Dulu, nilai-nilai Chira sering berada di peringkat terakhir.
Namun, suatu hari, Chira berhasil menyapu bersih semua peringkat pertama.
Orang-orang berkata:
"Nilai Chira yang sekarang masih terlalu rendah untuk menunjukkan betapa hebatnya dia."
Dia adalah mesin pengerjaan soal tanpa perasaan.
Shen Zul, yang biasanya selalu mendominasi di Kota Lin, merasa sedikit frustrasi karena Chira pernah berkata:
"Kakak ini adalah gadis yang tidak akan pernah bisa kau kejar."
Di reuni sekolah beberapa waktu kemudian, seseorang yang nekat bertanya pada Shen Zul setelah mabuk:
"Ipan, apakah kau jatuh cinta pada Chira pada pandangan pertama, atau karena waktu yang membuatmu jatuh hati?"
Shen Zul hanya tersenyum tanpa menjawab. Namun, pikirannya tiba-tiba melayang ke momen pertama kali Chira membuatkan koktail untuknya. Di tengah dentuman musik yang memekakkan telinga, entah kenapa dia mengatakan sesuatu yang Chira tidak bisa dengar dengan jelas:
"Setelah minum minumanmu, aku milikmu."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pria Bernada, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Orang yang kuat
"Di rumah bosen ya? Mau ikut abang jalan-jalan?"
"Lo tau dari mana ini rumah gue?"
Zul senyum tipis di ujung bibirnya. "Kalo gue mau, gue bisa tau siapa aja yang tinggal di tiap rumah di sini."
"Bosen," komentar Chira sambil melirik malas ke arah Zul.
Dalam sekejap, tiba-tiba aja ada lolipop muncul di tangan Zul, bungkusnya warna hijau. Jelas banget ini permen rasa apel hijau.
"Masih bosen?"
Chira sempat bengong, "…Lo tau dari mana?"
Ya, Chira emang suka banget permen rasa apel hijau, yang manis asam itu.
Zul diem aja, nggak kasih jawaban.
Tapi, Chira yang pinter langsung ngeh. Oh, pasti gara-gara si Dara yang punya utang sama Zul.
"Dara yang ngasih tau lo?" tanya Chira, nadanya kayak nyindir, tapi udah yakin banget sama jawabannya.
Zul malah ketawa, "Sherlock Ra."
"Ambil deh," kata Zul sambil nyodorin permen itu ke tangan Chira. "Gue nggak suka makan permen. Kalo lo nggak mau, ya gue buang."
Chira liatin permen di tangannya. Dia bukan tipe yang ribet, jadi langsung berniat buka bungkusnya.
Tapi Zul lebih cepet. Dia ambil lagi permen itu dari tangan Chira, buka bungkusnya dalam hitungan detik, terus balikin lagi ke dia.
Chira masukin permen itu ke mulutnya, ngerasain rasa manis asam yang langsung bikin dia refleks nyipit mata.
Zul ngeliatin ekspresi Chira, wajah puasnya itu mirip banget sama kucing males yang lagi santai.
Ada sisi imut yang nggak ketebak dari cewek ini.
Beda sama dirinya yang suka jaga jarak sama orang lain di sekolah, atau penampilan anggun Chira di bar malam-malam. Kali ini dia kayak tetangga cewek manis yang santai banget.
"Masih bosen di rumah? Lagi pula, lo udah nggak liatin bulan. Mau ikut abang liat dunia?"
"Nggak mau."
Chira nolak tegas, sambil terus nikmatin permennya.
"Nona Chira, di perayaan Festival Tengah Musim Gugur ini, gue bahkan nggak makan sepotong mooncake. Lo bilang kita temenan, nggak bisakah lo berjiwa besar dikit?"
Chira masih sibuk sama permen di mulutnya, keliatan bingung. "Apa hubungannya lo nggak makan mooncake sama berjiwa besar sebagai temen?"
Zul: "…"
Dia diem. Kalah telak.
Setelah bertahun-tahun ngegombalin cewek, ini pertama kalinya dia gagal total. Emang Chira ini paket komplit, cantik, body bagus, nggak gampang digodain.
Akhirnya, dia nggak peduli lagi. Zul manfaatin tinggi badannya buat ngerangkul bahu Chira, terus setengah maksa nyeret dia pergi. "Udah bilang kita temen, napa sih nggak mau nemenin gue sebentar aja?"
Tujuh menit kemudian, Chira berdiri depan pintu gerbang villa gede. Dia lirik Zul sambil nyinyir, "Jadi, 'liat dunia' yang lo maksud itu ngajak gue ke rumah lo?"
"Tenang, di rumah gue nggak ada orang," jawab Zul santai, tapi nadanya jelas bercanda.
Chira: "Tau nggak, dulu ada juga orang yang ngomong gitu ke gue. Tau nggak dia berakhir gimana?"
Zul: "Hm?"
Chira: "Gue janjianin dia ketemuan sama tiga pacarnya yang lain di tempat dan waktu yang sama."
Zul: "…"
Dia langsung sadar, ini cewek nggak bisa diremehin.
"Tapi gue nggak pernah main-main. Tiap kali cuma satu pacar."
Chira lirik dia, "Ngapain lo sombong gitu?"
Zul senyum, "Masuk aja, gue bukan monster kok. Kenapa sih harus segitu waspadanya sama gue?"
Chira nggak ngomong apa-apa, tapi tetep masuk ke rumahnya.
Begitu masuk, kesan pertama: Gile, tajir banget.
Di area ini emang banyak villa, tapi yang ini beda banget.
Rumah Chira aja kecil kalo dibandingin sama villa gede ini. Halaman rumahnya mungkin cuma seukuran halaman depan villa ini.
Emang bener, orang kaya suka buang-buang duit buat hal nggak penting.
Cuma liat garasi di depan yang isinya lebih dari sepuluh mobil aja udah bikin Chira speechless.
Keluarga Zul tuh gede banget, bro, dan gila gokilnya.
"Lo mau minum apaan?" tanya Zul.
"Terserah, tapi lo bawa gue ke rumah lo buat apaan? Mau pamer harta?" Chira balas dengan nada ketus.
Dari halaman luar aja rumahnya udah kayak istana, gimana dalemnya, yang bikin siapa pun melongo.
Lantai yang Chira injak berasa mewah banget, kayak injek emas.
Lampu-lampu di atas kepala nyalain vibe yang classy abis, bikin suasana makin bling-bling.
Rumah ini nggak perlu banyak ngomong buat kasih tahu: ini rumah orang tajir, titik.
"Menurut lo, gue perlu pamer?" Zul cengengesan. "Emang siapa sih yang nggak tahu gue kaya?"
Chira cuma bisa diem, nggak tau mau ngomong apa.
Zul buka kulkas, ngeluarin bir, terus nanya, "Minum bir nggak?"
Chira tetep nggak jawab.
Ngeliat tatapan datar Chira, Zul akhirnya ngakak. Kali ini dia nggak sok ngeselin kayak biasanya. Malah senyumnya ceria.
"Udah, jangan serius gitu. Mau jus buah nggak?" Zul ngeluarin botol jus dari kulkas. "Gue suka banget ini."
Chira nerima, tapi matanya ngelirik ke tumpukan tas gede di lantai. "Lo bilang lo nggak suka makan mooncake, tapi ini apaan?"
"Punya mooncake di rumah bukan berarti gue makan, kan? Serius deh, sepotong pun gue belum makan." Zul jawab santai.
Sambil nyomot beberapa bungkus keripik kentang, Zul bilang, "Non Chira, yuk ikut gue ke atas."
Chira diem sebentar, terus ngikutin dia ke lantai dua.
Di atas, Zul buka pintu kamarnya. "Selamat datang, liat-liat kamar gue."
Chira langsung mikir, Serius nih?
"Lo sering bawa cewek ke rumah terus ajak mereka liat kamar lo?" tanya Chira, nggak bisa nahan diri.
Mendengar itu, Zul kaget sebentar, tapi malah ketawa makin kenceng.
"Lo mikir apa sih? Lo yang pertama, tahu."
Chira nggak gitu peduli sama kata "pertama" itu. Matanya malah fokus ke dua komputer gede di meja Zul.
"Dua komputer? Buat apa tuh?"
"Kadang Fajar suka main ke sini."
"Terus lo nyalain komputer buat apaan?"
"Main game lah."
"Lo bawa gue ke sini buat main game?"
"Ya iya lah." Zul ngeliatin Chira serius. "Lo suka main game nggak?"
"Enggak," jawab Chira cuek. Dia tahu banyak cowok yang doyan banget main game, termasuk Rihan yang siswa teladan aja pernah cabut kelas cuma buat nge-push rank.
Chira selalu sibuk, jadi main game tuh nggak pernah ada di list hidupnya.
"Ayo sini, gue ajarin," kata Zul sambil ngajak.
Dia nyalain game dengan luwes, daftar akun baru, terus buka menu pilih karakter. "Nih, pilih yang mana?"
Pilihan karakternya buanyak banget.
Chira cuma bisa ngeliatin layar bingung. "Gue nggak paham."
"Udah sini duduk," Zul bilang sambil narik tangan Chira ke kursi.
"Lo mau jalan di jalur atas, bawah, atau tengah?"
"Bedanya apaan?" tanya Chira clueless.
"Jalur atas tuh..."
"Udahlah," potong Chira sambil ngeluarin HP. "Kasih nama gamenya aja."
Belum sempet Zul jawab, Chira udah baca nama gamenya di layar komputer, terus langsung searching di Baidu.
Ngeliat apa yang Chira lakuin, Zul hampir keselek jus yang dia minum.
Seriusan nih, ada orang yang googling aturan main game online?
Yang lebih bikin dia ngakak, bukannya nanya ke gue yang udah pro, dia malah nyari di Baidu.
Ini gue yang gila, atau dia yang gila?