NovelToon NovelToon
Aku Bukan Wanita Simpanan

Aku Bukan Wanita Simpanan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Poligami / Ibu Pengganti / POV Pelakor / Menikah Karena Anak
Popularitas:4.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Vey Vii

WARNING ***
HARAP BIJAK MEMILIH BACAAN!!!

Menjadi istri kedua bukanlah cita-cita seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun bernama Anastasia.

Ia rela menggadaikan harga diri dan rahimnya pada seorang wanita mandul demi membiayai pengobatan ayahnya.

Paras tampan menawan penuh pesona seorang Benedict Albert membuat Ana sering kali tergoda. Akankah Anastasia bertahan dalam tekanan dan sikap egois istri pertama suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bersikap Adil dan Jujur

Mendengar Ben bergumam nama Rosalie, Ana mendadak takut. Bagaimana jika wanita itu tahu bahwa Ben kini sedang bersamanya?

"Ya, Sayang. Ada apa?" tanya Ben tenang saat mengangkat telepon. Sementara Ana duduk dengan tegang di sampingnya, melirik Ben yang sedang memanggil mesra istri pertamanya.

"Jam berapa ini, Sayang? Aku menelepon sekretarismu dan dia bilang kau sudah pergi dari kantor bahkan sebelum jam makan siang," ujar Rosalie dari sebrang telepon.

"Ah, aku ada urusan di luar," jawab Ben.

"Urusan di luar? Kenapa kau tidak memberiku kabar? Kenapa aku tidak tahu? Apa kau menemui Ana?" Rosalie menghujani Ben dengan berbagai pertanyaan.

"Aku akan pulang. Jangan terlalu banyak berpikir," jawab Ben singkat dan langsung memutuskan sambungan telepon. Laki-laki itu melirik Ana, melihat kekhawatiran di wajah gadis itu.

"Semua akan baik-baik saja," ucap Ben. Ia tersenyum lalu mengecup singkat kening istri keduanya.

"Sepertinya kau harus segera pulang, sebelum Kak Rose datang dan membuat situasi semakin runyam."

"Maaf, Anastasia," ucap Ben sambil memeluk Ana.

Karena tidak ingin membuat Rosalie semakin curiga, akhirnya Ben memutuskan untuk bangkit dari atas tempat tidur. Ia tidak ingin membahayakan Ana jika sampai Rosalie berbuat yang tidak-tidak. Kondisi psikis dan kesehatan jiwa wanita itu tidak bisa menjamin ia akan bertindak santai.

Setelah Ben memakai pakaiannya, laki-laki itu membereskan kayu-kayu tempat tidur yang telah patah dan hancur berkeping-keping.

"Anastasia, bukankah sebaiknya kau tinggal di rumah baru?" tanya Ben. "Rumah ini terlalu sempit," lanjutnya.

"Jangan pikirkan itu. Pulanglah lebih dulu," pinta Ana. Ia membantu memasang kancing kemeja suaminya dan memintanya untuk segera pergi.

"Aku akan meneleponmu nanti." Ben mengecup bibir Ana singkat sebelum pergi. Laki-laki itu sebenarnya merasa tidak tega meninggalkan Ana berada di rumah kecil ini, namun ia juga tidak bisa membiarkan Rosalie berpikir buruk tentang mereka.

Ana mengantar Ben hingga ke pinggir jalan, gadis itu melambaikan tangan saat mobil yang dikendarai oleh suaminya sudah melaju pergi.

"Ah, ini menyebalkan. Kenapa aku harus sedih saat dia **p**ergi?" batin Ana bertanya.

Gadis itu masuk ke dalam rumah dan mendapati kamarnya dengan suasana berbeda. Ranjang kayu itu telah hancur, kini hanya tinggal kasur busa tipis yang akan menjadi alas tidurnya.

"Kami seperti baru saja bergulat," gumamnya.

Ana membereskan sprei dan bantal guling yang berserakan, gadis itu merapikan kamarnya agar lebih indah di pandang.

Dalam kesendirian, Ana melamun. Bayangan tentang wajah Ben dan apa yang baru saja mereka lakukan di kamar ini seakan menghantui Ana. Ia tidak bisa melupakan setiap detik yang ia lalui bersama suaminya.

🖤🖤🖤

Ben sampai di rumah sebelum jam makan malam. Laki-laki itu melihat Rosalie sudah duduk di ruang tamu menunggu kepulangannya.

"Dari mana?" tanya Rosalie saat Ben melangkah masuk dari pintu utama. Ben tidak menjawab dan terus berjalan menaiki anak tangga, laki-laki itu kemudian masuk ke dalam kamarnya, sementara Rosalie berjalan mengikuti suaminya.

"Ben, aku sedang bertanya. Kau dari mana?" tanya Rosalie sedikit berteriak.

"Sepertinya kau sudah tahu tanpa aku harus menjawab."

"Menemui Ana?" Rosalie memastikan.

"Aku harus bersikap adil pada kalian. Saat kau dalam masalah, aku siap membantumu kapanpun kau butuh. Begitu juga Ana, dia juga membutuhkanku," jelas Ben.

"Dia siapa, Ben? Dia bukan siapa-siapa!"

"Bukan siapa-siapa? Bukankah kau sendiri yang mengantar kami mengucap janji pernikahan beberapa waktu lalu?"

"Itu hanya pernikahan kontrak, Ben. Kau tahu itu."

"Sudahlah, Rose. Aku tidak ingin kita bertengkar. Kau yang memulai semua ini, maka resiko atas keputusanmu juga harus kau tanggung. Jangan menyalahkan orang lain," bujuk Ben.

"Kau tidak perlu menemuinya di luar rumah ini. Dia tanggung jawabku, bukan tanggung jawabmu, Ben. Aku yang membawanya ke rumah ini," tegas Rosalie. Rupanya wanita itu begitu kesal dan menganggap Ben mengkhianatinya.

Dengan perasaan yang sulit dijelaskan, Ben hanya bisa menarik napas dalam-dalam. Ia melihat Rosalie dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak terpancing emosi.

"Aku menemuinya karena dia tidak pulang, itu saja, Rose," jelas Ben dengan nada suara mulai melemah.

"Dari mana kau tahu jika dia tidak pulang? Lalu di mana kau menemuinya?" tanya Rose lagi. Wanita itu tidak akan puas atas segala jawaban yang diberikan oleh suaminya.

"Kau tahu kita sama-sama punya akses CCTV di rumah ini. Aku melihatmu mengajaknya keluar dari rumah saat dia baru sampai, dan aku tidak melihatmu membawanya kembali pulang. Aku menemuinya di rumah yang kau belikan," jelas Ben dengan jujur. Laki-laki itu lantas meninggalkan Rosalie dan masuk ke dalam kamar mandi.

Mendengar penjelasan Ben, Rosalie duduk di tepi tempat tidurnya dengan perasaan hancur. Jika Ben kini sudah berani menemui Ana di luar pengawasannya, artinya laki-laki itu benar-benar peduli pada istri keduanya.

Wanita itu menangis dalam diam, ia mengusap air mata yang jatuh di kedua pipinya dengan kasar. Dadanya terasa nyeri, napasnya terasa sesak. Rosalie merasa kini dirinya bukan lagi prioritas bagi Ben, Rosalie mulai resah jika kini suaminya bukan lagi miliknya seorang.

Hanya berselang beberapa menit, Ben sudah keluar dari kamar mandi. Laki-laki itu melihat istrinya duduk termenung sambil menatap ke luar jendela kaca, membuat hati Ben merasa iba.

"Aku mencintaimu, kau tetap segalanya bagiku, Rose. Jika memang Ana tidak bisa memberikan kita anak, mungkin Tuhan memang tidak mengizinkan kita memiliki anak," ucap Ben dengan sedikit berbisik.

🖤🖤🖤

1
Khairul Azam
udah ninaninu kq ngusir
Khairul Azam
murah banget, meski mereka suami istri
Khairul Azam
kko istri pertama nya gak mati dia masih nyari ana nggak?
Nila Kirana Hasibuann
Kecewa
Nila Kirana Hasibuann
Buruk
Sha Yusuf
jangan jadi boneka Ben
Gencya
SiRoselin egois bngt siih
Trisna
ettan ana kakak iparmu
Trisna
apakah laki-laki itu adiknya Ben?
Trisna
jika kau mandul Rosie maka terima sudah.
karena tidak semua hal di dunia ini terwujud sesuai keinginan mu
Rahma Waty
akhirnya been akan hatuh cinta pd ana
Imaz Ajjah
Luar biasa
Ratih Yogyantomo
Ana virgin kan,,, kenapa USG Transvagina?
Anonymous
keren
Raufaya Raisa Putri
walah...tamat jg...
Raufaya Raisa Putri
kyk bein ming ye.ming ke sm lian cheng
Raufaya Raisa Putri
lbh hot dr MP ny...
Raufaya Raisa Putri
wah... Ethan gentle
Raufaya Raisa Putri
mundur wir....bini orang eh abang lu tuh
Raufaya Raisa Putri
knp ngg nginthil in ethan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!