Lengkap sudah,kesedihan dan sakit hati yang Laura rasakan.
Baru saja ditinggalkan oleh ayahnya,ia harus kembali merasakan sakit hati karena
kekasih yang sebentar lagi akan menjadi suaminya,ternyata berkhianat dengan seseorang yang tidak pernah ia sangka.
Seperti apa kelanjutan kisah Laura,yuukkk baca kisahnya hanya di novel ini...
Tbc:
Karya ini sedang diikutsertakan lomba YAW.
Mohon dukungannya yaa,dengan like,komen,vote,dan juga share..
Terimakasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Hai kita ketemu lagi nih bu Citra."Sapa Rangga.
Citra melihat Rangga dengan sebelah matanya.
"Kenapa harus dia sih yang kesini,kenapa gak perwakilan yang lain aja."Lirih Citra.
"Saya masih bisa dengar ibu Citra."Balas Rangga.
"Hmmm...yaudah cepat,katanya mau tinjau lokasi pembangunan proyek kerjasama kita,buruan,panas nih."Ucap Citra menahan sinar matahari di wajahnya dengan telapak tangannya.
Keduanya sedang berada di depan proyek sebuah bangunan yang akan menjadi gedung serbaguna nantinya.
Citra berjalan perlahan,karena tanah yang basah,akibat hujan semalam,dan masih banyak sisa-sisa bahan bangunan.
Karena tanah yang licin,Citra tidak bisa menjaga keseimbangan,hampir saja dirinya terpleset,terjatuh ke belakang,andai Rangga tidak sigap menangkap Citra.
"Hati-hati bu,tanahnya basah dan licin."Ucap Rangga.
"Ya terimakasih."Jawab Citra singkat.
Rangga tidak tau,saat ini dada Citra sedang berdebar-debar kencang,saat Rangga menangkapnya tadi,Citra bisa melihat jelas maha karya Allah di wajah Rangga,benar-benar tampan.
"Masih ada waktu untuk makan siang."Ucap Rangga,sambil melihat ke jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Gimana kalo kita makan siang,sama-sama?,biar saya yang traktir."Ucap Rangga lagi.
Karena mendengar Rangga yang akan mentraktir makan siang mereka,Citra pun tidak sungkan untuk menolak,dirinya berfikir,akan sangat menguntungkan,karena mengurangi jatah biaya makan siangnya.
"Kalo gitu mari silahkan bu Citra."Rangga menuntun Citra berjalan ke arah mobilnya yang terparkir tidak jauh dari depan proyek pembangunan mereka.
Rangga membukakan pintu mobil untuk Citra,dengan malu-malu,Citra masuk ke dalam mobil.
Ia berusaha menahan senyumannya.
"Ada rekomendasi restauran,bu Citra?"Tanya Rangga.
"Bisa gak,gak usah panggil ibu,saya belum jadi ibu,lagian kita juga kayanya seusia,kan?"Balas Citra.
"Panggil aja Citra,lebih enak di dengar."Ucap Citra lagi.
"Baiklah kalo begitu,saya panggil kamu Citra,yaaa."Balas Rangga.
Keduanya saling berpandangan dan tersenyum satu sama lain.
Beberapa menit kemudian,keduanya sudah sampai di depan restauran yang cukup terkenal di kalangan muda-mudi di kota mereka.
Rangga kembali membukakan pintu mobil untuk Citra.
Pipi Citra merona merah karena sikap Rangga,ia menjadi salah tingkah berada di dekat Rangga.
"Saya permisi ke toilet sebentar,kamu duluan aja,cari meja."Ucap Citra.
Ia berjalan lebih dulu meninggalkan Rangga,tanpa menunggu persetujuan dari Rangga.
"Huuufttt jantung aku kayanya gak aman deh,kalo lama-lama di dekat dia,mana wangi banget lagi."Lirih Citra
Beruntung saja,di dalam toilet hanya ada dirinya,jika tidak,Citra pasti sudah disangka stress oleh orang lain yang juga berada di dalam toilet,karena Citra berbicara sendiri.
"Kenapa waktu meeting pertama kali bareng Laura,dia gak keliatan yaa,atau aku yang gak begitu perhatikan dia."Lirih Citra lagi.
Citra pun mencuci tangannya,merapihkan sedikit rambutnya,dan menambah riasan tipis di wajahnya.
Sebelum keluar dari toilet,Citra menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.Setelah itu,barulah ia keluar dari dalam toilet
Citra melihat ke sekeliling di dalam restauran,mencari keberadaan Rangga,dan saat sudah menemukannya,ia langsung bergegas menghampiri Rangga.
"Maaf saya lama..."Ucap Citra.
"Gak papa,santai aja,silahkan duduk."Balas Rangga,menarik kursi untuk Citra duduk.
"Kamu belum pesan?"Tanya Citra.
"Belum...saya sengaja nunggu kamu."Jawab Rangga.
"Yaudah buruan pesan,saya udah disini,gak bisa lama-lama,nanti bos saya nyariin."Balas Citra.
Rangga tersenyum menanggapi ucapan Citra,Rangga menyukai kepribadian Citra yang apa adanya,sejak dirinya tidak sengaja bertabrakan dengan Citra.
Baginya,Citra tampil apa adanya,dan tidak menjaga image ketika di depan lelaki yang baru saja ditemui,seperti kebanyakan yang dilakukan oleh wanita lain.
"Mas..."Panggil Rangga,kepada pelayan yang berdiri di samping kasir.
"Mas...saya pesan ini,minumnya ini."Rangga menunjuk gambar yang ada di buku menu.
Pelayan tersebut pun mencatatnya di buku kecil yang ada di tangannya,setelah itu giliran Citra yang memesan.
"Baik,pesanannya di tunggu ya mbak,mas,jika tidak ada lagi yang mau dipesan,saya izin ke belakang."Ucap pelayan tersebut.
Rangga dan juga Citra bersama-sama mengatakan iya sambil mengangguk kecil.
"Ekheemmm."Rangga berdehem,untuk menetralkan suasana diantara mereka,karena sejak tadi,mereka hanya saling diam membisu.
"Kamu sudah lama bekerja di perusahaan Bagaskara group?"Tanya Rangga,membuka percakapan diantara mereka.
"Gak juga,mungkin sekitar 3 atau 4 tahunan,kalo dibandingkan sama Laura,Laura lebih dulu."Jawab Citra.
"Oh...berarti Laura senior kamu di kantor yaaa."Balas Rangga.
"Iya."Jawab Citra singkat.
"Kamu asli sini?"Tanya Rangga lagi.
"Gak,saya dari Bogor,tapi dibagian perkampungan."Jawab Citra.
"Oh gitu,saya pikir kamu asli sini,berarti ada keluarga ya disini?".
"Gak ada,saya ngekos di kos-kosan khusus putri."Jawab Citra.
"Oh gitu."Balas Rangga,ia tidak lagi banyak bertanya,karena merasa khawatir,Citra akan tidak nyaman.
...****************...
"Ngapain kamu disitu?"Tanya ibu tiri Laura,ia melihat Dika,duduk termenung di halaman belakang rumah mereka.
"Saya lagi mikir,mau cari kerja kemana,balik lagi ke pabrik,itu gak mungkin,apalagi saya sudah punya catatan hitam."Jawab Dika.
"Perusahaan mana yang mau menerima karyawan,mantan napi."Ucap Dika lagi.
Ibu tiri Laura pun ikut duduk bersama Dika.
"Kamu kan punya motor,mana motor kamu?,kamu bisa ngojek kek,atau jadi kurir delivery."Ucap ibu tiri Laura.
"Banyak pekerjaan,asal kamu gak malu,dan juga benar-benar mau bekerja,jadi kuli bangunan misalnya."Ucap ibu tiri Laura lagi.
Rangga pun melirik ibu tiri Laura dengan tatapan yang sulit di jelaskan.
"Itu gak mungkin,masa ganteng kaya saya gini,jadi kuli bangunan,paling gak,yang bagusan dikit kek."Balas Dika
"Masih lebih baik jadi kuli bangunan,daripada kamu berpura-pura buntung dan cacat,terus mengemis di lampu merah."Balas ibu tiri Laura lagi.
"Iya tapi jangan lah kuli bangunan."Balas Dika lagi.
"Ya terus kamu mau kerja apa?,jadi pelayan restauran juga bagus,yang penting kan halal."Balas ibu tiri Laura.
"Jangan lah jadi pelayan,mana ada pelayan berwajah ganteng kaya saya gini."Ucap Dika lagi.
"Kalo gitu jadi tukang ojek,atau pengantar makanan,kamu tinggal pake masker,kalo kamu malu."Balas ibu tiri Laura lagi.
Keduanya terus saja berdebat,seperti tikus dan juga kucing yang tidak bisa bersatu.
"Hmmm...entahlah,saya masih terus berfikir."Ucap Dika.
"Jangan kelamaan mikir,perut saya gak kenyang hanya dengan kata mikir!"Sindir ibu tiri Laura,dirinya langsung pergi lagi,pergi begitu saja,tanpa mendengarkan balasan kata dari Dika.
Dika hanya diam membisu sambil memandangi punggung ibu tiri Laura,yang mulai menghilang di balik tembok...