Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Heran
Teriakan Putri membuat kumpulan manusia di depan rumah memusatkan perhatian ke arah Juwita dan Putri.
Putri pun mendekat. Keningnya amat berkerut kuat sekarang, saat melihat Juwita ada kediaman Lara. Setahunya, tamu undangan, bukanlah karyawan di perusahaan Lara Crop melainkan orang-orang penting dan memiliki jabatan tertinggi. Termasuk kedua orang tua Putri, yang menjadi salah satu investor di perusahaan Lara Crop dan dia diperintahkan papanya menghadiri acara atas kepulangan Lara dari luar negeri.
"Kenapa kamu ada di rumah Nenek Calvin?! Keluar kamu, dasar penyusup! Di sini bukan tempat orang miskin sepertimu!" serunya sambil meraih cepat pergelangan tangan Juwita, ingin menyeret keluar.
Namun, Juwita mengibaskan dengan cepat tangan Putri.
"Jangan ikut campur urusanku, Putri. Aku bukan penyusup, aku datang kemari juga karena diundang Nenek Calvin," balas Juwita, tak ada kebohongan yang tersirat di bola matanya. Akan tetapi, di mata Putri, Juwita telah berbohong.
Putri menyeringai tajam. "Jangan berbohong! Mengapa kamu bisa mengenal Nenek Calvin dan ada hubungan apa kamu dengan dia! Apa jangan-jangan kamu ke sini bersama sugar daddymu?" tanyanya memandang Juwita penuh cela.
Juwita membuang napas kasar. Mau di mana pun, Putri selalu membuat ulah.
"Kamu tidak perlu tahu, sudahlah jangan ikut campur urusanku!" ucap Juwita dengan tegas lalu berusaha menggerakkan kaki, hendak mencari keberadaan Lara.
Tapi, sekali lagi Putri menahan tangan Juwita.
"Tunggu, jangan pikir kamu bisa lolos Juwi! Sekarang, kamu berada di rumah calon Nenekku, apa kamu tahu aku dan Calvin sebentar lagi akan menikah, jadi urusanmu harus menjadi urusanku juga!" kata Putri dengan lantang.
Juwita terlihat enggan menjawab. Justru menghempas kuat tangan Putri kembali. Setelahnya, sorot mata dingin yang dia layangkan pada Putri. Karena pernyataan Putri barusan membuat dada Juwita terasa tercabik-cabik.
Calvin begitu tega, mengapa tidak memberitahukan dia tentang hal itu. Apakah Juwita akan memiliki madu nanti? Ataukah dia yang akan menjadi janda muda? Entahlah, hati Juwita mendadak kacau sekarang.
Melihat reaksi Juwita, Putri justru tersenyum senang.
"Jadi, keluar kamu sekarang! Tempat ini bukan tempat orang miskin sepertimu!" ujar Putri kembali, tapi Juwita justru melengoskan muka dan berjalan cepat menuju ruang utama rumah.
Putri terbelalak sesaat dengan sikap Juwita. "Kamu!" Cepat-cepat wanita berpakaian seksi itu mengejar Juwita.
"Apa kamu tuli?! Bukankah sudah kukatakan pergi dari sini!" seru Putri, setelah berhasil menghadang Juwita. Nada bicara Putri yang terdengar melengking nyaring, membuat tamu undangan yang berada di dalam ruangan, memusatkan perhatian ke arah mereka.
Juwita memilih diam. Dia tampak muak dengan sikap Putri, dan sesekali celingak-celinguk ke sana kemari, tengah mencari keberadaan Lara yang saat ini tak tahu ada di mana.
"Aku rasa kamu be—"
"Ada apa ini?" Ucapan Putri terjeda, ketika Marisa, mama Calvin tiba-tiba menghampiri. Tidak hanya itu, Loren juga berjalan di belakang, mengekori Marisa.
Melihat kedatangan Marisa dan Loren, Putri mengulas senyum bahagia.
Berbeda dengan Juwita, membuang napas berat lagi, sebab kedua sosok yang sangat dia hindari akhirnya terlihat juga. Kedua sosok yang sangat menentang pernikahan dia dan Calvin dahulu.
"Paman Loren dan Mama Marisa, lihatlah wanita miskin ini dulu teman sekolahku. Namanya Juwita, sekarang dia menjadi karyawan di perusahaan Lara Crop. Aku heran mengapa dia ada di acara malam ini. Mama tahu sendiri bukan, tamu undangan adalah orang-orang penting, bukan karyawan miskin seperti dia,"jelas Putri dengan berapi-api.
Marisa dan Loren menatap Juwita dari atas ke bawah. Sudah lama tidak berjumpa, membuat Marisa dan Loren hampir saja tidak mengenali Juwita. Meskipun begitu, di mata kedua orang itu Juwita tetaplah hina.
Alasan Marisa dan Loren membenci Juwita karena latar belakang Juwita yang tidak setara dengan mereka. Mereka menganggap Juwita tidak pantas bersanding dengan Calvin.
"Yang lebih membuat aku heran, dia malah mengatakan kalau diundang Nenek, bukankah itu tidak masuk akal," sambung Putri kembali.
"Aku tidak berbohong, memang benar aku diundang Nenek,"celetuk Juwita, membuat Putri melototkan mata.
Sedangkan Marisa mengulas senyum penuh licik. Sosok lemah yang dulu dia kira tidak mampu melawan kini telah berubah.
"Lancang kamu! Lalu ada apa hubungan apa kamu dengan Nenek Calvin?" bentak Putri, sudah tidak tahan lagi.
Kecantikan Juwita mulai membuat Putri ketar-ketir. Penampilan Juwita tanpa kacamata membuat Putri sangat ketakutan. Putri takut sekali jika Calvin jatuh hati pada teman sekolah sekaligus karyawannya itu.
Juwita justru mengulum senyum.
"Mungkin Mama Marisa dan Paman Loren bisa menjelaskan ada hubungan apa aku dan Nenek Calvin?" ujarnya penuh kelembutan. Juwita penasaran dengan reaksi kedua orang di hadapannya ini, apakah Marisa dan Loren masih membencinya?
Sontak, balasan Juwita mengundang kerutan kuat di kening Putri. Wanita berkulit putih bersih itu tampak heran lantas melirik Marisa dan Loren yang saat ini mengulas senyum penuh arti.
"Astaga, mengapa kamu malah menyeret kami ke dalam permasalahanmu? Apa orang tuamu tidak pernah mendidikmu? Aneh sekali, jangan turut sertakan kami dengan permasalahanmu, sebaiknya kamu angkat kaki dari sini karena kami tidak mengenalimu," ujar Marisa sembari menyungging senyum licik.
"Benar sekali, kami tidak mengenalimu, sebaiknya kamu keluar dari sini sekarang! Sebelum aku menyuruh pengawal menyeretmu keluar!" Loren menimpali, dengan sorot mata yang terlihat tajam.
Melihat hal itu, Putri tersenyum kemenangan.
Berbeda dengan Juwita hanya mampu menarik napas panjang. Sebab kedua orang itu belum juga berubah sampai saat ini. Bahkan kedua orang tuanya yang telah tiada disangkutpautkan. Entah kemana hati nurani mertuanya itu.
"Kamu dengar kan? Sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang!" seru Putri lagi.
"Tidak, aku tidak akan pergi. Aku diundang oleh Nenek Calvin, karena aku adalah menantu di keluarga ini Putri dan istri Calvin," ujar Juwita dengan tegas.
Kali ini Juwita tidak akan menyembunyikan statusnya di hadapan Putri. Biarlah Calvin memarahinya nanti. Yang terpenting Putri perlu tahu bahwa dia-lah istri pertama dari pria yang menjadi kekasih Putri itu.
Putri tampak terkejut dengan perkataan Juwita.
"Apa kamu tengah berhalusinasi sekarang? Benar-benar tidak tahu malu! Wanita yang tidak jelas asal usulnya ini malah mengaku-ngaku menjadi menantu keluarga Cloud," kata Marisa kemudian, dengan senyum licik mengembang. "Pengawal cepat seret wanita yang tidak diundang ini!"
Pengawal di sudut ruangan bergegas menghampiri.
"Aku tidak berhalusinasi, aku memang menantu keluarga Cloud! Tanyakan pada Nenek. Neneklah yang mengundangku kemari dan aku tidak akan pergi! Sebab Nenek yang mengundangku!" Juwita tampak panik. Dia melirik ke sana kemari, masih mencari keberadaan Lara.
"Alasan! Cepat seret dia!" perintah Marisa lagi dengan mata melotot keluar.
Kedua orang pengawal lantas menangkap pergelangan tangan Juwita hendak menyeretnya keluar.
"Nenek, ini aku! Keluarlah Nek!" Juwita berusaha memberontak dengan sekuat tenaga menggerakkan tangannya ke segala arah, dan berharap wanita yang dia sayangi itu dapat segera muncul.
"Nenek!" pekik Juwita lagi sembari menelisik keberadaan Lara.
Tak pelak, keributan di sekitar mengundang rasa penasaran para tamu undangan, mereka tampak berbisik-bisik satu sama lain.
"Cepat seret di—"
"Apa-apaan ini! Siapa yang membuat keributan di sini?!" teriak seseorang dari belakang seketika.
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?