Membiayai Cowok Mokondo
Di sebuah ruangan megah yang berada di salah satu gedung pencakar langit di tengah kota, tampak seorang wanita muda sedang merapikan dokumen-dokumen yang berserakan di atas meja kerjanya. Wanita itu bernama Keira Azzahra, seorang CEO dari perusahaan teknologi terkemuka, PT Inovasi Nusantara. Dengan usia yang masih tergolong muda, Keira sudah berhasil membawa perusahaannya mencapai kesuksesan luar biasa.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.36 malam, dan semua karyawan lain sudah pulang sejak beberapa jam yang lalu. Hanya lampu-lampu redup di sekeliling ruangan yang menemani kesendiriannya. Sembari merapikan barang-barangnya, Keira menghela napas panjang. Ini hari yang melelahkan. Berkas-berkas kontrak dan laporan yang tebal membuat punggungnya terasa kaku.
Saat ia meraih tasnya, tiba-tiba ponselnya bergetar di meja. Sebuah notifikasi pesan masuk dari aplikasi chat berbunyi. Ia membuka layar dan melihat nama yang tertera Reno.
> “Sayang, kamu udah pulang belum?”
Keira tersenyum kecil. Reno, pacarnya, selalu menanyakan kabarnya setiap malam. Meski sibuk, perhatian Reno selalu berhasil menghangatkan hatinya. Ia pun mengetik balasan dengan cepat.
> “Belum, baru mau pulang nih.”
Tak butuh waktu lama, balasan dari Reno pun muncul.
> “Sayang, temen-temen aku punya motor baru. Aku boleh nggak pinjem uang kamu dulu buat beli motor, plisss? Nanti kalo aku udah kerja aku ganti, ya.”
Keira terdiam membaca pesan itu. Hatinya mencelos. Permintaan seperti ini bukan pertama kalinya ia terima dari Reno. Awalnya, perhatian Reno terasa tulus, namun semakin lama, permintaan-permintaan ini mulai terasa aneh. Keira ingat beberapa bulan lalu, Reno juga meminjam uang untuk “bisnis kecil-kecilan” yang sampai sekarang tak ada kabarnya. Dan sekarang, uang untuk beli motor?
Ia menghela napas. Ia tahu betul Reno belum punya pekerjaan tetap, tapi permintaan ini membuat pikirannya bergejolak. Apakah Reno benar-benar sayang padanya atau hanya memanfaatkan dirinya? Sembari memandang pesan itu, Keira menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan.
Keira mengetik cepat balasannya, jari-jarinya menari di atas layar ponsel.
> “Bukannya baru beberapa bulan lalu kamu ganti motor? Masa mau ganti lagi, itu kan masih baru!”
Matanya menatap layar ponsel, menunggu jawaban dari Reno. Mungkin dia berharap Reno akan memberi alasan yang masuk akal, atau setidaknya merespon dengan nada lebih lembut. Namun, apa yang ia dapatkan jauh dari ekspektasinya.
> “Kamu ini!” balasan dari Reno datang dengan cepat. “Pelit banget sama pacar sendiri! Aku tuh malu teman-teman aku punya motor baru sedangkan aku masih motor lama! Lagian kamu kan juga banyak duit! Jangan perhitungan gitulah!”
Keira terpaku membaca pesan itu. Hatinya seperti ditusuk. Kata-kata Reno yang penuh kemarahan dan tanpa sedikit pun empati membuat dadanya sesak. Pelit? Perhitungan? Padahal, selama ini Keira selalu berusaha mendukung Reno semampunya. Ia tak pernah sekali pun menghitung atau mengeluh soal uang yang ia keluarkan demi membantu Reno. Tapi setiap kali ia menolak, ini yang selalu terjadi, Reno akan mengomel, memaksa, dan kadang bahkan sampai mengancam untuk pergi.
Keira terdiam, ponselnya masih tergenggam erat. Ia berusaha menenangkan diri, mengatur napas yang mulai tak beraturan. Matanya terasa panas, namun ia menahan diri agar tidak menangis. Apakah ia sedang bersama seseorang yang benar-benar menyayanginya? Ataukah Reno hanya menginginkannya karena alasan lain?
Reno dulu bukan seperti ini. Ketika mereka pertama kali bertemu, ia adalah sosok yang hangat, perhatian, dan selalu mendukung Keira dengan tulus. Keira masih ingat saat Reno sering mengatakan betapa bangganya dia memiliki pacar yang cerdas dan sukses. Tapi seiring berjalannya waktu, semua itu mulai berubah. Reno semakin sering meminta uang, dan setiap penolakan Keira selalu berakhir dengan pertengkaran yang sama.
Keira menggigit bibirnya, menahan rasa sakit yang perlahan menyelimuti hatinya. Ia tahu, hubungannya dengan Reno sudah tak sehat lagi. Setiap pertengkaran, setiap makian, semuanya seolah menjadi rutinitas yang tak ada akhirnya.
Ia mengetik balasan perlahan, berusaha tetap tenang meski jari-jarinya sedikit bergetar.
> “Ren, aku bukannya pelit. Aku cuma nggak mau kamu boros untuk hal-hal yang nggak perlu. Motor kamu masih bagus dan baru, kenapa harus ganti? Aku nggak bisa kasih uang kali ini, maaf.”
Jantung Keira berdebar-debar saat mengirim pesan itu. Ia tahu, ini akan memicu reaksi yang lebih buruk. Dan benar saja, beberapa detik kemudian, balasan dari Reno masuk lagi.
> “Sialan kamu, ra!” Reno langsung memaki. “Kamu nggak ngerti perasaan aku sama sekali! Temen-temen aku semua ngetawain aku! Cuma kamu doang yang nggak peduli! Kalo gini terus, ngapain juga kita pacaran? Mending aku cari cewek lain yang nggak perhitungan kayak kamu!”
Kata-kata itu menusuk tepat ke hati Keira. Reno selalu menggunakan ancaman itu setiap kali tak mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan entah kenapa, meski Keira tahu itu hanya gertakan, ancaman itu masih saja membuatnya takut.
Ponsel di tangannya bergetar lagi, tetapi Keira tak segera membukanya. Ia memandang keluar jendela besar yang memperlihatkan pemandangan malam kota. Lampu-lampu jalanan berkelap-kelip, mobil-mobil berlalu-lalang, dan gedung-gedung tinggi berdiri kokoh, semua tampak begitu damai. Namun, di dalam hatinya, perasaannya berantakan, kacau, dan penuh dengan kebingungan.
“Kenapa jadi begini?” bisiknya pelan, suara yang nyaris tak terdengar di ruangan sunyi itu.
Reno pernah menjadi seseorang yang membuatnya merasa istimewa. Tapi sekarang? Keira merasa ia hanya menjadi mesin ATM berjalan. Dan yang lebih parah lagi, meski Keira tahu semua ini salah, ia tak bisa benar-benar lepas dari Reno. Karena meski Reno sering kali menyakitinya dengan kata-kata kasar, ada bagian dari dirinya yang masih berharap, mungkin, hanya mungkin, Reno akan berubah kembali seperti dulu. Tapi harapan itu semakin hari semakin tipis.
Keira menelan ludah, menatap pesan terakhir dari Reno yang masih terpampang jelas di layar ponselnya. Kata-kata itu menggantung di udara, menyisakan luka yang tak terlihat. Apa yang harus ia lakukan? Terus bertahan dengan Reno yang hanya membuatnya menderita, atau berani mengambil keputusan yang bisa mengakhiri segalanya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Mutiara 123
baru jg pacaran ,, blm nikah dah gitu pa lgi ntar klu jdi nikah putus aja mendingan deh
2024-10-30
1
Danny Muliawati
ngapain Kiara cowo bgt di pertahankan dia enak hura2 smntra km kerja keras
2024-10-30
1