupakan wanita itu.
Tapi orang asing itu malah semakin mengingatkan William pada Wanita itu.
"Sial, aku malah ingin bertemu dengan wanita itu." William menggerutu dalam hatinya.
"Tuan, lokasinya ada disini!" ujar Indra.
"Apa?" William syok mendengarnya.