Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Muli menyusul Kasih di kamarnya setelah mendengar dari Bik Nurmi kalau Kasih keluar dari ruang kerja Dimas dengan wajah kesal. Muli yang bermaksud menenangkan Kasih malah mendapati menantunya itu sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.
“Kasih, ada apa?” tanya Muli yang terkejut melihat Kasih mengemasi barang-barangnya. Dia menghentikan tangan Kasih memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
“Kasih mau pulang ke rumah, Bu. Maafkan Kasih karena tidak bisa menepati janji Kasih. Sepertinya Kasih menyerah menghadapi Kak Dimas.” Ujar Kasih sambil menggenggam tangan Muli. Dia merasa menyesal tidak bisa menepati janjinya pada Muli untuk bertahan selama setahun.
Muli terdengar menghela nafas, dia sudah menduga hal ini pasti akan terjadi cepat atau lambat.
“Ibu tidak akan melarang kamu pulang. Pulang saja, tenangkan pikiran kamu. Saat kamu sudah merasa lebih baik, Ibu akan minta Dimas menjemput kamu. Yah, sayang.” Meskipun tahu itu tidak mungkin, tapi Muli akan berusaha membujuk Dimas agar mau menjemput Kasih kalau kekesalan menantunya itu sudah mereda.
“Tidak akan, Bu. Kak Dimas tidak akan menjemput Kasih. Ibu seperti tidak tahu dia saja.” Kasih melepaskan tangan Muli dan kembali memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Dimas mau merendahkan ego dan meminta maaf padanya saja tidak mungkin, apalagi sampai menjemputnya kembali. Hal itu sudah pasti tidak akan pernah dia lakukan.
“Kamu tidak kasihan sama Aurel. Ibu lihat kalian sudah mulai dekat. Setidaknya pikirkan Aurel.” Gerakan tangan Kasih kembali terhenti. Aurel, bagaimana gadis itu jika dia pergi. Padahal hubungan mereka baru saja mulai dekat. Kasih menghela nafas. Untuk saat ini dia ingin menjadi egois. Toh Aurel juga bukan anak kandungnya untuk apa memikirkan perasaannya.
“Maafkan Kasih, Bu.”
Kasih menyeret kopernya keluar kamar. Dimas yang baru saja keluar dari ruang kerjanya dan akan naik ke kamar melihat Kasih sudah turun dengan kopernya. Begitupun dengan Aurel yang sedang duduk sendiri di meja makan menunggu semua orang juga melihatnya.
Gadis itu hanya diam saja dengan pandangan datar melihat Kasih yang terus berjalan menuju pintu utama tanpa berbalik. Sedangkan Dimas pun hanya melihat Kasih pergi tanpa berniat mencegahnya.
“Dimas, tahan dia. Jangan biarkan dia pergi.” Hanya Muli yang beru saja agar Kasih tidak pergi dengan membawa rasa kecewanya.
“Biarkan saja, aku tidak pernah mau melarang orang yang ingin pergi. Penyesalan Dimas hanya satu, kenapa mengikuti keinginan Ibu.” Dengan dinginnya Dimas naik ke kamarnya. Tapi saat dia menoleh, dia melihat Aurel sedang menatap dirinya dengan tatapan seperti caranya menatap orang-orang. Dingin dan datar. Dimas yang sudah menaiki dua anak tangga kembali turun dan mendekati putrinya.
“Sayang,” Aurel diam saja masih dengan tatapannya. “Papa akan mencarikan baby sitter untuk menemani kamu.” Ujar Dimas yang membuat Aurel berdiri dari duduknya dan kembali ke kamarnya.
“Aurel, Aurel. Kamu belum makan sayang.” Muli mengejar Aurel yang kembali ke kamarnya tanpa menyentuh makanan apapun. Sementara Dimas pun kembali ke kamarnya dan kehilangan selera untuk makan. Makanan yang sudah tersaji di atas meja menjadi dingin tanpa tersentuh. Penghuni rumah itu baru saja kehilangan salah satu anggota keluarga mereka. Meski terbilang penghuni baru, tapi Kasih membawa dampak positif di dalam rumah itu.
Sementara di depan rumah Dimas, Raya baru datang dengan motornya. Dia tersenyum mengejek melihat Kasih dengan kopernya. Dia yakin pasti terjadi sesuati di dalam rumah itu sebelum dia datang menjemput sepupunya.
Kasih bahkan tidak memakai mobil yang di belikan Dimas untuknya.
Motor melaju dengan kecepatan tinggi di tengah jalan raya yang terang benderang karena cahaya di sekitarnya. Kasih yang duduk di belakang hanya diam saja. Raya yang melihat dari kaca spion tahu kalau Kasih sedang marah melihat wajahnya yang tidak bersahabat.
Saat sampai Kasih langsung menarik kopernya masuk ke rumah orang tuanya. Darna yang sudah mendapat telepon dari Muli pun sudah menunggu Kasih di depan pintu.
“Kasih, sayang.” Darna memeluk anaknya sementara Raya membawa koper Kasih masuk ke kamarnya.
“Ada apa? Apa yang Dimas katakan padamu sampai kau begitu marah padanya.” Tanya Darna sementara Raya memberikan air putih ke pada sepupunya.
“Pokoknya Kasih mau cerai, titik. Kasih tidak akan pernah kembali lagi kerumah itu.” Serunya masih di selimuti kekesalan.
“Sayang, tenangkan diri kamu dulu. Setelah kamu merasa lebih baik, baru kamu cerita.” Uajr Bayu. Raya yang di beri kode oleh Bayu langsung membawa Kasih masuk ke dalam kamarnya.
Setelah berada di dalam kamarnya sendiri, Kasih merasa perasaannya jauh lebih baik. Wajah kesalnya perlahan luntur apalagi saat melihat Raya yang tidak berhenti menertawainya alih-alih prihatin padanya.
“Jadi kamu mau cerita dari mana?” tanya Raya. Dia tahu Kasih pasti sudah tidak sabar menceritakan semuanya pada dirinya.
Kasih pun menceritakan setiap detail yang terjadi. Mulai dari hubungannya dengan Lucas hingga setiap kata yang Dimas ucapkan yang membuatnya marah dan tidak terima.
“Jadi perasaan kamu sama Pak Lucas bagaimana?” tanya Raya yang sangat semangat mendengar cerita Kasih tentang Lucas. Menurutnya, Lucas jauh lebih baik dari pada Dimas.
“Raya, bukan itu inti dari ceritanya,” seru Kasih yang kesal karena yang di tanggapi sepupunya hanya tentang Lucas.
“Aku sejak awal tidak terlalu suka dengan suami kamu,”
“Mantan, mantan suami,” potong Kasih memperjelas.
“Mantan dari mana, kan kamu belum cerai. Kamu hanya lagi minggat aja. Dimas itu masih suami kamu yang sah, Kasih.”
“Oke, kalau begitu besok kamu bolos kerja aja. Temani aku menggugat cerai laki-laki sialan itu di pengadilan.” Kasih benar-benar tidak mau lagi memperpanjang statusnya segaia istri Dimas. Kekesalannya pada Dimas sudah sampai batas tertingginya.
Raya tertawa, dia ingat kalau Kasih pernah mengatakan padanya kalau uang adalah segalanya. Jika suatu hari Dimas membuatnya kesal, maka dia akan membelajakan uang Dimas sebanyak-banyaknya sampai amarahnya mereda.
Raya mengingatkan kata-kata itu pada Kasih. Kasih menghela nafas dan merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya.
“Aku salah, ternyata uang tidak bisa membuat perasaan dan kekesalanku menghilang semudah itu,” ujar Kasih. “Itu berasal dari dalam sini, di dalam sini rasanya sakit dan tidak terima.” Sambungnya memegangi dadanya yang terasa nyeri.
“Sepertinya tidak ada gunanya bicara sama kamu. Udah, kamu pulang aja.” Usir Kasih yang kesal karena Raya tidak memberinya solusi dan lebih banyak mengejeknya.
“Kamu yakin mau aku pulang?” ujar Raya sudah membaringkan dirinya di atas tempat tidur Kasih. Tiba-tiba suara aneh dari perut Kasih. Gadis itu memegang perutnya. Sepertinya perutnya minta di isi. Dia lalu melirik sepupunya, dan Raya pun mengerti maksud Kasih.
“Aku akan traktir kamu makan apa aja,” seru Kasih saat mereka sudah di jalan dengan motor Raya
“Buat merayakan bentar lagi kamu jadi janda?” Raya lagi-lagi mengejek sepupunya.
“Iya, jadi janda kaya karena aku akan menuntut uang yang banyak dari gunung es sialan itu.”
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....