Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah Menikah
Setelah acara selesai, sepasang pengantin yang tidak bahagia ini, akan kembali ke rumah keluarga Suseno. Meski Ratia beberapa kali membujuk sang suami agar malam ini dia pulang ke rumah kakeknya saja.
Sesampainya di mobil, sepasang manusia ini hanya dudung dan sama-sama memalingkan muka. Kekacauan dalam pikiran masing-masing membuat keduanya membisu sejenak.
Kira-kira kesialan apa lagi ya, yang harus ku hadapi kedepan? sepertinya akan bertambah sulit hidup ku. Ratia
Bayangan bagaimana seorang wanita yang suaminya sebut sebagai tante tadi, membuat Ratia semakin tertekan. Bagaimana tidak kesan yang dia berikan untuk pertemuan pertama sangat buruk. Tatapan ketidak sukaan sangat terlihat begitu jelas. Hal itu di perparah oleh kata-kata suaminya tadi, membuat Ratia semakin terbenam kedalam jurang keputusaan yang terdalam.
Aku ingin lompat saja dari mobil ini tuhan. Ratia
Keingin untuk mengakhiri hidup, terus bersemayam di hati dan pikirannya. Menikah dengan seorang Pemabuk dan suka bermain wanita dengan dalih akan hidup selamat, hanya membuat Ratia semakin merasa aj*lnya semakin dekat.
"Heh, ada apa dengan mu?" Aksara dengan sengaja menekan jidat gadis itu dengan jarinya, membuat kepala Ratia terbentur. " kita ini pengantin baru, kau harusnya bahagia menunggu nanti malam!'' Seringai tipis muncul di bibirnya, membuat Ratia membelalakkan mata dengan lebar.
Aku tidak mau, kau pasti sering berganti-ganti pasangan. Aku tidak mau penyakitan. Ratia
Melihat istrinya yang ketakutan, Aksara merasa sedikit bersalah. "Sudahlah jangan memikirkan apapun. Kalau kau bersama suami mu ini, ku pastikan kau akan selamat!" hanya helaan nafas berat yang terdengar oleh pria itu, tidak ada jawaban.
"Aku berjanji pada mu, aku akan melindungi dan menjaga mu Ratia. Seperti yang ku katakan kemarin, jangan pergi selangkah pun tanpa seizin ku." Saat Ratia mengangkat kepalanya, tatapan mereka bertemu. "Tidak perlu takut pada ku, aku suami mu sekarang." Tatapan penuh harapan begitu terlihat di mata Ratia. Dia sangatlah berharap bisa hidup dengan tenang dan tanpa di bayang-bayangi sebuah ketakutan.
Aku jadi kasihan padanya, sepertinya dia sangat menderita.Aksara
"Ratia," terlihat menimbang apa yang akan dia katakan selanjutnya, ada sedikit keraguan di sana. "kita jangan pulang ke rumah dulu ya malam ini, atau bahkan sampai besok."
"Jadi kita pulang ke rumah ku?" Ratia menjawab cepat, akan lebih baik jika pulang ke rumah pikirnya. Suaminya tidak akan bisa memaksa, meminta haknya bukan.
"Kita kehotel!" memalingkan muka, tau apa yang di pikiran istrinya itu.
Cihh, akan lebih baik pulang ke rumah Kakek mu saja. Ratia
"Kenapa Mas? Memilih bertanya, siapa tau bisa merubah keputusan pikirnya begitu.
"Tante ku pasti ada di sana, tidak hanya dia semuanya mungkin di sana juga. Mama om Smitt.'' Kali ini air muka Aksara nampak kesal. "kau pasti tidak inginkan bertemu dengan Tante lagi?" Ratia menggeleng.
Saat Aksara sudah memberi tahu kepada pak supir, bahwa tujuan mereka berubah dia pun duduk kembali. Keduanya kembali diam, dan berkutat dalam pikiran masing-masing.
Tak lama mereka pun sampai di sebuah hotel bintang lima, tentu saja ini milik keluarga suseno. Dengan cepat beberapa pegawai menyambut mereka. Wajah panik tak dapat di sembunyikan oleh manajer hotel bagaimana tidak, mereka tidak ada persipan sama sekali untuk menyambut pengantin baru.
"Selamat sore Tuan, saya mohon maaf tidak menyiapkan semuanya dengan baik." minta maaf dulu saja pikirnya. "kami tidak mendapat kabar jika anda akan kesini."
"Tidak apa, kami hanya istirahat sebentar. Antar istri ku kekamar aku ada sedikit urusan, dan ingat jangan biarkan dia keluar jika aku belum kembali!"
Syukurlah dia pergi, lebih baik aku sendirian di kamar. Pergilah sana sampai besok pun. Ratia
Mendengar suaminya akan pergi, Ratia pun tanpa sadar tersenyum cukup lebar. Sayangnya Aksara menyadari hal itu.
"Jangan senang dulu, aku akan segera kembali nanti!" Bisiknya sambil memegang belakang kepala Ratia. Senyum pun hilang seketika.
Kurang ajar, dia tau pikiran ku. Ratia
Ratia pun terpaksa menyeret kakinya.
"Pastikan betul-betul, dia tidak keluar dan kunci balkon kamar dengan benar. Jangan ada hal lain yang membuatnya berpikir macam-macam!" Manajer hotel itu menganguk dengan cepat. Entah mengapa dia sangat mengerti, kondisi yang sedang terjadi.
Gadis itupun masuk ke kamar, di ikuti manajer dan pegawai lainnya. Mereka terlihat sibuk ada yang mengunci balkon, membawa pembersih kamar mandi keluar dan mengeluarkan beberapa barang. Yang lain sebenarnya tidak masalah di bawa keluar, tapi balkon.
"Eh Pak, balkonnya jangan di kunci ya."
"Ini perintah Tuan Aksara Nona." Laki-laki menjawab cepat dan terus bekerja.
Apa dia tau aku mau melompat semalam? Apa nenek dan Pak Muh mengadu.
Ratia mengeluarkan Hpnya, berniat akan menelpon sang suami dan melayangkan protes.
Eh akukan belum punya nomornya, bagaimana ini. Apa aku minta saja pada Manajer hotel ini ya? Tapi apa yang akan mereka pikirkan nanti.
"Tapi Pak, aku bosan kalau berada di kamar." memutuskan untuk membujuk manajer hotel saja.
"Anda tidak akan bosan Nona, Tuan Aksara akan segera kembali."
"Tapi Pak," memasang wajah melas saja pikirnya, siapa tau laki-laki ini luluh.
"Nona mau makan apa, biar kami bawakan?" Dan gagal membujuk Manajer hotel, laki-laki mengalihkan pembicaraan.
"Tidak perlu Pak, pergilah kunci saja dari luar kamar ini!" kesal dan membenamkan wajah di bantal.
Sementara Aksara tidak pergi kemana pun, dia hanya duduk di mobil. Memegang benda pipih miliknya itu, seperti menunggu sesuatu. Tidak berapa lama benda itu berdering.
"Hallo sayang, kalian di mana?" terdengar jelas suara seorang wanita di telepon.
"Hallo ma, kami tidak pulang. Istriku terlihat lelah, tidak baik jika pulang ke rumah dan banyak orang. Kita akan bertemu di lain waktu." tanpa menunggu jawaban lagi telepon itu langsung di matikan. Namun tak lama benda itu kembali berdering.
"Kenapa Kek?" kakek yang menelpon kali ini.
''Kenapa, apa kau masih tetap seperti ini?"
"Bukan begitu kek, Istriku meminta menginap hotel saja." Tentu saja kakek tau jika dia berbohong.
"sudahlah, cepat punya anak biar kakek tenang." kali ini kakek yang mematikan telepon. Aksara hanya menarik nafas dalam-dalam. Melihat sikap Ratia padanya, tidak akan mudah untuk segera memproses seorang anak.
Setelah beberapa saat duduk sembari mengirim pesan pada seseorang, dia pun bangun dan berjalan kembali ke kamar hotel.
Begitu masuk, dia melihat istrinya memandang keluar jendela dan sama sekali tidak menyadari jika pintu di buka.
"Apa kau sudah siap?" mendengar suara itu Ratia membalikkan badan, jantungnya hampir saja keluar dari rongga dadanya. Keringat dengan cepat mengalir.
Habislah akuu.
double up