NovelToon NovelToon
Pencari Jejak Misteri

Pencari Jejak Misteri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Matabatin / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Romansa
Popularitas:967
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.

Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.

Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.

Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Ada perjanjian?

Setelah adzan subuh berkumandang, Ratu baru terbangun dari tidurnya usai semalam sempat pingsan sebentar.

"Ratu, ayo sholat subuh dulu. Nanti kesiangan loh," kata seseorang yang Ratu kenal suaranya yaitu Panca.

Dengan mata yang setengah terpejam, Ratu menggeliat di atas kasur. Tubuhnya masih terasa berat untuk bangkit.

"Ratu ... Udah dulu tidurnya, ya. Udah adzan subuh loh, sholat yuk sama yang lain. Ratu, yakin kamu gak mau bangun? Ini aku —"

"Mas Panca!? Hah!?"

Wajah sumringah terbentuk mendadak, Ratu sontak bangun dan langsung memeluk Panca begitu erat.

"Aduh, sholat dulu ya. Habis itu kamu berangkat ke lokasi PKL. Aku gak suka kamu lalai—"

"Oke-oke, aku langsung mandi terus sholat. Belum terlambat 'kan?"

Ratu melepas pelukan dan menuju kamar mandi yang tak bersatu ruang dengan kamar tidur.

Sementara Panca hanya geleng-geleng kepala sambil melihat Reyza yang sudah bersiap-siap untuk shalat berjamaah.

Selang lima menit kemudian mereka semua melaksanakan kewajiban beribadah shalat subuh berjamaah di salah satu ruang khusus shalat.

Rumah mewah itu memang sangat luas dalamnya. Jarak antara satu kamar dengan yang lainnya pun cukup sedikit jauh.

Sembilan kamar itu berjejeran, sedangkan ruang beribadah ada di depan salah satu kamar.

"Kamu yakin mau lanjut?" tanya Panca usai shalat subuh berjamah selesai.

Ratu mengangguk, tetapi terlihat sedikit ragu.

"Kalau misal lo masih ragu, mending gak usah dilanjutin. Lagian nyari tempat yang lain juga masih ada." sahut Cakra.

Ninda dan Intan saling menatap, "Kayaknya bener kata mereka berdua deh, Rat. Soalnya kalo dipikir-pikir lagi emang kita udah ngalamin banyak hal yang gak masuk akal 'kan di sini? Takutnya pas dilanjutin malah makan penyesalan." ujar Ninda.

"Kalo kata gue sih udah terlanjur di sini masa iya mau balik. Emang pada gak kasian sama orang tua kalian semua, udah kasih uang banyak buat semua kebutuhan malah balik dan cari tempat lagi. Dikira PKL cuma mau main-main doang kali." cibir Lita sedikit sinis.

Intan menoleh ke temannya Cakra itu bergidik geli. "Tapi, sorry, ya, Lit. Kita ke sini pakai uang kita sendiri. Kalau emang lo pakai uang orang tua yaa ... Itu bukan urusan kita lah. Gue ama rombongan Ratu gak suka minta-minta, justru kita sering—" Belum kunjung selesai Intan mengomentari cibiran dari Lita, Ratu langsung membungkam mulut Intan.

Sedangkan Lita serta Rangga memutar bola matanya. "Jangan didengerin ocehannya Intan ya, Lit. Dia emang suka keblabasan kalo ngomong gak ada filternya." kata Ratu merasa tak enak.

Sejak tadi yang tidak kelihatan memang hanya Reyza dan Bisma. Keduanya entah menghilang ke mana sesudah shalat tadi.

"Ratu! Woi! Tolongin! Reyza sekarat!"

Teriakan suara Bisma dari belakang rumah mewah itu membuat Ratu serta semuanya terkejut bukan main. Tanpa berpikir panjang Ratu segera berlari menuju halaman belakang. Diikuti oleh Cakra, Panca juga teman-temannya.

"Reyzaa!!"

Tangisan pecah sontak membuat Ratu menjatuhkan dirinya saat melihat Reyza terbaring di tanah dekat kolam renang terbengkalai rumah itu.

"Reyzaa!! Kamu kenapa, Dek? Ya Allah ... dia kenapa, Bis?"

Begitu memangku kepala Reyza, air mata Ratu mengalir deras. Ia merasa sangat hancur karena gagal menjaga adiknya.

"Reyza kayak gini karena Mas Panca, dia yang ngajak Reyza buat komunikasi sama penunggu di sini. Ya otomatis Reyza gak bisa lah, lo tahu sendiri kan kemampuan adik lo seberapa?" kata Bisma mulai tidak suka dengan Panca.

Mata Ratu langsung menatap Panca dengan tajam. Wajahnya seketika muncul rasa benci terhadap laki-laki itu.

"Oh, jadi ini yang kamu maksud, hah?! Ini yang kamu bilang ke aku suruh ikhlas, iya!?" Ratu memindahkan tubuh Reyza ke Bisma.

Ia berdiri dan menampar keras begitu cepat pada Panca. Sampai teman-temannya pun tak menyangka Ratu akan berbuat seperti itu.

"Tapi, Rat—" Cakra ingin menjelaskan, namun Ratu tetap keras kepala.

"Gak usah lo jelasin!" bentak Ratu.

"Tampar lagi nih, kenapa cuma natap? Tampar lagi aja gak papa, itu kalau kamu merasa aku yang salah. Reyza maksa ingin berkomunikasi, padahal jumlah penunggu di sini ribuan. Dia gak akan kuat, tapi kamu salahin aku, ya." ucap Panca sambil mengusap pipinya yang terasa nyeri.

"Adik lo bisa disembuhin dengan ritual. Dia bukan pingsan, tapi jiwanya diambil sama salah satu sosok di sini yang paling besar. Kalau mau minta dibalikin, ya harus cari gantinya." jelas Cakra.

Sorot mata Ratu masih menatap Panca begitu benci. Sedangkan Intan berkali-kali mengusap punggung temannya itu untuk tidak terlalu emosi.

"Ya udah, ganti! Gue gak mau tahu, adik gue harus selamat!" tegas Ratu.

"Iya-iya bakal diganti, kamu ke lokasi PKL saja dulu untuk mendaftarkan diri. Biar aku yang—"

"Mas, jangan lah. Masa lo yang tanggung sih? Lo gak salah, Mas." ujar Cakra merasa tidak terima dengan keputusan Panca.

"Gak papa. Ini udah keputusan terbaik, daripada Ratu harus kehilangan Reyza. Mas yakin kamu bisa ikhlasin Mas. Maaf, kalau selama ini belum bisa jadi kakak yang baik."

Ketika keadaan sedang tegang, Reyza tiba-tiba bangun dan berteriak.

"Astaghfirullah, gue gak kenapa-kenapa! Gue kayak gini karena lagi berkomunikasi sama salah satu penunggu. Kak Ratu kenapa marah ke Mas Panca? Hah? Justru Mas Panca yang bisa celaka, Kak! Dia bikin perjanjian buat lindungin kita semua, tapi nanti dia yang harus menanggung semuanya. Cak, abang lo nekat! Dia ke sini ternyata lewat jalur perjanjian."

"Mas Panca? Apa itu bener?" Cakra menatap Panca dengan tatapan kecewa.

Sementara Panca hanya diam saja. Apalagi saat dirinya juga masih diperhatikan sinis oleh Ratu.

"Mas, perjanjian sama makhluk ghaib itu gak instan. Paling sering minta umpan balik. Dan umpan balik itu biasanya tumbal," Suara Cakra sudah terdengar kecewa.

Namun, Panca berdiri dalam keadaan menunduk.

"Kamu gak perlu takut, Cak. Aku lakukan semua ini agar Ratu dan Reyza tidak terkena dampaknya. Desa ini bukan desa biasa."

Lita dengan Rangga berdecak remeh. "Halah! Cuma kayak gitu doang ngapain sih dipikir panjang! Orang ke sini niat mau belajar apa penelitian?" cibir Lita meremehkan.

"Gas aja langsung lah, ngapain pada banyak drama sih? Otak kalian tuh isinya mistis semua!" tegas Rangga.

Tanpa diduga tiba-tiba Panca berlutut sambil menundukkan kepalanya. Reyza takut sekaligus khawatir. Ia pun segera mengecek keadaan Panca.

"Jangan pergi, Mas. Jangan serahin nyawa kamu, Cakra masih butuh Mas Panca. Mas yang rela mati demi Ratu, dia aja gak takut kehilangan kamu." kata Cakra.

Panca menggerakkan satu tangannya menyentuh tangan Cakra yang sedang berjongkok.

"Aku gak papa, Cak. Cuma berusaha sembuhin punggung yang diserang dari penunggu di sini." jawabnya.

1
Billgisya Janu Aulia
Luar biasa
Billgisya Janu Aulia
Lumayan
murtiasih
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!